Yup benar sekali bahwa diagnosanya dilakukan oleh penderita yang
bersangkutan sendiri, lewat literatur2, yg katanya dapat dari perpus
umum maupun dari internet.
Waktu saya membujuknya ke psikolog klinis juga dengan dasar bahwa
bisa saja dia bukan sakit bipolar II tapi termakan mind-settingnya
sendiri.
Cuman ya itu, untuk beri pengertian pada dia tanpa bikin jadi
sekedar debat kusir, yang bikin sulit. Ujungnya2 dia bersikeras
bahwa dia bipolar II dan hanya butuh obat antidepresan. Itu juga
pengennya dapet obatnya tanpa hrs ke dokter (psikiater). Terakhir
dia udah nolak komunikasi dengan saya perihal sakitnya.
Terima kasih buat rekan-rekan yang sudah menanggapi. Sedikit banyak
sudah membantu. =)
terutama dari was_was, makin menguatkan saya untuk tetep yakinin
temen saya mau konseling dulu ke psikolog untuk diagnosa awal. Walo
belon ketemu caranya... apalagi dia-nya menyatakan tidak mau saya
hubungi lagi.
Btw, ada yang tahu psikolog yang cukup kompeten dengan hal ini, di
Bandung, yang bisa dihubungi?
Ada yang menulis bahwa untuk seorang psikolog klinis pun ada yang
kesulitan dalam mengenali mentally illness bipolar II. (makanya sy
sempat tanya perkembangan bipolar II di Indonesia, untuk tahu apakah
sudah umum atau belum bipolar dihadapi oleh psikolog2 Indonesia)
terima kasih lagi.
salam,
Ita
--- In psikologi_transform
<was_swas@..
>
>
> Dear Mbak Ita,
>
> Saya juga nggak terlibat di bidang psikologi klinis, jadi kalau
ditanya
> perkembangannya di Indonesia, saya tidak tahu. Tapi setahu saya,
Bipolar
> (Tipe I & II) memang termasuk kelompok gangguan jiwa berat, dimana
> gangguannya sudah bukan sekedar dalam psikis, melainkan
> berdampak/mencakup unsur biologis juga. Karena sudah
berdampak/mencakup
> unsur biologis, tentu saja sekedar terapi tidak akan berhasil.
Unsur
> biologis yang terkena harus diobati/ditanggulan
dengan
> obat-obatan.
>
> Setahu saya pula, gangguan jiwa berat seperti ini memang akhirnya
harus
> tergantung pada obat-obatan, dan menjadi ranah kerja Psikiater
(dokter
> spesialis kejiwaan, yang lulus dari Fakultas Kedokteran dan
kemudian
> mengambil spesialisasi kejiwaan). Gangguan jiwa berat seperti ini
bukan
> lagi ranah kerja Psikolog Klinis (lulusan Fakultas Psikologi dengan
> spesialisasi pada gangguan kejiwaan), karena seorang Psikolog tidak
> berhak meresepkan obat-obatan seperti Psikiater.
>
> Jadi, kalau memang teman Anda itu sudah didiagnosa sebagai
penderita
> Bipolar, maka memang dia benar: yang paling dibutuhkannya adalah
> obat-obatan, dan pendampingan psikologis (konseling) hanya akan
> berfungsi untuk membantunya menerima keadaan (tidak menyembuhkan
> gangguannya)
> dibutuhkan adalah obat.
>
> Namun.. yang harus hati-hati adalah pada penegakan diagnosa ini.
Dari
> email Mbak Ita, saya mendapat kesan bahwa diagnosa ini bukan
berasal
> dari psikolog maupun psikiater? Dari siapa diagnosa ini didapatkan?
>
> Jika memang ini belum terdiagnosa secara pasti, hanya baru berupa
> tebak2an, yang saya sarankan adalah membawanya pada Psikolog
Klinis.
> Yakinkan bahwa untuk mendapatkan diagnosa seperti ini, dibutuhkan
> seorang ahli, karena gejala antar satu gangguan kejiwaan (ringan
dan
> berat) saling bertumpang tindih. Psikolog Klinis lebih
berpengalaman
> memilah-milah gangguan kejiwaan tersebut, karena memang dilatih
untuk
> itu. Jika memang tergolong Bipolar, dimana perlu obat, maka
Psikolog
> Klinis akan merekomendasikannya kepada Psikiater.
>
> Saya sarankan tidak langsung dibawa ke Psikiater. Dengan tidak
> mengurangi rasa hormat pada Psikiater, selalu ada kecenderungan
bahwa
> psikiater akan langsung memperlakukan setiap klien yang datang
sebagai
> PASTI menderita gangguan jiwa berat dan PASTI butuh obat. Hal ini
adalah
> sesuatu yang wajar, mengingat background pendidikan seorang
psikiater
> adalah kedokteran; mereka dilatih untuk mencari masalah fisik
(biologis)
> dan menyembuhkannya dengan obat. Sementara, sebaliknya, psikolog
dilatih
> untuk mencari masalah jiwa terlebih dahulu, karena tidak semua
masalah
> kejiwaan membutuhkan obat.
>
> Untuk bahan referensi, boleh dilihat juga di sini panduannya:
> http://allpsych.
> <http://allpsych.
>
> Semoga membantu, Mbak Ita.
>
> Salam,
>
>
> --- In psikologi_transform
> <goenardjoadi@
> >
> > Mbak Ita,
> >
> > saya lebih awam lagi soal psikologi, namun saya sudah ketemu
pasien
> > Bipolar tipe II, ada yang sudah sembuh, ada yang belum sembuh,
> > vincent.
> >
> > Bipolar itu artinya swing, kadang manic [maniak], kadang
> > depressive. pasien bisa 3 hari menangis mau bunuh diri, namun
> > setelah itu bisa menjadi over confident.
> >
> > Mengapa bisa jadi begini?
> >
> > 1. Kalau seseorang sudah merasa dikhianati terlalu banyak orang,
> > atau merasa ditipu, dan dibohongi oleh terlalu banyak orang
> >
> > 2. Kalau seseorang merasa sudah mendekatkan diri pada batin,
marasa
> > sudah menguasai batin, dan mengatas-namakan batin, maka cenderung
> > batin tersebut bisa tiba-tiba hilang, atau ragu, pada saat itu,
yang
> > tadinya over confident, maka bisa kehilangan pegangan, seolah-
olah
> > tidak ada lagi yang mendukung dirinya lagi.
> >
> > Bagaimana cara mengobati?
> >
> > Berdasarkan pengalaman saya:
> >
> > 1. Melakukan pendekatan jiwa yang benar, melalui proses step-by-
step
> > yang benar, apakah itu jiwa?
> >
> > 2. pengenalan jiwa
> >
> > 3. memberi makan jiwa
> >
> > 4. menemukan kembali jiwa yang hilang
> >
> > 5. melatih rasa confident, bahwa masih ada orang baik di dunia
ini.
> >
> > salam,
> > goen
> >
> >
> >
> >
> > --- In psikologi_transform
Renatha"
> > carmelita_renatha@ wrote:
> > >
> > > Rekan rekan,
> > > perkenalkan saya Ita, awam psikologi.
> > > Apakah ada yang bisa memberi masukan mengenai Bipolar Tipe II?
> > > Mengenai perkembangannya di Indonesia? Apakah penyakit ini
hanya
> > > bisa diselesaikan dengan obat antidepresan? Apakah konseling
> > > psikologi tidak mampu banyak membantu? jika konseling membantu,
> > > bagaimana meyakinkan seseorang yang meyakini dirinya mengidap
> > > Bipolar II untuk berkonsultasi dengan psikolog di saat dia
hanya
> > > menginginkan antidepresan? Beliau menolak untuk diajak ke
psikolog
> > > namun untuk ke psikiater juga sulit. Terus menerus mengajukan
> > > pertanyaan seputar antidepresan. Ajakan saya untuk bertemu
> > psikolog
> > > sepertinya berujung kekecewaan pada dirinya, merasa tidak di-
> > > mengerti bahwa yang dideritanya adalah sakit dan hanya butuh
obat.
> > >
> > > Saya sangat memerlukan informasinya karena beberapa artikel
> > tentang
> > > bipolar II yang saya temukan hanya berbicara bahwa sakit ini
> > seakan2
> > > hanya butuh obat antidepresan dan dipergunakan rekan saya
sebagai
> > > semacam pembenarannya.
> > >
> > > Terima kasih sebelumnya.
> > >
> > > salam hangat,
> > > Ita
> > >
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar