Cerita dari MMD Seminggu di Bali, 29/2 - 8/3/08
Retret MMD Seminggu di Bali untuk pertama kali ini diadakan di Brahmavihara-
Karena satu dan lain hal, retret ini hanya diikuti oleh 4 orang: 2 Buddhis, 1 Hindu, dan satu beragama "universal" (begitu ditulisnya dalam formulir pendaftaran)
***
Salah seorang peserta, Maria Carolina Rahal Gonzales, 24 tahun, berasal dari Sao Paulo, Brazilia. Peserta ini mempunyai cerita yang menarik.
Ia berasal dari keluarga Katolik yang cukup berada. Buktinya ia bisa bepergian ke Indonesia hanya untuk belajar tari Bali dan Bahasa Indonesia. Dan orangtuanya sempat mengunjunginya di Bali beberapa waktu lalu. Ia dibesarkan dalam alam pikiran dan budaya Katolik. Tapi batinnya selalu berontak dan mencari sesuatu yang lebih dalam.
Dari internet ia mengetahui & mendaftarkan diri untuk mengikuti suatu program tari Bali di Indonesia. Ia merencanakan, dalam perjalanan ke Indonesia ia akan mampir di India, berkunjung ke ashram seorang perempuan yang dianggap suci, yakni 'Amma' (Mata Amritanandamayi)
Namun, terjadilah suatu "kebetulan" yang tampak luar biasa, beberapa minggu sebelum berangkat, ternyata 'Amma' mengadakan kunjungan ke Rio de Janeiro, Brazilia. Carol dan ibunya pergi ke Rio, suatu perjalanan naik bus selama 5 jam, untuk mengunjungi orang suci dari India ini.
'Amma' ini mempunyai kebiasaan memeluk untuk beberapa detik setiap orang yang mengunjunginya. Begitulah Carol pun menunggu giliran untuk dipeluk di antara ratusan orang yang berkunjung ke tempat 'Amma' tinggal. Ketika ia dipeluk selama 10 - 15 detik, katanya, ia merasakan ada sesuatu yang mendadak berubah dalam kesadarannya, dan ia merasakan keluasan & keheningan yang luar biasa.
Begitulah, ia tidak jadi ke India, melainkan langsung pergi ke Indonesia. Di Bali, ia tinggal di Blah Batu dan belajar menari di Tabanan. Setelah beberapa bulan, ia mendengar tentang adanya vihara Buddhis, Brahmavihara-
Ia mengikuti retret MMD Seminggu ini sebagai pemula, yang belum pernah mengikuti retret apa pun sama sekali. Namun selama retret ini ia tekun menjalankan instruksi yang diberikan. Ini memberikan hasil yang luar biasa.
Dalam wawancara pribadi dengan Pembimbing, Dr Hudoyo, ia menceritakan perkembangan kesadarannya. Pada suatu pagi ia merasakan sangat peka terhadap sekitarnya, terutama terhadap benda-benda hidup seperti pohon, tanaman dan bunga-bunga. Ketika ia menyentuh kuncup sebuah bunga dengan penuh cinta, kuncup itu pun mekar sedikit.
Pembimbing menuntunnya agar ia tetap waspada terhadap gerak-gerik akunya, betapa pun halusnya. Selama masih ada rasa aku, betapa pun halus, maka segala kenikmatan, ketenangan & kebahagiaan yang dirasakannya bisa menjadi "perangkap emas", yang bisa membuatnya berhenti dalam menyadari/eling terhadap segala sesuatu yang masuk ke dalam kesadarannya, termasuk kepekaannya dan kebahagiaannya menyatu dengan alam. Ia mengerti, dan meneruskan meditasinya.
Pada malam kedelapan, dibagikan kertas dan bolpoin kepada peserta untuk menuliskan kesan & pengalaman selama retret. Carol hanya menulis satu kalimat, karena katanya ia menghadapi kesulitan menulis dalam bahasa Inggris:
"This one week opened the beginning, and will be for all life." ("Satu minggu ini membuka suatu awal, yang akan berlangsung selama hidup.")
Satu kalimat itu dengan gamblang mencerminkan pencerahan & transformasi batin yang dialaminya dalam retret itu, yang prosesnya disaksikan dari hari ke hari oleh Pembimbing selama seminggu Carol berlatih.
***
Salah seorang peserta lain, yang tidak mau disebutkan identitasnya, 34 tahun, sudah empat kali mengikuti retret vipassana metode Mahasi Sayadaw @ 10 hari. Terakhir pada awal Februari tahun ini.
Sementara itu 2 kali ia mencoba retret MMD 3 hari pada bulan April dan November 2007 lalu. Kali ini ia mencoba retret MMD seminggu.
Salah satu masalah yang dihadapinya dalam praktik meditasi ialah tentang 'mencatat' (mengenali & memberi nama segala sesuatu yang diamati, naming, labeling). Ia dihadapkan pada masalah perlu-tidaknya 'mencatat' dalam meditasi vipassana. Jawaban-jawaban yang diperolehnya-
Di lain pihak, ia baru 2x mengikuti retret MMD 3 hari. Dalam retret-retret itu ia belum sampai pada keheningan yang mendalam, yang bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam batinnya. Oleh karena itu, ia memutuskan mengikuti retret MMD seminggu, sekalipun ia baru saja mengikuti retret vipassana versi Mahasi Sayadaw selama 10 hari sebulan sebelumnya.
Benar saja, dalam retret MMD seminggu ini, menjelang akhir retret, ia masuk ke dalam keheningan tanpa melakukan 'pencatatan' sedikit pun. Keheningan itu dirasakannya jauh lebih dalam daripada yang dicapainya dalam retret-retret sebelumnya, di mana ia melakukan 'pencatatan'
Ia malah memahami pula, mengapa dalam MMD tidak dianjurkan melakukan konsentrasi pada satu obyek, melainkan sadar/eling terhadap segala sesuatu yang masuk ke dalam kesadarannya dari saat ke saat, tanpa memilih apa yang hendak diamati. Dalam retret MMD, tidak ada "obyek utama" untuk diamati. Begitu pula ia memahami apa artinya 'tidak berusaha' apa pun dalam retret MMD.
Dengan demikian, ia mengalami keheningan yang jauh lebih mendalam, ketika pikiran/si aku berhenti. Ini memberikan perasaan sangat lega, karena suatu "beban meditasi" yang selama ini menghimpit terlepas dari pundaknya.
Berikut ini testimoninya:
"Saya pernah mengikuti retret vipassana metode lain beberapa kali. Tetapi baru dalam retret MMD tujuh hari ini saya merasakan kebebasan. Bukan kebebasan dari sesuatu, tapi kebebasan dari beban pengalaman.
Dan juga bebas dari beban bahwa meditasi itu adalah cara untuk mencapai sesuatu, mencapai tujuan/hasil. Melainkan, di sini saya menyadari meditasi adalah cara & tujuannya sendiri.
Sangat tepat seperti yang Pak Hudoyo sampaikan dalam diskusi: "The first step is the last step." ("Langkah pertama adalah langkah terakhir.") -- [J. Krishnamurti]
Dalam retret ini saya hanya mengamati batin & jasmani apa adanya, mengamati gerak-gerik pikiran apa adanya, bahkan sama sekali tidak berusaha membuatnya berhenti.
Tetapi ketika gerak pikiran berhenti, ada Gerak yang lain sama sekali; susah dilukiskan, susah dijelaskan, tidak bisa dikenali.
Terima kasih banyak kepada Bapak Hudoyo atas bimbingannya yang luar biasa, dan totalitasnya dalam pengembangan MMD. (Mohon nama saya disamarkan.)
***
[Berikut testimoni dari seorang peserta muda yang pernah mengikuti retret MMD 3 hari.]
"Salam bahagia,
Satu minggu telah berlalu, suatu berkah dan karunia yang luar biasa bagi saya untuk dapat mengikuti Meditasi Mengenal Diri yang kedua, setelah bulan Desember 2007 lalu mengikuti program MMD 3 hari.
Malam Sabtu atau Jumat kemarin adalah hari Nyepi--yang juga sebagai malam terakhir dalam pelatihan MMD kemarin--juga memberi kesan yang mendalam dan berarti spesial bagi saya.
Latihan Meditasi Mengenal Diri ini sangat sederhana sekali dibandingkan pelatihan-pelatihan meditasi lain yang pernah saya ikuti. Namun dalam kesederhanaan ini terdapat banyak tantangan yang besar dan banyak manfaat dari pelatihan ini.
Saya sendiri cukup kaget dan terperangah ketika kami hanya duduk diam, hening dan sadar -- menyadari diri. Banyak sekali hal-hal yang muncul dan sulit dikendalikan. Sedikit demi sedikit saya baru memahami bahwa hidup yang saya jalani selama ini adalah hidup sadar dalam ketidaksadaran.
Dalam latihan ini saya baru mengenal diri saya lebih dalam. Siapa saya -- aku, ego, keterikatan, kemarahan, pikiran yang selalu berlari-lari, ingatan-ingatan masa lalu yang muncul, juga pikiran tentang masa depan, serta perasaan-perasaan dan sensasi yang muncul pada saat itu.
Semua perasaan atau pikiran yang muncul ini biasanya kita tekan dan redam agar tidak muncul atau melemah. Namun dalam pelatihan MMD ini cukup kita sadari dan amati saja. Let it go ...
Seiring dengan waktu, pikiran pun diam dan stop. Di sanalah masuk suatu pengalaman baru yang membawa saya ke suatu keadaan lebih hening, lebih halus, lebih damai, dan mengenal/melihat diri saya lebih dalam.
Maaf, kata-kata kadang tidak mampu menjelaskan apa yang saya alami lebih detail dan kata-kata juga sering salah mengartikannya.
Terima kasih banyak kepada Bapak Hudoyo atas bimbingan dan arahannya selama ini. Pelatihan ini sangat berarti sekali bagi saya pribadi, dan bermanfaat untuk melangkah ke depan bagi saya. Kemampuan panca indra lima, atau 6 indra yang disebut kemarin atau juga Sarwa Indra, mengalami perubahan dan peningkatan jauh lebih baik, lebih jernih, tenang dan lebih tajam dalam konsentrasi.
Bagi teman-teman yang ingin belajar dan tahu apa itu MMD, silakan dan patut dicoba. Teknik sederhana, besar tantangannya, dalam manfaatnya.
Sekali lagi, terima kasih Bapak Hudoyo untuk semuanya. Semoga Bapak selalu membimbing kita, dan diberikan kemudahan dalam berbagai hal untuk berbagi pengalaman dan ilmunya.
Hormat dan salam saya, Yopie Sutedjo."
[Yopi Sutedjo, 30 th., agama "Universal", Denpasar, pernah mengikuti retret MMD 3 hari.]
***
"Meditasi vipassana di bawah bimbingan Bapak Dr. Hudoyo Hupudio, MPH.
Banyak hal yang menakjubkan dan perubahan yang lebih baik yang saya alami selama mengikuti dan melaksanakan meditasi vipassana ini. Rasa trauma yang mendalam akibat kegagalan masa lalu perlahan-lahan mulai hilang dengan selalu memiliki kesadaran akan hidup saat ini.
Begitu pun saat rasa egois, marah, jengkel muncul, begitu sadar bahwa itu sebenarnya tidak perlu terjadi. Dalam meditasi vipassana inilah kita bisa lebih mengenal diri kita sendiri dengan kesadaran penuh. Bahwa rasa ego itu muncul dalam diri sendiri.
Sifat welas asih kita cepat timbul kepada makhluk hidup di sekitar kita, selalu ikut prihatin dengan penderitaan orang lain, dan selalu ingin membantu meringankan penderitaan.
Banyak bencana yang terjadi itu pun menunjukkan bahwa kita kurang mengenal diri kita sendiri, apalagi lingkungan. Begitu banyak hal negatif dalam diri kita yang tidak pernah kita sadari. Mulai berubah dalam diri sendiri akan bisa membawa perubahan dalam kehidupan kita bersosial.
Perubahan ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari saya, karena saya berusaha menjalankan hidup dengan kesadaran.
Hal yang menakjubkan terjadi pada saat saya melaksanakan meditasi duduk. Dalam suasana hening, batin yang tenang, setelah beberapa menit saya duduk dalam diam, saya mulai merasakan keajaiban berupa kehampaan; saya merasa diri saya adalah udara, kosong, tidak ada apa-apa. Pada saat itu saya merasakan kedamaian yang luar biasa. Dengan sadar saya dapat merasakan, inikah yang dinamakan kematian yang begitu indah? Namun dengan sadar pula, bila saya ingin meninggal dengan damai, haruslah berusaha berbuat baik dengan kesadaran penuh.
Banyak hal yang baik yang akan kita dapatkan dengan mengikuti meditasi vipassana ini."
[Ni Made Putri Marsini, 35 tahun, Hindu, wiraswasta di Singaraja, pernah ikut MMD 3 hari]
***
Salam,
semar
PS: Retret MMD secara teratur diadakan di: (1) Brahmavihara-
Di masing-masing tempat itu, retret MMD Akhir Pekan diadakan 3x setahun, mulai Jumat pk 19 berakhir Minggu pk 11; sedangkan retret MMD Seminggu diadakan 1x setahun: pada bulan Feb/Maret (menjelang Nyepi) di Bali, bulan Agustus (sekitar 17 Agustus) di Cipanas, dan minggu terakhir bulan Desember di Vihara Mendut.
Retret-retret ini pada prinsipnya diberikan secara gratis, kecuali diharapkan sumbangan sukarela tanpa ditentukan besarnya kepada vihara atau kepada pemilik wisma meditasi tempat retret diadakan, untuk menutup biaya konsumsi. Pembimbing retret ini, Dr. Hudoyo Hupudio, MPH, tidak menarik fee untuk bimbingannya.
Brosur MMD bisa dibaca pada page 2, dan jadwal retret untuk tahun 2008 bisa dibaca pada page 6 dari thread ini.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar