wuah, as
ada apa lagi
napa sedih lagi as
emang siapa yang berani nyepelein, as ?
or bilang egp ?
or tidak dianggep siapa as ?
hayooooo....
ikutan sisc makan ice cream
sisc lagi nyari tempat yang enak buat makan ice cream
yang ice cream nya buanyaaaaaaaaaakkkk
biar hati nya jadi adeeeeeeeeeemmmmmmm
btw, hati2 mengenai rasa marah dan rasa takut,
hal yang wajar :
muncul dalam keadaan tertentu yang bersifat emergencies,
tidak wajar :
menjadi suatu habit sebagai penetrasi (adjustments) atas segala hal
yang kita tak dapat temukan solusinya
wajar :
tidak berlebihan kalo muncul
tidak wajar :
berlebihan dan bersifat violent yang ber-efek disastrous
(mencelakakan)
sekali keluar2 lebam, wuaaaaaaaaaahhh.
(ngibrit mode)
kalo itu emang butuh terapi .....(fear and anger therapy)
--- In psikologi_transform
<as2004as_as@
>
> Napa pula harus marah, to, mBak ?
> Apa ada yang bilang egp ?
> Apa ada yang menyepelein ?
> Apa gak dianggep ?
> Apa tidak di manusiakan ?
> Kalau memang demikian, mBak.
> Sampaikan simpatiku, mBak.
> Semoga kuat menerima cobaan itu.
> Dan sabar.
> Hidup masih panjang, mBak
> Janganlah diisi dengan tangis, mBak
> Meski mungkin tak kuat menerima.
> Semoga ditolong sama Tuhan, mBak
> Siapa lagi yang bisa menolong, mBak ?
> Bila berhal seperti itu
> Hanya Tuhan, mBak
> Tempat kita berlindung, mBak
> Tempat kita menangis, mBak
> Sampaikan rasa simpatiku, mBak
>
> was_swas <was_swas@..
> Mas Edy, kalau saran yang Mas berikan pada Jeng Lulu itu memang
lebih tepat dikatakan sebagai teknik meredakan emosi :)
> Sedangkan untuk Terapi Marah sendiri.. well.. agak tricky
menjawabnya, namun saya coba ya :)
> > yang jelas yang di hancurkan bukanlah emosi marahnya , namun
sisa sisa
> > marah terpendam MASA LALU di memori pikiran secara keseluruhan
bukan
> > bagian per bagian.
> >
> > kemaran terpendam masa lalu ,apakah itu bisa di sebut tetap ??
> Kalau Mas bicara tentang marah yang terpendam masa lalu, maka
menurut saya kita harus bicara tentang psikoanalisa. Dan teori Freud
tentang "represi" serta "defense mechanism" paling tepat untuk
dijadikan acuan pembahasan.
> Freud banyak bicara tentang pengalaman traumatis dan bagaimana
individu menghadapinya. Menurut Freud, pengalaman itu direpresikan
hingga ke alam bawah sadar. Untuk menghadapinya, manusia akan
menampilkan berbagai mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahan
diri ini yang membuat seseorang bisa seolah2 berfungsi dengan baik
walaupun sebenarnya masih menyimpan dan menumpuk emosi negatif (salah
satunya mungkin kemarahan) terhadap apa yang terkait dengan
pengalaman traumatisnya.
> Terapi2 yang bertumpu pada pendekatan psikoanalisa
menempatkan "persepsi individu terhadap pengalaman traumatis" sebagai
kondisi menetap yang harus diubah. Dengan mengubah kondisi ini, emosi
negatif yang tertumpuk itu akan hilang. Jadi, bukan emosi negatif
yang tertumpuk itu yang dijadikan target untuk dihilangkan, melainkan
akar permasalahannya. Emosi negatif itu adalah simtom yang
menyertainya.
> Kalau sekarang Mas Edy bertanya apakah kemarahan terpendam itu
bisa dikatakan menetap, well.. dengan patokan psikoanalisa: tidak.
Itu adalah reaksi dari suatu akar masalah. Ibaratnya, marah terpendam
ini adalah lumpur Lapindo. Dikuras dan dibuang ke tempat lain pun
akan muncul kembali karena kondisi buruk yang menetap tidak
terselesaikan :)
> Ada satu alasan lagi yang saya soroti dalam penjabaran Mas Edy:
sisa-sisa marah terpendam masa lalu DI MEMORI PIKIRAN. Kembali saya
berpatokan pada psikoanalisa: suatu pengalaman traumatis yang
direpresikan tidak tersimpan dalam memori pikiran yang dapat diakses.
Memang tidak benar2 hilang dari pikiran, tapi sudah diblokade
sedemikian rupa sehingga tidak disadari, apalagi diingat.
> > prosesnya adalah menghapus timbunan marah terpendam masa
lalu .dengan
> > rileksasi , visualisasi pikiran , menggambar dan sugesti , di
tambah
> > musik dan kopi sbg entertainment.
> > memakan waktu 60 sampai 90 menit. bisa individual atau massal 15
orang.
> >
> > kemudian menanamkan nilai kesabaran ke dalam memori pikirannya
melalui
> > visualisasi ,dan menggambar yang di dahului juga dengan rileksasi
dan
> > membimbing ke alam setengah sadar.
> > karena kalau ada memori masa lalu yang di hapus dalam pikiran ,
harus
> > ada yang di isikan ke dalamnya.
> > kemudian di sertai latihan meditasi sambil mengucap afirmasi
selama 1
> > minggu setelah terapi.
> Proses ini sedikit banyak mirip dengan hypnotherapy yang saya
tahu. Tapi.. yang harus Mas Edy ingat, hypnotherapy itu tujuannya
lebih untuk mengubah pola perilaku :). Mereka tidak meng-claim
menghancurkan sisa2 kemarahan terpendam masa lalu, mereka hanya
mengubah pola yang sekarang :). So.. kalau dari sudut psikologi, ini
lebih dekat kepada behavioristik. Ranah mereka adalah perilaku nyata;
bukan memory, bukan consciousness.
> Ini yang membingungkan dari pendekatan Mas Edy: at the same time
Anda membicarakan objective dan masalah yang khas psikoanalisa, tapi
ranah garapannya adalah ingatan, dan kemudian dalam email berikutnya
bertanya tentang hypnotherapy yang sebenarnya lebih dekat pada
behavioristik (meskipun dengan teknik hipnosis) :)
> Well.. kalau berdasarkan apa yang saya tangkap dari penjelasan Mas
Edy, mungkin ada baiknya Mas Edy kembali ke titik awal: merumuskan
tujuan dan racikannya. Kali ini mungkin dengan lebih banyak mengobrol
dengan Art Therapist yang sudah berpengalaman, dan mempelajari ulang
tentang psikoanalisa. Memang benar bahwa Art Therapy itu "menggunakan
seni karena kata kata saja kadang tidak cukup", tapi intinya adalah
lebih pada terapi itu sendiri, bukan pada penggunaan art-nya.
Penggunaan art itu lebih berupa alternatif cara lain dibandingkan
kata2, tapi tetap yang paling utama adalah merumuskan apa yang hendak
diubah dan bagaimana mengubahnya :)
> Dan walaupun saya nggak mendalami art therapy, sejauh yang saya
tahu Art Therapy ini dekat sekali dengan psikoanalisa. Seperti yang
tergambar dalam situs yang Mas Edy berikan sendiri (situs Marty
Levinson) yang banyak bicara tentang alam bawah sadar (bukan
memory/ingatan, yang masuk dalam alam sadar) seperti dreams.
> Atau, kalau nggak mau pakai psikoanalisa, mungkin Mas Edy perlu
mencari tautan yang lebih jelas antara kemarahan terpendam, ingatan,
dan seni sebagai sarana pengubahannya :).
> Salam,
>
> --- In psikologi_transform
<edy_pekalongan@
> >
> >
> > mbak swas
> > terima kasih atas masukannya .dan mohon saran lanjutannya.
> > untuk saran kepada mbak lulu itu bukan proses terapi marah dengan
> > menggambar itu hanya tips kecil meredakan emosi sesaat.
> >
> > kalau lebih tepat di sebut tehnik self healing. gak tahu juga...
> > yang jelas yang di hancurkan bukanlah emosi marahnya , namun sisa
sisa
> > marah terpendam MASA LALU di memori pikiran secara keseluruhan
bukan
> > bagian per bagian.
> >
> > kemaran terpendam masa lalu ,apakah itu bisa di sebut tetap ??
> >
> >
> > prosesnya adalah menghapus timbunan marah terpendam masa
lalu .dengan
> > rileksasi , visualisasi pikiran , menggambar dan sugesti , di
tambah
> > musik dan kopi sbg entertainment.
> > memakan waktu 60 sampai 90 menit. bisa individual atau massal 15
orang.
> >
> > kemudian menanamkan nilai kesabaran ke dalam memori pikirannya
melalui
> > visualisasi ,dan menggambar yang di dahului juga dengan rileksasi
dan
> > membimbing ke alam setengah sadar.
> >
> > karena kalau ada memori masa lalu yang di hapus dalam pikiran ,
harus
> > ada yang di isikan ke dalamnya.
> > kemudian di sertai latihan meditasi sambil mengucap afirmasi
selama 1
> > minggu setelah terapi.
> >
> > saya sendiri kadang bingung ini lebih tepat di sebut emosional
healing
> > atau terapi ??
> >
> > mohon masukannya..
> >
> >
> > salam,
> > edy
> > pekalongan
>
>
>
>
>
>
>
> ------------
> Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar