Struktur organisasi negara.
Negara kita menganut sistem campur aduk.
Jaman Mang Harto, nyaris negara kita itu sebagai negara 'etatisme",
serba negara, hampir semua yang mengatur adalah negara, mirip gaya
komunisme, sentralisasi.
Sekarang jaman reformasi, masa transisisi, padahal struktur organisasi
masih dipakai yang lama, dinamika politik mengikuti liberalisme dan
kapitalisme. Yaitu adanya otonomi. Dampaknya korupsi tidak
tersentralisi lagi namun dibagi ke daerah daerah, jadilah "raja-raja"
kecil(koruptor-
Swastanisasi yang sukses baru mencapai tahap/taraf bagaimana bekerja
sama dengan salah satu organ negara seperti MA, DepKeu, BUMN, BUMD dan
atau instansi pemerintah/kepolisi
Birokrasi sebagai pelayan masyarakat sedapat mungkin harus dijauhkan
dari urusan DUIT. Melayani ya melayani, soal duit ada lembaga yang
betul-betul transparan yang mengurusnya.
Intinya jauhkah birokrasi dari urusan duit.
Salam Duit.
--- In psikologi_transform
<sinagahp@..
>
> -- In psikologi_transform
> <gotholoco@> wrote:
> >
> > Psikologi hanya berperan sebagai "garam" atau bumbu penyedap saja.
> > Sistemnya yang banyak bolong-bolong.
> >
>
> harez:
> Menurut pengamatan Mas GL, yang bolongnya perlu mendapat prioritas yang
> mana Mas ?
>
> salam,
> harez
>
>
> --- In psikologi_transform
> <gotholoco@> wrote:
> >
> > Kalau miturut saya seh.
> > Yang namanya korupsi tetep itu akibat KELEMAHAN SISTEM.
> > "law and enforcment" itu suatu bentuk penegakan sistem dipandang dari
> > segi hukum.
> >
> > Psikologi hanya berperan sebagai "garam" atau bumbu penyedap saja.
> > Sistemnya yang banyak bolong-bolong.
> >
> > --- In psikologi_transform
> > sinagahp@ wrote:
> >
> > > Dalam situs Masyarakat Transparansi Indonesia, Sarlito W. Sarwono
> > > menyatakan bahwa tidak diketahui secara persisaspek-
> > > menyebabkan seseorang melakukan korupsi, tetapi ada duahal yang
> jelas,
> > > yakni :
> > > 1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat,
> kehendak
> > > dan sebagainya),
> > >
> > > 2. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya
> kesempatan,
> > > kurang kontrol dan sebagainya).
> > > Tabel IV.7
> > >
> > > Peringkat Mean Penilaian Terhadap Perilaku Korupsi
> >
> > > Membeli inventaris tidak sesuai kebutuhan
> > > Melipatgandakan biaya konsumsi
> > > Menaikkan harga alat tulis kantor
> > > Menaikkan biaya pemeliharaan
> > > Menerima komisi dari perusahaan/orang lain
> > > Menerima komisi pembelian barang dinas
> >
> > > * Disusun berdasarkan Tabel IV.7 padaTesis Adrianus Meliala (1994),
> > > skala penilaian 1-7
> > >
> > > ** Pada Tesis Adrianus Melialadipergunakan terminologi
> > > "variabel"
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar