terima kasih juga mbak swas : -D
he....4x
salam,
edy
pekalongan
--- In psikologi_transform
<was_swas@..
>
>
> Waaah.. salah ya, Mas Edy? Iya ya.. salah, sorry dory memory :) Tadi
> pagi lihat tumpukan email udah banyak, langsung ambil topik terakhir
> yang menyebut2 ini, ternyata salah :)
>
> Anyway.. saya udah baca lagi bagian yang "hilang" dari tulisan Mas Edy
> sebelumnya.
>
> lalu anda mempertanyakan tentang kenapa saya repot repot menggarap
> memori pikiran ????
>
> saya punya kenyakinan sendiri bahwa "manusia itu bertindak berdasarkan
> apa yang dia tahu, apa yang dia tahu itu berdasarkan apa yang masuk
> (ilmu /informasi) yang di serap atau dipelajari. yang berpengaruh
> terhadap pola pikir . dari pola pikir mempengaruhi perilaku termasuk
> respon terhadap berbagai hal .
>
> Saya mau klarifikasi dulu, Mas :) Saya nggak keberatan (dan nggak
> memarahi) lho, Mas Edy pakai istilah "terapi" ;) Cuma kalau istilahnya
> "terapi", saya jadi tergelitik pingin nanya ;)
>
> Kalau penjelasan Mas seperti di atas ini, memang akhirnya menjadi mirip
> dengan terapi perilaku (= mengubah perilaku yang ada, misalnya dari
> nggak sabaran menjadi lebih sabar). Dan ini menerapi perilaku dengan
> memodifikasi pikiran memang sangat mungkin. Sudah ada di psikologi, dulu
> namanya REBT (rational emotive behavioral therapy), kemudian berkembang
> menjadi CBT (cognitive behavioral therapy). Saya & Bang Harez sempat
> menyebut2 ini sedikit ketika menanggapi Pak Jusuf (baca Message #33599
> <http://groups.
>
> CBT ini menggunakan modifikasi pikiran untuk mengubah pola tingkah laku,
> mirip dengan yang Mas Edy pakai. Namun.. ya fokus utama terapinya di
> sini adalah perilaku. Kita nggak membahas "luka lama" dan sisa2nya.
> Segala luka lama itu diterima sebagai default, dan yang penting adalah
> maju ke depan nggak dengan pola yang sekarang. Ini mirip dengan analogi
> Mas Edy tentang "merontokkan daun dan menyapu/membersihka
> menebang pohonnya, tapi bikin gimana bisa duduk2 di bawah pohon itu
> dengan nyaman. Kalau tertarik boleh baca di sini:
> http://www.nacbt.
>
> Nah.. kalau Art Therapy, memang biasanya digunakan untuk ngurusin "luka
> lama". Mengobati luka lama sehingga ke depannya bisa lebih baik. Jadi,
> luka lama di sini memang diobok2 supaya sembuh, sehingga kalau sembuh
> dan bisa tumbuh dengan baik. Ini lebih mirip dengan analogi Mas Edy
> tentang "menancapkan racun di pohon dan kemudian mengganti dengan pohon
> yang baru". Tapi.. kalau tujuan Mas ke sini, maka akan dipertanyakan
> kenapa kok cuma membersihkan kemarahan terpendam? Kenapa nggak ke
> akarnya?
>
> Mas pernah baca buku tentang Sybil: Wanita dengan 16 Kepribadian? Ini
> salah satu bentuk terapi yang "membasmi ke akarnya". Kepribadian Sybil
> terpecah menjadi 16 karena trauma masa kecil. Trauma itu membuatnya
> marah, dan marah itu terpendam, tapi karena marah itu tidak dapat
> dikeluarkan, maka "menghantam" dirinya sendiri dan memecah kepribadian
> menjadi 16. Tiap kali muncul trauma baru, terpecahlah kepribadiannya.
> Dan proses ini tidak disadari. Ingatan Sybil bahkan tidak merekam
> peristiwa traumatis itu. Dengan terapi dari Dr Wilbur, Sybil baru
> berhasil menemukan akar masalahnya, dan kemudian dengan terapi
> lanjutannya "menyatukan" ke-16 pribadi itu
>
> (well, memang kemudian diagnosa dan apakah benar Dr Wilbur, sang
> psikiater, melakukan terapi se-dahsyat ini. Tapi idenya adalah: membasmi
> masalah hingga ke akar supaya klien dapat berfungsi dengan baik. Bukan
> sekedar membasmi simtomnya) Baca di
> http://www.bbc.
> <http://www.bbc.
>
> Gitu, lho, Mas Edy :) Yang membingungkan karena Mas mencampuradukkan dua
> hal yang sangat berbeda - separuh ke arah sana, separuh ke arah sini.
> Takutnya malah nggak kemana2. Makanya saya kejar terus untuk
> merumuskannya secara lebih tepat.
>
> Terus.. saya setuju bahwa konsep yang Mas kembangkan ini tentu akan
> banyak membantu orang. Dan memang nggak perlu sekolah untuk bisa
> membantu orang :). Tapi.. kalau boleh usul, Mas, dalam menjabarkan
> konsep memang cara komunikasi harus diperhatikan. Benar2 dipikirkan
> konsep awalnya, lantas cara menuangkannya bagaimana :) Sebab, dituangkan
> secara runtun dan sistematis pun masih memungkinkan kesalahan tangkap
> pembaca, apalagi kalau tidak dituangkan dengan baik :). Beda kalau kita
> mau bercanda doang.. hehehe..
>
> Dan soal editor.. hehehe.. ini emang gak serius kayaknya ya.. :) Tapi,
> menurut saya sih tugas editor juga memeriksa kesinambungan alur tulisan
> dengan membaca kalimat per kalimat. Dia harus mengerti konsep ceritanya
> apa, dan melihat apakah konsep itu tertuangkan dengan baik dengan
> rangkaian kalimat seperti ini. Jangan sampai bagian depannya bilang apa,
> bagian belakangnya bisa dipertentangkan dengan yang depan. Editor yang
> baik bukan cuma memeriksa kalimat per kalimat, atau tata bahasa :).
> Makanya yang namanya majalah itu dipimpin oleh Editor-in-Chief, karena
> dia yang harus bertanggung jawab atas kesinambungan alur tulisan :).
>
> No hard feeling ya, Mas Edy :). Senang berdiskusi dengan Anda, dan..
> semoga membantu Mas Edy mengembangkan konsepnya :)
>
> Salam,
>
>
> --- In psikologi_transform
> <edy_pekalongan@
> >
> > mbak swas seharusnya yang di soroti yang ini... bukan yang postingan
> > saya yg kepotong (yg anda reply ) . tapi masukan anda baik sekali.
> >
> >
> > terima kasih juga bang sinaga,dll.
> > atas masukannya .
> >
> > saya pikir ada banyak simbol yang saya pakai yang berbeda dengan
> > simbol2 psikologi, sehingga pemahaman pembaca yang menganalisa
> > kalimat saya satu per satu menjadi keliru penafsiran.
> >
> > model menganalisis opini seseorang kalimat per kalimat , adalah ciri
> > orang berbakat menjadi editor...(ha.
> > di milis ini gak pakai konsep awal, asal ketik spontanitas.
> > juga ngobrol ,bukan saksi di pengadilan )
> >
> > belum lagi kendala bahasa sehingga orang yang menanggapi tulisan saya
> > mungkin mengartikan maksud saya bingung (salah sendiri bingung ) ,
> > mana yang simbolis , mana yang serius ,mana yang bercanda...
> >
> > apalagi menjelaskan praktek metodenya dalam tulisan ,susah .
> > lebih enak dilihat sendiri ,sangat sederhana.
> >
> >
> > dan kalau membantu orang saja harus menunggu sekolah ,ijin dll.
> > agaknya bukan pilihan saya.
> >
> > namun sebagai pengembangan hoby , anger management ini akan
> > bermanfaat untuk membantu sesama yang membutuhkan.
> >
> >
> > kalau mau dapat duit banyak pilihan saya bukanlah sekolah S2 atau
> > menjual anger management ini . tapi lebih memilih berdagang batik
> > meneruskan tradisi keluarga, uangnya jelas dan gak pusing2 mikir
> > teori/praktek untuk di jual.
> >
> >
> > waduhh.. baru kost di milis psiko trans saja, sudah dapat ilmu
> > sebanyak ini.
> >
> > enak tenan yo... jadi anggota milis psiko trans.
> >
> > salam,
> > edy
> > pekalongan
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar