Yang ini terlewat tadi, baru dibaca :) Bagian awal jabaran Bapak tentang buku2 tulisan Bapak saya potong, karena [menurut saya] tidak relevan dengan pertanyaan saya :). Saya langsung ke bagian intinya:
Tidak ada salahnya dalam kasus yang khusus, seorang psikolog bekerjasama dengan rohaniwan. Namun hrs tetap diingat bahwa tujuannya untuk membantu pasien mengatasi masalahnya, bukan untuk mereduksi realitas sesuai dengan model pendekatannya masing-masing.
Pertanyaan saya kemarin adalah tentang pernyataan Bapak (kepada Mas Edy) tentang psikolog tidak boleh menyelesaikan masalah kliennya dengan ayat2 suci, kecuali kalau dalam kasus yang sangat gawat. Pertanyaannya:
- Mana yang tidak boleh: menggunakan ayat suci, atau tell the client what to do? Setahu saya, yang lebih haram adalah tell the client what to do, instead of membantu klien mendapatkan insight-nya sendiri. Dan membantu mendapatkan insight ini caranya bisa macam2, termasuk juga menggunakan referensi ayat2 suci dan mengajak klien berdiskusi. Tentu saja, semua ini harus disesuaikan dengan keadaan klien, bukan semau2nya si konselor ;)
- Jika tidak boleh menggunakan ayat suci, bolehkah menggunakan cerita2 Zen? Menurut hemat saya, cerita2 Zen pun sama haramnya jika digunakan jika hanya untuk tell the client what to do. Menjadi halal jika kearifan di belakangnya yang digunakan untuk membantu klien mengatasi masalah. Cuma.. tidak semua orang yang hafal cerita2 Zen juga bisa menangkap dan mengaplikasikan kearifan di belakangnya toh ;)?
Saya tidak pernah menyinggung tentang psikolog yang bekerjasama dengan rohaniwan ;)
Bagaimana sekarang dengan Zen ?
> Apa dasarnya kalau ada yang mengatakan ' bila psikiater dilengkapi dengan Zen akan menjadi harimau yang bersayap ?
> Berikut ini pengalaman seorang psikiater yang juga zen master ketika menangani masaalah schizoprenia.
>
> Instead of merujuk pada Kitab, sang psikiater itu berani passing over konvensi dalam text book, langsung menyelam ke dasar mencari inti masalahnya. Mengapa ? Karena ia beriman pada jika dan hanya jika kita bisa memahami persoalannya secara benar, maka jawabannya sudah ada di dalamnya seperti ' di dalam biji sudah ada pohon '
Saya potong cerita Bapak yang panjang itu :) Saya garis bawahi kata2 Bapak: > Instead of merujuk pada Kitab, sang psikiater itu berani passing over konvensi dalam text book, langsung menyelam ke dasar mencari inti masalahnya. Mengapa ? Karena ia beriman pada jika dan hanya jika kita bisa memahami persoalannya secara benar
Nah.. dasarnya adalah "passing over the text", kan ;)? Bukan masalah mengutip ayat2 suci = fungsi rohaniwan :). Saya tidak tahu agama yang Bapak anut, tapi dalam agama saya ayat suci itu harus ditelaah dan ditafsirkan. Ayat suci bukan dogma, melainkan sesuatu yang boleh untuk dibahas, ditafsirkan, bahkan diperdebatkan. Beberapa ahli Psikologi Islami yang saya kenal adalah juga jago2 tafsir yang mendalami ilmu Al Quran. Boleh dikatakan mereka memahami ayat seperti Zen master memahami ajaran Zen. In that case, atas dasar apa Bapak mengatakan bahwa fungsi rohaniwan yang diambil jika menggunakan ayat suci ;)? Gosh, konsep "rohaniwan" bahkan tidak dikenal dalam agama saya ;).
Saya rasa kita hrs mempersiapkan generasi baru para psikolog yang tidak hanya sekedar menjadi kolektor derivat berbagai aliran psikologi saja. Itu boleh2 saja tapi dalam perspektif untuk menunjukkan bahwa karena itu sekarang kita merumuskan ulang sistem pendidikannya. Kita harus bisa membedakan mana yang pokok dan ranting sehingga tidak terjadi apa yang seharusnya tebal, malah ditipiskan dan yang seharusnya tipis, malah ditebalkan.
Bapak selalu bicara tentang "menjadi kolektor derivat berbagai aliran psikologi saja" :) Tapi, dari pembicaraan kita beberapa hari terakhir ini, maaf, kesan yang saya tangkap adalah Bapak kurang mengenal banyak psikolog dan dunia psikologi :). Atau bahkan mungkin lebih sempit lagi: Bapak mengenal dunia Zen dengan baik, dan bersangka (berdasarkan apa yang Bapak tahu) bahwa dunia psikologi tidak mungkin seperti Zen :)
Mohon maaf kalau dugaan saya salah,
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar