Manteb bener mas…
Salah satu maestro penemu pola adalah Sir Issac Newton…hanya dengan 3 point statement sederhananya, dia mampu mendeskripsikan hukum2 (pendekatan) mekanika yang mengatur alam semesta
dalam satu kesempatan saya tanya ke engineer2 saya….menurut hukum
nah, bila seekor kuda menarik kereta, berdasarkan hukum Newton ke-3 seharusnya resultan gaya adalah nol, tidak ada percepatan dan bila kecepatan awal kereta adalah nol (diam), harusnya kereta gak akan bergerak dong…loh, apakah Newton salah, kenyataannya kereta ditarik kuda kan bergerak?
awalnya mereka ketawa dengan pertanyaan ini…dengan sekian banyak code2, rumus2 dan metode2 untuk design ini itu yang canggih…diaggapnya ini cuma pertanyaan set back yang gak ada gunanya secara praktis
nah, satu waktu kami dapat pekerjaan membuat moring buoy (alat menambatkan kapal di tengah laut), ada satu kalkulasi dengan banyak angka dan rumus yang mereka tidak mengerti berhubung baru tahu….baru setelah saya tunjukkan pola sederhananya hubungan masing2
satu waktu lain, staff accounting saya yang seorang sarjana S1 Accounting, saya suruh bikin laporan keuangan…berhubung hanya untuk formalitas dan laporan yang bener belum selesai saya suruh nembak angka2 di necaranya (he2, ngaku)……
apa yang terjadi? ada kesalahan fatal, karena masalah sepele bahwa dia tidak mengerti esensi dari “laba ditahan”…..bayangkan, seorang sarjana S1 akuntansi, yang pada akhirnya harus saya ajari ulang esensi dasar akunting yang saya pelajari ulang dari bekas buku pembukuan SMP ponakan saya bahwa:
HARTA = UTANG + MODAL….dst..dst…
Kembali ke bangsa kita, sepertinya prinsip pengenalan pola dasar inilah yang jauuhhh banget…yang rasanya akibat mental “mengerjakan soal pake rumus” yang begitu mendarah daging
Salam,
Anwar
From:
Sent: Wednesday, December 19, 2007 1:39 PM
To: Diskusi-HRD@
Subject: [psikologi_transfor
appreciative life
Mengenali pola, lahirkan perubahan
Budi Setiawan, M.Psi
Pendidik di Fakultas Psikologi Unair
LP3T, Pelopor Psikologi Positif
Hari-hari ini. Saya lagi menikmati lejitan keasyikan Damai, putri semata wayang, dalam berceloteh. Satu kata demi satu kata. Tiba-tiba dalam usianya yang masih belum genap 2 tahun, melejit menjadi dua, tiga bahkan empat kata. Kemarin setelah mandi, Damai menolak pakaian yang akan dipakaikan oleh ibunya buat dirinya. “meme ndak mau ini...yang lain...meme pakai kaos aja...”. Bagi mereka yang memperhatikan anaknya bermain bahasa, setiap tahapannya merupakan keajaiban kecil yang mewarnai hari. Kok ajaib? Bayangkan, anak kita yang sama sekali tidak paham alfabet, bisa-bisanya menggunakan kata dan kalimat menarik.
Lain lagi kisah teman saya yang imut, dewi paling suka menyanyi di karaoke. Kalau sudah nyanyi, habis-habisan katarsis. Menumpahkan seluruh beban dan rasa. Bagaimanapun, saya harus acungi jempol. Habisnya, saya sendiri kalau nyanyi selalu konsisten. Konsisten di luar jalur. Alias fals terus. Herannya, dewi dan saya itu sama-sama tidak bisa membaca not balok. Tidak tahu tata cara menyanyi yang baik dan benar.
Apa yang bisa kita pelajari dari dua contoh tersebut? Secara alami. Secara manusiawi. Kita melakukan segala sesuatunya dengan memahami pola terlebih dahulu, bukan elemen-elemennya. Memahami maksud dan kalimat yang mengandung maksud itu. Bukannya mengenali dan menghafalkan abjad terlebih dahulu. Memahami ritme dan memproduksi suara sesuai ritme itu. Bukannya mengenali not balok dan menghafalkannya terlebih dahulu. Terus terang. Saya minta ampun kalau disuruh ngajari abjad demi abjad ke Damai. Dan lebih minta ampun lagi, kalau disuruh mengenali dan menghafalkan not balok.
Intinya. Kenali pola. Apa pentingnya? Makna suatu pola jauh melampui penjumlahan elemen-elemen pembentuknya. Semisal, 3 warna dasar (merah, hijau dan biru) bisa membentuk sebuah lukisan yang indah. Garing kalau kita menikmati lukisan indah itu dengan mengenali warna dasar yang digunakan. Mahakarya Beethoven “Fur Elize”, Mais Que Nada dari Sergio Mendez, maupun Menghapus Jejakmu Peter Pan diciptakan dari hanya 12 not musik. Dashyat! Seluruh revolusi komputer dan jaman informasi sekarang berpijak pada dua digit, nol dan satu.
Kapasitas mengenali pola ini atau berpikir sistem, merupakan suatu cara memandang keseluruhan, daripada memandang bagian per bagian. Pergeseran dari melihat elemen, kejadian, fungsi menjadi melihat proses, struktur, relasi dan hasil. Cara ini dapat menghindarkan kita dari solusi reaktif, solusi yang berguna secara jangka pendek dan memperparah penyakit dalam jangka panjang. Cara yang dapat memastikan tindakan perubahan dan pembelajaran yang kita lakukan berjalan mulus.
Bagaimana praktisnya berpikir sistem dalam kehidupan organisasi dan bisnis kita? Salah satunya adalah dengan teknik 5-mengapa. Teknik ini mengurai rantai penyebab suatu persoalan hingga beberapa langkah sebelumnya, dengan mengajukan 5 pertanyaan mengapa kepada suatu gejala. Agar efektif, jawaban atas setiap pertanyaan hendaknya dijauhkan dari tindakan menyalahkan individu. Ingatlah, tujuan kita adalah mendapatkan penjelasan sistemik atas suatu gejala.
Penggunaan teknik ini semakin menarik ketika dikombinasikan dengan teknik memandang dari helikokpter (helicopter view). Berhenti sejenak. Bayangkan, anda menjadi reporter tengah meliput dari sebuah helikopter yang terbang diatas lokasi gejala. Awalnya, bayangkan anda meliput ketika gejala terjadi. Ajukan pertanyaan mengapa. Perluas lingkup waktunya. Anda telah meliput sehari sebelum gejala terjadi. Ajukan pertanyaan mengapa. Perluas terus menjadi seminggu, sebulan, setahun, tiga tahun atau bahkan lebih. Setiap kali bertanya mengapa, perluas lingkup waktunya.
Lebih lanjut klik disini
atau di http://appreciative
Sumber: Majalah People & Bussiness
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Fed Lowers Rates Again - $270,000 Mortgage for $1,498/Mo. No Credit Check Needed No Credit Check Needed - Estimate New Payment.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar