dari salah satu web site islam...
ISLAM DAN TRANSORMASI BUDAYA INDONESIA (1)
Faktor yang turut menentukan bagi bertambah ramainya kegiatan perdagangan bangsa Arab dan Persia di Asia Tenggara ialah invasi beruntun bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan ke atas negeri-negeri Islam sejak tahun 1220 M yang berakhir jatuhnya kekhalifatan Baghdad pada 1258 M. Kehancuran negeri-negeri Islam ini dan penjajahan bangsa Mongol telah mendorong terjadinya gelombang perpindahan besar-besaran kaum Muslimin ke India dan ke Asia Tenggara Perpindahan besar-besaran itu terjadi hingga akhir abad ke-14 M mengikuti ramainya arus pelayaran dan kegiatan perdagangan. Brsama para pedagang dan pengungsi yang lain itu hadir pula sejumlah faqir atau sufi pengembara bersama ratusan pengikut tariqat yang mereka pimpin. Mereka ternyata berhasil memanfaatkan jaringan perdagangan internasional yang telah lama dibina para pedagang Muslim dalam menjalankan kegiatan mereka menyebarkan agama Islam.
Karena kepulauan Melayu merupakan gerbang masuk terdepan dan tempat singgah terdekat bagi kapal-kapal asing dari arah barat, maka tidaklah mengherankan jika kerajaan-kerajaan Islam awal muncul di sini. Kerajaan-kerajaan Islam terawal itu ialah Samudra Pasai (1270-1514 M) dan Malaka (1400-1511 M). Sebagai pusat imperium Islam, kerajaan-kerajaan ini tumbuh dari bandar dagang yang penduduknya telah banyak yang memeluk Islam. Setelah raja di negeri-negeri ini ikut memeluk agama Islam, maka tampillah negeri-negeri tersebut menjadi kerajaan-kerajaan Islam terawal. Di sini perlembagaan-perlembagaan Islam dikembangkan yang memungkinkan pesatnya penyebaran agama ini dan transformasi budayanya.
Tentu saja banyak faktor lain yang tidak kalah penting yang memungkinkan Islam cepat berkembang. Yaitu mundurnya perkembangan agama Hindu dan Buddha, dua agama yang terlebih dulu hadir dan telah membangun peradaban tinggi. Tetapi kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha satu persatu dan beturut-turut mengalami kemunduran pada saat agama Islam berkembang. Sriwijaya, pusat imperium Buddhis yang pernah berjaya dan menguasai perdagangan di Asia Tenggara selama beberapa abad, mulai menunjukkan tanda-tanda kemundurannya pada awal abad ke-13 M. Seabad berikutnya negeri ini dua kali diserbu Majapahit, sebuah imperium Hindu yang mulai bangkit di Jawa Timur. Serbuan terakhir pada penghujung abad ke-14 M menyebabkan negeri itu hancur dan tamat riwayatnya.
Sejak lama Sriwijaya merupakan pusatpenyebaran agama Buddha. Palembang, ibukota imperium ini adalah sebuah bandar dagang regional yang besar. Memasuki awal abad ke-13 M, ketika emporium atau kekuasaan perdagangan Islam semakin kuat, Sriwijaya justru dibelit krisis ekonomi yang berkepanjangan. Wilayah taklukkannya di Siam, Semenanjung Malaya dan kepulauan Melayu semakin menyusut. Bahkan satu persatu berhasil melepaskan diri menjadi kerajaan-kerajaan yang merdeka. Di antara kerajaan-kerajaan kecil di Sumatra yang berhasil melepaskan diri ialah Lamuri, Aru, Pedir, Samalangga dan Samudra di pantai timur, dan Barus di pantai barat. Karena Sriwijaya memungut cukai yang tinggi bagi kapal-kapal asing yang masuk ke pelabuhannya, kapal-kapal dagang asing mencari alternatif lain sebagai tempat berlabuh. Pilihan jatuh ke bandar-bandar yang penduduknya telah lama memeluk Islam itu.
Menjelang akhir abad ke-13 M, kerajaan-kerajaan kecil itu berhasil dipersatukan dan bergabung di bawah imperium baru, Samudra Pasai. Setelah rajanya yang pertama, Meura Silu memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Malik al-Saleh, kerajaan ini berubah menjadi kerajaan Islam. Pada awal abad ke-14, Samudra Pasai mengirim utusan dagang ke Cina untuk mengumumkan kedaulatannya. Ini mengisyaratkan ia telah mampu menyaingi Sriwijaya. Pada tahun 1340 M Sriwijaya diserbu oleh Majapahit yang menjadikan negeri itu semakin lemah Sebaliknya Samudra Pasai, walaupun juga digempur Majapahit beberapa tahun sesudahnya, tetap berkembang sebagai bandar dagang regional yang makmut. Invasi Majapahit malah mengawali pesatnya perkembangan agama Islam di Jawa. Setelah menaklukkan Pasai, tentara Majapahit membawa banyak harta rampasan dan tawanan orang-orang Pasai. Mereka diberi tempat di Ampel Denta, Surabaya. Lambat laun pusat pemukiman komunitas Muslim asal Pasai ini berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam. Terjadinnya banyak perkawinan silang antara putraputri Majapahit dengan putri Pasai semakin mendorong banyaknya orang Islam dari Pasai pindah ke Jawa Timur.
Pada tahun 1390 M raja terakhir Sriwijaya, Paramesywara yang masih muda, berhasrat memulihkan kedaulatan negerinya. Lantas ia memaklumkan diri sebagai titisan (avatara) Boddhisatwa. Ini membuat murka penguasa Majapahit. Ibukota Sriwijaya lantas diserbu sekali lagi dan kali ini dihancur leburkan. Bersama ratusan sanak keluarga, karib kerabat, pendeta dan pegawainya, Paramesywara berhasil melarikan diri. Mula-mula ke Temasik, Singapura sekarang, dan akhirnya ke Malaka di mana dia mendirikan kerajaan baru. Karena letaknya yang strategis, Malaka segera berkembang menjadi bandar dagang regional yang penting di Selat Malaka.Pada tahun 1411 M, Paramesywara memeluk agama Islam setelah menikah dengan putri raja Pasai. Maka negerinya muncul menjadi kerajaan Islam baru kedua setelah Samudra Pasai.
Begitulah sejarah awal pesatnya perkembangan agama Islam di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama Buddha yang hadir sebagai agama elite aristokratik, Islam hadir sebagai agama egaliter dan populis. Agama ini tidak mengenal sistem kasta dan kependetaan, dan karenanya memungkinkan keterlibatan segenap lapisan masyarakat dalam semua kegiatan keagamaan, sosial budaya dan politik yang dikembangkannya. Pada zaman Hindu Buddha pendidikan hanya diperuntukkan kaum bangsawan dan elite keagamaan. Pada zaman Islam pendidikan diperuntukkan untuk semua lapisan dan golongan masyarakat. Lagi pula Islam adalah agama kitab. Belajar menulis dan membaca diwajibkan bagi seluruh pemeluknya. Demikianlah berkembangnya Islam membuat tradisi keterpelajaran lambat laun berkembang.
Dampaknya seperti dikemukakan al-Attas (1972), "Datangnya Islam menyebabkan kebangkitan rasional dan intelektual yang bercorak religius di Nusantara yang tidak pernah dialami sebelumnya". Sedangkan Kern (1917:16) mengatakan bahwa datang dan berkembangnya Islam telah mendorong terjadinya perubahan besar dalam jiwa bangsa Melayu dan kebudayaannya. Islam menyuburkan kegiatan ilmu dan intelektual serta membebaskan mereka dari belunggu mitologi yang menguasai jiwa mereka. Pada gilirannya ia membuka lembaran baru dan menyebabkan terjadinya proses perubahan sosial, ekonomi dan politik yang sangat mendasar. Karena datang dan berkembang melalui saluran perdagangan dan tasawuf, datangnya Islam juga membangkitkan etos atau budaya dagang yang tangguh di kalangan etnik Nusantara yang memeluk agama ini dengan penuh keyakinan. (bersambung)
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar