Juntaisme
Hampir sebulan berlalu semenjak terjadi pertumpahan darah atas nurani rakyat Myanmar,
jantung kearifanpun telah dilukai dengan dibunuh dan ditangkapnya beberapa biksu
prososial. Sebuah teriakan keadilan telah dibungkam oleh rezim Juntais, kini suara itu
berusaha dipadamkan oleh rezim yang sama. Mengapa sebuah kepemimpinan
authoritarian yang begitu kuat dapat tumbuh di negeri itu?
Dominasi Sosial
Sidanius dan Pratto (1999) para ahli dalam fenomena dominasi sosial mengatakan
bahwa di dalam setiap diri manusia terdapat sebuah potensi untuk mendominasi atau
sebuah sikap proketidaksetaraan. Tesis tersebut muncul dengan landasan bahwa dominasi
gender dari kaum pria terhadap wanita sejak dahulu kala tidak pernah pudar. Selain itu,
dominasi dari kelompok dewasa terhadap kelompok muda bersifat invarian dalam setiap
budaya. Maka, secara disposisi manusia pasti sudah memiliki software di dalam dirinya
untuk mendominasi manusia lain!
Software social dominance yang terpatri di dalam diri manusia disebut oleh Sidanius dan
Pratto (1999) dengan social dominance orientation. Seorang pemimpin dengan Social
dominance orientation yang kuat akan mendukung serta mempertahankan adanya hirarki
sosial di masyarakat, dimana kelompok superior mengendalikan kelompok inferior.
Kepemimpin dengan dominasi sosial akan tumbuh subur di sebuah sistem yang
terstruktur dengan kasta, dimana surplus ekonomi bersifat terpusat. Maka, tidak
mengherankan jika kita bisa dapati adanya kebijakan dari Junta untuk menaikkan BBM
sebesar 500 persen, ini merupakan aktualisasi dari karakter dominan yang terdapat di
dalam diri pemimpin superior itu.
Juntaisme
Ketika seorang pemimpin dengan dorongan dominasi yang besar duduk di kursi
kekuasaan tertinggi, ia akan memiliki kuasa untuk mengendalikan nilai-nilai
masyarakatnya, lantas ia akan menciptakan sebuah rezim atau ideologi yang mendukung
posisi dominan. Saat itulah tercipta berbagai Isme-Isme yang akan mendikte rakyat
mengenai apa yang benar dan apa yang salah, apa yang pantas di beri reward dan apa
yang pantas di punish. Di Myanmar kepemimpinan Junta telah membangun sebuah `Isme'
baru yang bisa kita sebut dengan `Juntaisme', dimana kebenaran politik-sosial-
berada di telapak tangan pimpinan Junta, dan setiap gerakan yang mengkritik
kepemimpinan serta kebijakannya adalah sebuah usaha anarkis yang perlu ditekan.
Bahkan, para biksu yang merupakan simbol wisdom dan kemurnian tidak dapat mengubah
tatanan nilai yang sudah distempel oleh Juntaisme. Pimpinan Junta menegaskan "Jika para
biksu tetap berada di dalam wihara, pemerintah tidak akan menggunakan kekerasan"
dalam Kompas, Kamis (18/10).
Wilson (2003) seorang ahli dalam psikologi sosial menemukan bahwa social dominance
yang tinggi dapat mengubah karakter seseorang menjadi kejam dan mengabaikan
berbagai tatanan moral. Sedangkan, penelitian lain menemukan bahwa seseorang dengan
social dominance yang tinggi cenderung memiliki afeksi negatif terhadap kelompok
subordinat, cenderung berprasangka negatif terhadap kelompok lain, konservatif,
mendukung gerakan militer, status-enhancing political institutions (mendukung
peningkatan status institusi politik), dan favor status-enhancing occupations (mendukung
peningkatan status pekerjaan pribadi) (Altemeyer, 1998; Esses, Jackson & Amstrong,
1998; McFarland, 1999 dalam Dambrun et al, 2003; Sidanius & Levin, 1999; Wilson, 2003).
Selama beberapa hari terakhir gejolak politik di Myanmar telah menunjukkan kepada kita
karakteristik dominasi sosial yang tinggi dan mengakar pada pribadi pimpinan Junta. Ia
seakan-akan hidup di dalam batasan dunia Juntaisme yang ia bangun sendiri. Berbagai
protes, teguran, dan peringatan nasional maupun internasional tidak mengubah
sedikitpun legitimasi Juntaisme yang telah ia konstruksi. Bahkan, ketika Gordon Johnroe
secara tegas telah mengumumkan "AS jelas-jelas mengecam kekejaman Junta", dalam
Kompas, Kamis (11/10). Berbagai perusahaan perhiasan seperti Bvlgari, Cartier, Tiffany &
Co menghentikan pembelian bahan baku dari Myanmar, dalam Kompas, Jumat (12/10).
Jepang membatalkan bantuan sebesar 4,7 juta dollar AS, Uni Eropa menjatuhkan sanksi,
dan Dewan Keamanan PBB memberi kecaman terhadap rezim Junta, dalam Kompas (17/
10). Junta tetap tidak bergeming, Juntaisme tetap dijalankan!
Pelajaran Politik
Situasi politik di Myanmar adalah hal yang paling ditakuti setiap pemerhati HAM,
pejuang demokrasi, dan pecinta kedamaian. Sebuah lingkungan politik yang telah
memfasilitasi seseorang dengan karakter dominan untuk bisa mewujudkan karakternya
menjadi sebuah ideologi serta kepemimpinan politik yang otoriter dan dominan. Nasipun
telah menjadi bubur, Jenderal besar Junta telah menyatu ke dalam sebuah rezim
Juntaisme, sehingga cara-cara lembut akan gagal menuai hasil, diplomasi pasti diabaikan,
teguran tak digubris, dan tangisan rakyat menjadi tak bermakna. Revolusi adalah sebuah
gerakan yang akan muncul secara prediktif jika rezim Juntaisme terus berjalan.
Melalui fenomenon ini masyarakat Indonesia dan internasional seharusnya
mengambil pelajaran, untuk tidak memberi ruang bagi terwujudnya sebuah sistem yang
proketidaksetaraan, atau terpilihnya seorang pemimpin dengan potensi dominasi yang
tinggi. Sebab, masyarakat seharusnya senantiasa menjadi kekuatan tertinggi dan ditakuti
bagi rezim apapun. Kita perlu mengingat bahwa kejahatan tidak selalu terjadi karena niat
dari pelakunya, akan tetapi karena adanya kesempatan!
Muhammad Faisal
Pengajar Psikologi Sosial
Universitas Paramadina
Jakarta
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar