--- In psikologi_transform
>
> Nggak apa2 kok Bang. Memang dasarnya saya juga dari sana kok ;). Cuma
> yang di-link yang sudah berbentuk artikel.. hehehe.., karena saya
> menghindari mengutip ayat2 untuk diskusi dengan teman yang bukan muslim.
> Nggak enak aja.. belum tentu semua orang senang dikutipkan ayat2 bukan
> dari kitab sucinya :)
>
harez:
Wajar aja Swas kalau kamu punya perasaan nggak enak. Diskusi soal agama memang topik yang sensitif, baik antar agama maupun se agama. Aku juga pernah merasa begitu. Bahkan kalau jujur, faktor yang turut menjadi penyebab mengapa aku sempat "non aktif" di milis ini selama beberapa waktu, selain faktor kesibukan ya faktor "nggak enak" itu. Jujur saja, tadinya saya cenderung menghindari diskusi yang terkait dengan agama, teologis dan sejenisnya. Bukan saya tidak suka, tapi saya pikir di milis ini bukan itu fokus utamanya. Dalam diskusi-diskusi aawal dengan Mang Iyus, saya sudah menyatakan hal itu.
Namun, akhirnya saya "gatel" juga untuk ikutan komentar dalam topik :
Benarkah Negeri AKHIRAT Tidak Kekal?.....Apakah SURGA dan NERAKA benar-benar ada?
yang dikirim oleh Wuryanano Raden
http://groups.
terutama melihat ketidaknyaman yang dirasakan oleh rekan-rekan (khususnya yang Muslim), apalagi setelah Wuryanano Raden mengeluarkan ayat-ayat Quran
http://groups.
yang saya rasa seakan-akan semakin memojokkan rekan-rekan yang Muslim. Karena itulah kemudian, saya ikutan nimbrung dengan mengemukakan hal-hal yang saya ketahui.
http://groups.
Kemudian, dengan sadar saya mengajukan pertanyaan "Dimanakah Tuhan Ketika IA Belum Mencipta?". Pesan yang ingin saya sampaikan sebenarnya cuma satu, "Pemahaman Manusia Terhadap Tuhan Sangat Terbatas, manusia memiliki banyak keterbatasan untuk memahami IA yang tak terbatas".
Tapi responsnya kan sangat beragam. Salah satu tanggapan yang saya rasa adalah respons tidak langsung adalah artikel yang dikirim Pak Hudoyo yang berjudul "Penginjilan yang tidak sehat!" di:
http://groups.
Ha...ha...ha.
Ikutan diskusi lagi gara-gara ada yang mengundang secara personal tapi dimasukkan ke milis.
http://groups.
Seetelah saya pelajari ternyata ada beberapa perkembangan baru, kemudian saya secara perlahan mencoba mulai ikut terlibat lagi.
Jadi .... ya wajar saja kalau kamu merasa nggak enak/sungkan. Tapi, berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, kalau diskusi/dialog dengan rasa saling menghormati, maka ia bukan saja sekedar dapat menjadi diskusi yang "tidak meng-uenegg-
Swas:
> Betul, kalau dilihat kata per kata, ayat per ayat, memang ayat2 Al Quran
> itu banyak yang [seolah2] bertentangan. Maka dari itu saya sendiri
> menghindari pengutipan ayat, khawatir justru misleading. Itu juga yang
> sering saya himbau dari teman2 sesama muslim (paling tidak dulu himbauan
> ini pernah saya ajukan pada Hendrik Bakrie ;)) untuk tidak sepotong2
> mengutip dan memaknai ayat.
>
harez:
Ha....ha....
Swas:
> Back to topic.. :)
> ....
> Yang saya tangkap dari segala tafsir ini adalah: dalam masa manusia
> belum diciptakan, yang ada hanya alam roh saja. Secara gampang disebut
> sebagai "malaikat", yang diciptakan dari cahaya. Tapi.. selain malaikat
> "standard", ada juga malaikat "limited edition" yang dibuat dari "sumber
> cahaya", yaitu api atau nyala api. "Malaikat dari sumber cahaya" inilah
> yang punya kemampuan lebih dari "malaikat2 standard".
harez:
Koq kaya mobil saja, pake "limited edition" segala ... :)
Swas:
> Itu yang menurut saya menjelaskan mengapa ketika ada perintah terhadap
> malaikat, lantas seluruh malaikat bersujud, sementara iblis menolak dan
> muncul kalimat "dia adalah dari golongan jin, maka..". Mungkin kalimat
> ini setara dengan kalimat seperti ini (ketika Timor Leste masih jadi
> bagian dari RI), "Seluruh bangsa Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan
> Indonesia Raya ketika diperintahkan, kecuali si X. Si X ini berasal dari
> Pulau Timor bagian timur, maka.. ".
>
harez:
Saya menggarisbawahi uraianmu pada paragraf terakhir. Sepenangkapan saya, selintas kamu ingin menyatakan bahwa "gaya tutur" atau "gaya penyampaian" perlu diperhatikan. Menurut saya, ini justru salah satu hal penting yang perlu diperhatikan.
Sebagai contoh saya ambil salah satu ayat saja. Jika kita simak QS Al Baqarah 2:34 (mohon perhatikan kata illa) : "Wa-ith qulna lilmala-ikati osjudoo li-adama fasajadoo illa ibleesa aba waistakbara.
Sejauh pengetahuan saya, makna asli kata "illa" adalah "kecuali". Kata ini umumnya dipakai dalam arti istisna (pengecualian) dan terkadang dipakai juga dalam arti istisna munqatthi, yang pemahamannya adalah pengecualian yang terpisah (terpotong). Artinya sesuatu yang dikecualikan itu tidak harus sama jenisnya dengan sesuatu yang disebutkan pertama.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur ..."
Contohnya, perkataan "jaal-qaumu illa himaran", artinya adalah "orang-orang telah datang, terkecuali himar". Padahal orang dan himar (sejenis keledai) adalah dua jenis makhluk yang berlainan. Kejadian ini (dengan perkataan tersebut) sering ditemui dalam kisah ketika seseorang atau sekelompok orang sedang menunggu rombongan dagang. Rombongan orangnya sudah sampai, tapi rombongan keledainya (ya pastinya dikawal juga oleh orang) belum sampai.
Barangkali bisa digambarkan dalam suatu peperangan, komandan berteriak "bertiarap ...". Semuanya bertiarap, kecuali si Broni. Dalam hal ini, Broni misalnya adalah anjing atau binatang apa keq (kuda), atau yang lainnya...
Bukankah begitu Swas?
Pemahaman denagn memperhatikan gaya tutur ini, tampaknya justru menarik untuk diperhatikan bukan?
Mudah-mudahan dapat lebih memperjelas dan bermanfaat.
salam,
harez
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar