Mbak Istiani,
"kill and destroy Kim Il Sen" masih tema yang sangat signifikan bagi
oknum-oknum tertentu lulusan psikologi di Psikologi Transformatif yang
berusaha membasmi kompatiologi dengan segala cara dan pengorbanan.
Kalau ada sebuah menara gading yang keropos dan tidak tinggi, lalu ada
menara gading baru yang meski lebih muda umurnya beresiko akan sedikit
lebih tinggi. Daripada yang lama menjadi tampak tidak tinggi, lebih
baik yang baru dihalangi menjadi tinggi.
Orang-orang Psikologi ini tidak ada inisatif memperbaiki nasib diri
sendiri karena malas, yang penting jangan satupun orang lain bisa
lebih sukses. Jadi sama-sama sial saja.
Ketika sebuah kapal psikologi perlahan-lahan tenggelam karena banyak
bocor, orang psikologi sibuk membuang airnya ke luar tetapi tidak ada
keinginan atau perasaan mampu untuk mentambal lubang-lubangnya.
Namanya juga minder :)
Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Senin, 22 Oktober 2007
Email sebelumnya..
http://tech.
--- In Komunikasi_Empati@
Istiani <istiani_c@yahoo.
Dengan membaca berita di bawah ini...
masihkah perlu "mbenerin" VCL ??!!
masihkah perlu "kill and destroy Kim Il Sen" ??!!
atau sebenarnya "perang" ini hanya sebuah gambaran
dari ketidakmampuan diri sendiri atas kondisi yang
ada....dan ketidakmampuan "mbenerin" profesi
sendiri???..
selamat membaca....
salam,
Istiani
------------
Kompas, Senin, 22 Oktober 2007
Rekrutmen Komisi
Biaya Mahal, Panitia Seleksi Amatiran
Jakarta, Kompas - Panitia Seleksi yang dibentuk untuk menjaring
calon-calon anggota komisioner, termasuk hakim agung, ternyata bekerja
secara amatiran. Akibatnya, biaya rekrutmen miliaran rupiah bisa
dibilang terbuang sia-sia. Kritik ini disampaikan anggota Komisi III
DPR Benny K Harman, praktisi hukum Todung Mulya Lubis dan aktivis hak
asasi manusia Amirruddin Al Rahab, di Jakarta, Minggu (21/10).
Sejumlah kontroversi muncul, di antaranya tertangkap tangannya anggota
Komisi Yudisial Irawady Joenoes, polemik soal calon anggota KPU
Syamsulbahri dan Theofillus Waimuri, serta polemik soal terpilihnya
Achmad Ali sebagai calon hakim agung dari Komisi Yudisial. Sejumlah
nama yang dihasilkan Panitia Seleksi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), juga ditolak para aktivis antikorupsi, antara lain nama
Antasari Azhar. "Bagaimana bisa mendapatkan hasil yang baik, kalau
Panitia Seleksi bekerja amatiran, setengah hati. Mereka
mensubkontrakkan pekerjaan ke konsultan psikologi, tidak berupaya
menginvestigasi calon," kata Amirruddin. Padahal kalau dilihat dari
biaya yang dikeluarkan bukanlah angka yang sedikit, rata-rata bernilai
miliaran rupiah, kecuali Komnas HAM sekitar Rp 400 juta dan Komisi
Penyiaran Indonesia Rp 120 juta. Amirruddin merujuk kinerja sejumlah
panitia seleksi, seperti pansel KPU yang diketuai Ridlwan Nasir yang
menggunakan konsultan psikologi Sarlito Wirawan, pansel KPK yang
dipimpin Men-PAN Taufieq Effendi yang memakai konsultan PT Dunamis;
Komisi Yudisial saat merekrut calon hakim agung memakai konsultan
Psikologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM). "Bagaimana
mereka bisa bekerja maksimal, kalau mereka datang ke Jakarta saja baru
menjelang proses fit and proper test. dan kebanyakan adalah
orang-orang yang tidak punya waktu," tegas Amirruddin. Benny K Harman
menilai, metode seleksi yang digunakan Pansel kebanyakan "normatif"
sehingga tidak dapat digunakan untuk menilai kelayakan menjadi
pejabat negara. Metode seperti itu juga tidak menjamin lahirnya
pejabat yang berintegritas. Todung Mulya Lubis, praktisi hukum,
menyoroti independensi anggota Pansel. "Banyak yang beranggapan hasil
Pansel tidak bebas kepentingan pihak-pihak yang bermain melalui
anggota Pansel. Misalnya, orang yang menjadi calon pada pemilu bisa
lolos jadi calon anggota KPU," ujarnya. Ia juga menyoroti adanya
pengkaplingan yang terjadi di Pansel KPK. "Sudah ada kapling untuk
polisi, jaksa," ujarnya. Seleksi di DPR juga tak jauh beda. Menurut
Todung, DPR tidak memilih calon yang betul-betul handal dan
berintegritas. (VIN/ANA)
--- End forwarded message ---
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar