Mestinya dilanjutkan saja perkaranya dan dipublikasikan di media massa, biar
semua orang tau. Kalo lalu dipetieskan dengan pertimbangan kemanusiaan, Anda
tidak mendidik orang yang nyontek tesis istri Anda itu untuk menjadi manusia
yang bermartabat. Saya yakin orang seperti ini akan mengulangi lagi
perbuatannya, karena sudah pernah sekali melakukan dan lolos.
Kalo kasus begini, tak pernah kadaluwarsa. Sekarang pun kalau masih mau dibuka
lagi dan diperkarakan masih bisa. Kasus plagiarisme tidak menjadi mati karena
berlalunya waktu. Jadi, kalo serius prihatin dengan kondisi pendidikan di
Indonesia, perkarakanlah. Jangan pake pertimbangan kemanusiaan segala. Kalo ini
yang dijadikan dalih, Anda berarti ikut membiarkan pembusukan merajalela terus.
manneke
Quoting Anwar Haryono <aharyono@klaras.
> Salam,
>
>
>
> Nyangkut di topic ini, saya pengin share satu testimony tentang dunia
> akademik kita.apakah ini potret kondisi umum atau tidak.silakan dinilai dan
> comment
>
>
>
> Sekitar 7 tahun lalu, istri saya yang baru lulus S1 dari sebuah fakultas
> teknik "universitas swasta ternama" di jakarta dikejutkan info dari temannya
> yang sedang menempuh S2 di satu universitas negri ternama di Jakarta
> (Universitas X)..pasalnya, topic skripsinya tentang "aplikasi genetic
> algorithm untuk pencarian gangguan jaringan (listrik)" dijadikan topic
> seminar nasional yang diadakan universitas X tersebut.dan waktu dilihat
> makalah yang disebarkan, ternyata totok mbacem skripsi istri saya.usut punya
> usut, makalah itu dibuat seorang mahasiswa yang sedang menempuh S2 di
> universitas X tersebut, dicantumkan pula nama penulis utama adalah dosen
> pembimbingnya yang bergelar Doktor dan (waktu itu) ketua cabang Indonesia
> sebuah organisasi profesi dunia
>
>
>
> Awalnya komplaint istri saya tidak terlalu ditanggapi berhubung istri saya
> tidak kaitan sama sekali dengan institusi pendidikan manapun..istilahnya
> dianngap anak bawang dan gak ada gigi....masalah baru mencuat dan jadi rebut
> waktu kabar ini tersiar termasuk setelah mantan dosen pembingbing istri saya
> yang mantan orang nomor satu di PLN...sampai2 si mahasiswa S2 dan dosen
> pembimbingnya khusus datang ke rumah minta maaf, mohon2 jangan diperkarakan
> lagi karena menyangkut "nama baik", karir dan dapur personal termasuk
> institusi universitas X..dan memang, akhirnya dengan pertimbangan
> kemanusiaan, istri saya tidak lagi melanjutkan perkara ini
>
>
>
> Secara pribadi, dulu saya juga sering lihat sendiri betapa penelitian di
> institusi pendidikan kita (sebatas yang saya ketahui) tak lebih dari
> otak-atik gatuk untuk cari duit dan pengakuan...
> kemana atau apa manfaatnya..
> tahu berhubung sekarang sya ga bau2 institusi pendidikan sama sekali..tapi
> semoga saja
>
>
>
> Salam,
>
> Anwar
>
>
>
> _____
>
> From: psikologi_transform
> [mailto:psikologi_transform
> tuhantu_hantuhan
> Sent: Wednesday, January 09, 2008 3:00 PM
> To: psikologi_transform
> Subject: [psikologi_transfor
>
>
>
> TuHanTu: Incase ada rekan sepadepokan yang nggak baca atau nggak lihat,
> reminder berikut tentang ONANI, cairannya masih kental di milis FPK...
> Selamat menikmati:-)
>
> Kutipan-kutipan:
>
> Yang sering saya dengar dan temukan, dosen sibuk ngerjain proyek dan
> mahasiswa telantar.
>
> Ada banyak jurnal di kampus. Tapi jurnal-jurnal ini juga kurang
> berwibawa. Jurnal dikelola dengan semangat onani: dikelola sendiri
> oleh dosen yang peneliti itu, diisi dengan tulisan hasil penelitian
> mereka sendiri, kadang-kadang dibaca dan didistribusikan sendiri, dan
> mereka dapat cum untuk kenaikan pangkat sendiri. Jurnal jadi semacam
> etalase hasil penelitian, bukan tempat pertukaran pikiran.
>
> http://groups.
> <http://groups.
> yahoo.com/group/
>
>
>
> Yang saya bingungkan sumbangan penelitian dari lembaga pendidikan
> untuk masyarakat sangat kecil. Sudah jadi rahasia umum biaya-biaya
> penelitian pendidikan di lembaga riset perti hanya cuman dijadikan
> proyek bersifat jangka pendek bisa di duitin, bukan penelitian
> dengan visi jangka panjang.
>
> Buku-buku bermutu jarang beredar dari kelompok-kelompok perti tapi
> malah dari swadaya masyarakat dan bantuan yayasan asing. Dunia
> perguruan tinggi di Indonesia lebih berkutat hanya pada masalah
> gengsi sosial ketimbang menjadi alat terobosoan pencerdasan bangsa.
>
> http://groups.
> <http://groups.
> yahoo.com/group/
>
>
>
> Sarjana di Indonesia artinya : gengsi bukan intelektualitas.
> Kaum Intelektual sesungguhnya harus memiliki daya tahan (Mesu Budi,
> meminjam istilahnya Sartono Kartodirdjo) untuk menderita demi
> pertanyaan-pertanya
>
> Namun sarjana dan pensarjanaan di Indonesia adalah proses
> industrialisasi gengsi yang sifatnya masalah strata sosial.
>
> http://groups.
> <http://groups.
> yahoo.com/group/
>
>
>
> saya ingin melebarkan soal etika penelitian ini kepada
> etika akademisi. masalah ini sampai sekarang masih
> banyak terjadi di lingkungan perguruan tinggi kita.
> hipokrisi sangat dekat dan bahkan lekat dengan dunia
> perguruan tinggi (perti). bukankah selama rejim orba
> perti kita selalu menerima dan bahkan berlomba meminta
> dan menyelenggarakan penelitian melalui jalur-jalur
> politik dan kekuasaan (dan juga seminar)orderan untuk
> mengesahkan policy pemerintah dari pusat sampai dengan
> daerah? dan bukankah sampai sekarang masih tersisa
> atau bahkan menumpuk hasil penelitian-peneliti
> "ganti sampul" diperti di negeri ini? dan tidak
> sedikit akademisi yang membimbing s-2 dan s-3 yang
> sekaligus juga menjadi peneliti (dengan mengerahkan
> mahasisw! anya) dan penulis thesis bimbingannya. adakah
> hal-hal itu sekedar gossip?
>
> http://groups.
> <http://groups.
> yahoo.com/group/
>
>
>
>
>
> Be Fun
>
>
>
> TuHanTu
>
> http://hole- <http://hole-
>
>
>
>
>
>
>
>
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar