dan kalau ga salah
Eiji Yoshikawa membunuh dirinya karena merasa gagal membawa perubahan
*ngoprek2 memori yang cuma 3 watt di batok kepalanya*
On 8/7/07, Irwan Sutjipto <siao_jin_wan@yahoo.com > wrote:
Beberapa waktu lalu saya membeli Novel Taiko dan Mushashi karangan Eiji Yoshikawa, novel ini sudah pernah saya baca semasa kuliah ato SMA dulu, mungkin sekitar 12 - 18 tahun yang lalu saya lupa persisnya, dan saya baru sekarang punya kesempatan untuk memiliki sendiri novel ini, itupun karena kebetulan ladi ada discount di toko buku Gramedia yang baru buka di salah satu Mall tidak jauh dari perumahan tempat saya tinggal.Semenjak pertama kali membaca novel Taiko saya mencoba meneladani Hideyosi atau sang Taiko dan banyak gagalnya tentunya karena saya tidak punya cukup kesabaran dan kerendahan hati yang dimiliki oleh Hideyoshi dan tentu pengalaman hidupnya juga beda dengan saya. Orang susah itu punya lebih banyak akal dan kesabaran dibandingkan dengan orang hidupnya serba cukup dari awal kehidupannya, dan ini merupakan fakta kehidupan.Saya baru menyelesaikan Taiko cuma sekitar dua minggu semenjak saya beli, bukan karena saya makin lambat dalam membaca, namun karena banyak hal-hal lain yang membuat saya tidak bisa duduk diam menikmati bacaan sambil mencomot cemilan atau sekedar air putih segelas. Teriakan anak-anak, merelai keributan di antara mereka, lalu teriakan si istri yang menyuruh makan dan banyak hal lain terutama pekerjaan yang menunggu di pagi hari membuat saya tidak bisa membaca sampai terlalu larut. Dulu semasa kuliah, sekolah, saya pernah menyelesaikan cerita silat 40 jilid dalam waktu sehari dua malam, sampai Om yang punya sewaan jadi bingung hehehehe... kenikmatan dan kemewahan seperti itu tidak lagi saya miliki, maka, tidak salah kalau orang - orang yang lebih tua dari saya dulu pernah mengatakan, kalau masih muda, belajarlah yang rajin karena masih banyak waktu yang kalian miliki.Waktu itu saya tidak menyadari sepenuhnya arti dari kalimat itu dan cukup banyak waktu yang saya buang untuk hal-hal yang sepertinya tidak banyak manfaatnya walaupun toh semua yang telah lewat itu memperkaya diri saya yang lalu menjadi saya hari ini.Bacaan saya lanjutkan ke novel Musashi, novel yang sama pernah saya baca waktu sekolah dulu dengan membaca cepat tentunya, namun saya baru menyadari betapa banyak bagian yang saya lewatkan dari novel itu, yang sepertinya bertele-tele dan berpanjang-panjang, namun tentunya itu merupakan bagian dari kemudaan saya dan ketidaksabaran saya waktu itu. Ini saya sadari belum lama dan terutama sekali ketika membaca bagian kisah Musashi yang umurnya dalam kisah di novel itu di banyak bagian hampir sama dengan usia saya ketika membaca novel itu pertama kali dan juga perjalanan hidup saya sesudahnya itu rasanya memperkaya pengetahuan dan pemahaman saya untuk bisa mengerti dan menemukan bagian-bagian yang saya lewati itu.Kadang saya berandai-andai kalau pemikiran saya yang sekarang kembali ke tubuh saya yang masih berumur dua puluh dua tahun dulu, tentu banyak hal yang bisa saya perbaiki dan lakukan dengan lebih baik, namun sayangnya mesin waktu rasanya tetaplah sekedar sebuah fiksi yang tinggal dalam impian dan hidup kita cuma punya gerak maju tanpa mundur.Satu hal yang menarik bagi saya yang mendorong saya menghidupkan laptop saya dan menuliskan hal ini adalah tulisan Musashi di bukunya sewaktu dia bermalam di rumah bibinya di Kyoto, kalimat ketiga yang dia tuiskan di bukunya berbunyi, "Aku tidak akan melakukan sesuatu yang akan ku sesali". Kalimat itu sungguh mengandung makna yang mendalam, niat untuk pengendalian diri yang sempurna, berusaha mencegah dirinya untuk berbuat sesuatu yang salah yang mungkin akan muncul dan menjadi sesuatu kejadian yang akan disesali dan akibatnya dituai di hari depan...... ya, tidak banyak orang seusia Musashi waktu menuliskan kata-kata itu seperti itu, kata-kata yang menunjukkan pemahaman akan proses kehidupan..... dan umurnya baru sekitar dua puluh dua tahu waktu dia menuliskan kalimat itu.... kepekaan yang luar biasa.. apakah anda juga begitu?? Kalau iya, tentulah anda Musashi abad dua satu.... heheheOh ya, sedikit tetang apa yang saya lewatkan dulu. Dulu saya seringkali membaca cepat dan berusaha menangkap makna dari kisah yang ingin dituturkan oleh Eiji Yoshikawa tanpa melihat detail tentang Musahsi menulis buku dan tentang pertemuannya dengan ahli minum teh dan kaligrafi, saya lebih mau melihat alur ceritanya dan akhir ceritanya, bukan pada prosesnya, padahal alur itu cuma alur yang membawa kisah atau adegan cerita Musashi, cerita Taiko, yang lebih penting dari membaca itu adalah bagaimana meniikmati kisah yang sedang dibaca itu dan memahami proses berpikir dari para tokoh yang dikisahkan dalam novel itu. Proses berpikir yang mendalam, bijak atau proses berpikir yang berkembang seperti yang ditunjukkan oleh Musashi atau proses berpikir yang sempit dan mau menang sendiri yang diperlihatkan oleh musuh-musuh Musashi, semuanya merupakan alur yang menjadi kekuatan kisah di novel Musashi ini dan sama juga halnya dengan kisah Hideyoshi di novel Taiko......070807
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, photos more.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
SPONSORED LINKS
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar