Gajah di pelupuk mata tidak tampak tetapi semut di seberang lautan
tampak. Sadarilah betapa buruknya diri anda.
Kalau saya berubah sesuai yang anda mau maka segala makhluk akan
berteriak-teriak, hidup saya baik-baik saja, teman ada orangftua juga
ok-ok saja.
Lalu entah dari mana anda yang buruk itu bicara tentang bahwa saya
harus berubah. Anda itu virus swastinika. Jauhi rumah saya, jauhi
lingkungan saya, toh saya tidak pernah peduli atau berusaha mengganggu
lingkungan anda.
Ttd,
Vincent Liong
Email sebelumnya...
http://groups.yahoo.com/ group/psikologi_ transformatif/ message/32341
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups , "swastinika".com
<swastinika@...> wrote:
Hahaha.. baru mau pulang ada email ini. Sekalian dijawab deh ;)
Terakhir kali, mungkin :)
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups , don kenow.com
<donkenow@...> wrote:
> Perihal efek , yang bisa kita sepakati bersama sejauh ini,
setidaknya bagi saya, maka kalau boleh saya simpulkan adalah kita
tidak tahu dengan pasti apa yang sedang terjadi pada vincent .
>
> Selanjutnya perbedaan kita, setelah saya melihat posting-posting
vincent belakangan ini, contoh posting "penyakit hati" dimana dia
"membahas" Harez, Ratih Ibrahim dan Leonardo sesukanya dia maka saya
simpulkan sebagaimana yang telah saya tulis di awal tanggapan saya :
hasilnya nol besar.
Agree :). Saya setuju bahwa kalau dilihat dari content tulisan2nya
akhir2 ini (termasuk email yang baru saja masuk menanggapi Ruri
Malindo ;)), memang tidak ada perubahan apa2. Ternyata, memang dia
mungkin belum berniat dan belum siap berubah. Serangan2 Haute dkk
hanya membuatnya off guard sejenak, tapi tidak bisa dimanfaatkan
dengan lebih baik.
Sayang sekali.. hehehe.. Tapi, balik lagi, kita memang tidak bisa
mengubah seseorang toh ;)? Hanya orang itu sendiri yang bisa
mengubahnya ;)
> Haute gagal sebagaimana Adhi pun gagal sehingga bagi saya
persoalannya tetaplah pada cara.
>
> Haute yang menyerang gagal, Adhi yang baik-baik juga gagal..
>
> Menurut saya selama cara itu masih memiliki unsur selfishness di
dalamnya maka cara itu akan gagal, baik yang baik-baik modelnya adhi
dan lainnya maupun cara menyerang model haute dkk.
Boleh saja kalau Anda berpendapat demikian. Di satu sisi, saya setuju
kok dengan Anda, bahwa cara teman2 di sini sedikit banyak masih ada
selfish-nya ;).
Tapi kalau menurut saya, ini lebih ke masalah niat & kesiapan berubah,
daripada masalah cara :).
> Contoh cara baik-baik yang masih ada selfishnessnya : kita
menasehati anak kita dengan kata-kata manis karena kita tidak ingin
anak kita mengganggu suasana percakapan kita dengan tamu.
>
> Hari rabu kemarin saya praktekkan hal seperti ini. Bicara
baik-baik yang selfish kemudian bicara baik-baik yang no-self.
>
> Saya ngomong ke anak saya dengan niat menghentikan keributan
mereka dengan motif untuk diri sendiri (supaya saya bisa tenang
ngobrol), lah saya ngomong halus sekali, udah kayak orang kraton yogya
gitu... tetep aja tuh mereka berisik.. setelah saya no-self,
menempatkan posisi saya pada posisi mereka (blending) yang ingin
diperhatikan/cari perhatian terus kemudian saya alihkan keinginan
mereka (cari perhatian) dengan mengajak mereka main petasan air mancur
(memberi perhatian pada mereka) dan sekaligus mengajak teman saya
(tamu) itu main petasan itu... eh brisiknya kemudian berhenti tuh...
mereka jadi asik dengan air mancur... terus setelah itu main sendiri
di kamar mereka. Saya bisa tenang deh ngobrol.... ngobrolin aikido :-)
Dalam dua kasus itu, menurut saya, perbedaan IV (independent
variable)-nya bukan ""bicara baik2 yang selfish" vs "bicara baik2 yang
no-self", melainkan "Transactional Analysis Parent - Child" vs
"Empati" :) Di kasus pertama Anda hanya bicara baik2 dalam waktu yang
singkat. Di waktu kedua, Anda meluangkan waktu yang jauuuuh lebih lama
untuk memahami anak2 Anda, baru bicara baik2 :)
Tapi.. tentu saja Anda benar: Anda baru bisa berempati jika dalam
kondisi no-self :) Tentang apakah anak2 Anda akan lebih menurut dengan
cara pertama atau cara kedua.. well, itu balik lagi kepada anak Anda
dan pola hubungan Anda dengannya :) It's a complicated system :)
> Metode haute yang menyerang sudah pasti akan menyebabkan sikap
defensif di vincent, metode itu tidak efektif. Sebagaimana yang saya
lihat di aikido, konflik tidak akan menyelesaikan konflik. Dengan
egoisme (power/otoritas), kalapun lawan akhirnya terjatuh, dia akan
dendam karena merasa dizolimi (wajar aja ..dia merasa dizolimi wong
selfish kok, hi...hi...hi...). Penjatuhan lawan tanpa egoisme
menyebabkan lawan terjatuh tanpa dia merasa dijatuhkan, tanpa merasa
dia dizolimi sehingga menurut saya lebih efektif dalam proses
penghilangan egoisme si narsis.
Begini saja deh.. kalau DKN mau mencoba "memperbaiki" dengan Aikido,
monggo2 saja :). Monggo diajak latihan.. hehehe.. Komentar saya: kalau
seseorang belum niat dan siap berubah, dengan cara apa pun dia tidak
akan berubah. Bahkan dengan cara Aikido sekalipun, kalau seseorang
bermental korban, bisa jadi dia merasa dendam karena [merasa]
"disakiti" saat berlatih :)
As for me.. saya sih nggak pernah berniat "memperbaiki" orang..
hehehe.. Kalau apa yang saya lakukan bisa membantu orang menjadi lebih
baik, ya syukur alhamdulillah. Tapi.. apa pun yang saya lakukan lebih
untuk kebaikan diri saya sendiri. Saya selfish ya? Mungkin.. :) Tapi
kalau buat saya sih itu cara saya untuk mengamalkan interpretasi saya
terhadap ayat ini:
"Jika kamu berbuat kebaikan (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat kejahatan, maka (akibatnya) bagi
dirimu sendiri" (Al Israa QS 17:7)
Tuhan tidak pernah mengubah nasib manusia kecuali jika manusia itu
berusaha mengubah nasibnya ;) Bukan tanggung jawab saya untuk mengubah
nasib orang2 lain ;)
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar