Kepada Yth: 'Iin' (Indah) di Samarinda
Cc: Pengamat dan user Kompatiologi.
Hal: Keterpecahan Mental Akibat Benturan Paradigma
Jakarta, Rabu, 31 Oktober 2007
Sdr. Iin menghubungi saya sore ini prihal keinginannya
belajar kompatiologi dan apakah saya bisa datang ke
Samarinda untuk mengajarkan kompatiologi kepadanya.
Dari balas-berbalas sms antara saya dengan sdr. Iin,
saya memperkirakan bahwa permasalahan yang menimpa
sdr. Iin adalah masalah benturan paradigma yang
terjadi di Kalimantan soal benturan budaya lokal
(asli) yang 'animisme' (paradigma suku dayak misalnya)
dengan budaya pendatang yang cenderung 'monotheisme'
(ilmupengetahuan ala barat, agama Katolik, Kristen dan
Islam).
Tiap paradigma memiliki penekanan tentang hal yang
dianggap penting;
* Animisme yang menjadi paradigma / budaya lokal
(asli) di Kalimantan memiliki kecenderungan lebih
memeintingkan pemerosesan informasi bagian instingtif
/ naluriah / hal-hal yang berhubungan antara manusia
dengan bumi / alam sekitar.
Proses pembentukan dalam manusianya adalah sbb:
1* Pengalaman indrawi sehari-hari (Makrifat).
2* Peta hubungan sebab-akibat /tekhnis dari pengalaman
indrawi dikonsepkan polanya (Hakikat).
3* Perjalanan menuju kebenaran sesuai pengalaman yang
telah dipetakan (Tarikat).
4* Pencapaian kebenaran yang mutlak (Syariat).
* Monotheisme yang menjadi paradigma / budaya
pendatang di Kalimantan memiliki kecenderungan lebih
mementingkan teori, konsep, keyakinan, believe system
yang dianggap benar dan perjalanan manusia menuju
kebenaran yang hakiki.
Proses pembentukan dalam manusianya adalah sbb:
1* Teori, aturan main, norma, tentang kebenaran
(Syariat).
2* Menjalani dengan taat, teori, aturan main, norma
tsb (Tarikat).
3* Peta hubungan sebab-akibat yang bersifat tekhnis
(Hakikat).
4* Menjadi manusia biasa yang apa adanya (Makrifat).
Baik insting maupun intuisi adalah tahap pemerosesan
informasi yang secara tekhnis alamiah berhubungan satu
sama lain. Yang menjadi masalah, perbedaan paradigma
titik start dan titik finish yang bertolakbelakang,
meskipun pada akhirnya secara keseluruhan sama saja;
sering kali menghasilkan keterpecahan mental.
Pada orang yang alamiahnya menjalani pola paradigma
animisme, lalu memaksakan diri untuk menggunakan pola
monotheisme, keterpecahan dirinya muncul dari
ketidakmampuan orang tsb untuk menguasai feeling (data
abstrak) yang sering muncul, ini terjadi karena
pengalaman indrawi (instingtif) diletakkan di nomor
paling terakhir, lalu yang didahulukan adalah syariat
yang telah dipolakan dan digeneralisasi. Maka biasanya
yang tampak dari orangnya adalah seperti
ketidakmampuan untuk mengontrol diri, terlalu
mood-moodan tampak luarnya.
Sebaliknya, bagi orang yang alamiahnya menjalani pola
paradigma monotheisme, lalu memaksakan diri untuk
menggunakan pola animisme, keterpecahan dirinya muncul
dari ketidakmampuan orang tsb untuk membedakan mana
yang adalah feeling (pengalaman indrawi) dan mana yang
adalah teori, konsep, keyakinan, believe system yang
sifatnya ditanamkan, disugestikan secara sadar atau
tidak sadar. Orang yang pada kondisi ini akhirnya
secara tidak sadar menganggap teori, konsep,
keyakinan, believe system yang bukan pengalamannya
sendiri, dianggap begitu saja sebagai felling
(pengalaman naluriahnya sendiri). Tetap saja orang ini
tidak mampu mencapai apa yang dinamakan feeling itu
yang sifatnya instingtif. Ini yang biasanya
mengakibatkan munculnya fundamentalisme, fanatisme,
dlsb yang membabibuta, yang tidak lagi menggunakan
akal sehat meskipun orang tsb cukup berpendidikan.
Kompatiologi hanya dibutuhkan oleh manusia yang
mengalami ketidaklengkapan, ketidakbersambungan fungsi
pemerosesan informasi entah terlalu memaksakan
instingtif atau terlalu intuitif. Untuk penganut
paradigma animisme yang masih tinggal di kondisi yang
tidak terpengaruh oleh paradigma pendatang yang
monotheisme, kompatiologi hanya akan dianggap sisi
yang lebih moderen, lebih perkotaan dari animisme.
Sebaliknya bagi yang menganut paradigma monotheisme,
kompatiologi dianggap sebagai sisi primitifnya, sisi
naluriahnya dari monotheisme. Itu alasannya mengapa
kompatiologi sangat laku dan cocok untuk masyarakat
perkotaan yang tercampuraduk paradigmanya.
Guru kundalini saya Putu Ngurah Ardika sangat cocok
untuk mengajar kundalini di Bali, karena mayoritas
masyarakat di Bali masih bisa menjaga keutuhan sisi
animismenya tanpa tercampur aduk secara membingungkan
dengan budaya pendatang. Toh melalui jalan animisme
atau monotheisme, pada akhirnya keutuhan yang dapat
dicapai akan tetap sama.
Untuk sdr. Iin kira-kira itu gambaran singkatnya dari
saya. Kompatiologi yang saya temukan ini mungkin
(tidak janji ya :)) bisa membantu untuk mengembalikan
dua pasang: fungsi insting dan intuisi, paradigma
animisme dan monotheisme ke kegunanan tekhnisnya di
tempat yang semula /alamiahnya. Dengan itu diharapkan
berakibat sdr. Iin akan mampu membawa diri dengan
lebih terkontrol. Menjadi manusia yang lebih berdiam
pada diri sendiri, tidak terbawa kanan atau kiri,
lebih saklek dan mampu memanfaatkan keseluruhan fungsi
pemerosesan informasi yang diberikan alam atau
pencipta kepada kita, berupa fasilitas kelengkapan
tubuh dan fungsi mental & fisikal kita sebagai
manusia.
-----
Di luar adanya kasus ketidaklengkapan fasilitas cacat
tubuh fisik; Penyakit kejiwaan muncul dari perjalanan
merekam pengalaman hidup sehari-hari. Sebelum adanya
benturan antara paradigma animisme (timur) dan
monotheisme (barat) hal ini tidak banyak terdengar,
tetapi setelah barat berusaha membaratkan timur, dan
sebagian yang barat berusaha mentimurkan dirinya, maka
munculah berbagai penyakit kejiwaan ini.
Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Rabu, 31 Oktober 2007
:::: Contact Person :::::
Telp: 021-5482193,
Fax: 021-5348546
CDMA felxi: 021-70006775
CDMA esia: 021-98806892
CDMA fren: 08881333410
Email: <vincentliong@
Address: Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau,
Jakarta Selatan 12210 Indonesia.
(note: per telepon saja, tidak melayani sms dan
misscall.)
Ingin Dekon-Kompatiologi?
Hubungi Vincent Liong
Praktik dekon-kompatiologi by appointment only.
Tarif umum : Rp.500.000,-
Send instant messages to your online friends http://au.messenger
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar