> harez:
> Ha...ha...ha... wah ini sudah nyerempet-nyerempet hal yang ingin saya
> hindari...:) Bisa mucul topik "Penginjilan yang tidak sehat atau
> PemBudhaan yang tidak sehat". Itulah yang kemudian menjadi precipitating
> factor, akhirnya saya non aktif dulu, karena kerjaanku numpuk, keasyikan
> berdiskusi kan menyita waktu dan perhatian juga (seperti kata Mas Goen).
Wah.. saya malah baru ngeh kalau HPS sudah lama di sini. Pertama 'ngeh' ya waktu urusan NLP itu.. hehehe.. Nanti arsip2nya saya buka lagi, sebagian memang sempat dibaca, tapi beberapa belum.
Betul, saya tadinya juga pikir fokus milis ini nggak di situ. Tapi ternyata memang free-style, jadi ya nyemplung2 juga :)
> Jadi .... ya wajar saja kalau kamu merasa nggak enak/sungkan. Tapi,
> berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, kalau diskusi/dialog dengan
> rasa saling menghormati, maka ia bukan saja sekedar dapat menjadi
> diskusi yang "tidak meng-uenegg-kan", bahkan bisa menjadi suatu
> diskusi/dialog yang "mencerahkan" dan "menyejukkan". Saya berharap
> diskusi/dialog kita ini dapat menjadi diskusi/dialog yang demikian.
Setuju. Itu dulu yang membuat saya sempat menghimbau supaya koridor batasannya lebih jelas (walaupun tidak harus dengan aturan kaku). Soalnya tidak semua bisa menghormati yang lain, dan.. seringkali terjadi mulai diskusi baik2 antara beberapa orang, lalu jadi kacau balau karena selalu ada komentar tidak bijak - yang kadang2 justru muncul dari pihak2 lain :)
Jadi sebisa mungkin saya menghindari bikin ribut di milis ini ;)
> harez:
> Ha....ha....ha.... Hendrik Bakrie adalah termasuk salah satu member
> milis ini yang paling saya hargai. Dengan gaya urakan, serampangan,
> impulsif, konyol .... dsb, sejauh yang saya lihat dia tidak punya
> "kepentingan apapun" selain berusaha "membagikan apa yang ia yakini
> sebagai sesuatu yang baik dan benar". Kalau orang mau percaya silahkan,
> kalau tidak ya abaikan saja. Yang mangkel mungkin banyak sih. Tetapi,
> apa dia jual jasa .... ? Apa dia mendapatkan uang/keuntungan dari apa
> yang dia lakukan itu? Apa ada orang yang pernah merasa tertipu olehnya
> .... ? Apa ada orang stress gara-gara dia ....? (Eh..., kalau yang ini
> malah Mas As As kayanya yang pernah stress (enggak enak hati)).
> He....he....he.... pokoknya Hendrik Bakrie "top" di mata saya ... !
HAHAHAHA.. Hendrik memang pada dasarnya sedang "jihad" saja.. ;) Pokoknya maju terus pantang mundur membagikan apa yang dia percayai. Tapi memang pemilihan kata2nya bikin nggak selalu bikin enak kuping (mata?). Buat saya pribadi, ada kata2 yang lebih baik untuk digunakan untuk tujuan yang sama :) Sehingga baliknya sama dengan apa yang Bang Harez sebut di atas: diskusi yang saling menghormati :)
*Note buat yang lain: jihad itu tidak sama artinya dengan terorisme lho ;-)*
> harez:
> Koq kaya mobil saja, pake "limited edition" segala ... :)
Huahaha.. habis bingung kasih istilah apa. Pokoknya untuk membedakan "sub-bagian" dalam sebuah "bagian". Mau dibilang collectible item juga boleh ;)
> harez:
> Saya menggarisbawahi uraianmu pada paragraf terakhir. Sepenangkapan
> saya, selintas kamu ingin menyatakan bahwa "gaya tutur" atau "gaya
> penyampaian" perlu diperhatikan. Menurut saya, ini justru salah satu hal
> penting yang perlu diperhatikan.
Sebagai contoh saya ambil salah satu ayat saja. Jika kita simak QS Al Baqarah 2:34 (mohon perhatikan kata illa) :
Sejauh pengetahuan saya, makna asli kata "illa" adalah "kecuali". Kata ini umumnya dipakai dalam arti istisna (pengecualian) dan terkadang dipakai juga dalam arti istisna munqatthi, yang pemahamannya adalah pengecualian yang terpisah (terpotong). Artinya sesuatu yang dikecualikan itu tidak harus sama jenisnya dengan sesuatu yang disebutkan pertama.
>
> Artinya sesuatu yang
> dikecualikan itu tidak harus sama jenisnya dengan sesuatu yang
> disebutkan pertama.
>
> Barangkali bisa digambarkan dalam suatu peperangan, komandan berteriak
> "bertiarap ...". Semuanya bertiarap, kecuali si Broni. Dalam hal ini,
> Broni misalnya adalah anjing atau binatang apa keq (kuda), atau yang
> lainnya...
>
> Bukankah begitu Swas?
Sangat bisa, Bang :) Sangat bisa penjelasannya seperti itu :) Apa yang saya tuliskan di posting sebelum ini hanya salah satu "kemungkinan logis" yang dikaitkan dengan arah pertanyaan Bang Harez tentang "pertentangan arti". Dan setahu saya, logika itu tidak hanya satu, jadi harus selalu terbuka pada kemungkinan lain :)
Kebenaran sendiri menurut saya hanya milik Tuhan, dan kita sebagai manusia hanya bisa menginterpretasikan sebatas akal. Balik2nya, kembali pada apa yang kita percayai. Kalau kita percaya sesuatu itu benar dan baik, akal kita akan membantu menemukan tidak adanya pertentangan dalam ayat2 itu :). Sebaliknya, kalau kita sudah tidak percaya bahwa itu sesuatu yang benar dan baik, sejuta alasan pun akan ditemukan oleh akal kita untuk menjustifikasikan bahwa it's just a bunch of crap :)
> Pemahaman denagn memperhatikan gaya tutur ini, tampaknya justru menarik
> untuk diperhatikan bukan?
>
> Mudah-mudahan dapat lebih memperjelas dan bermanfaat.
Betul :) Gaya tutur itu sangat penting untuk berkomunikasi :) Saat kita berdiskusi, gaya tutur lawan bicara harus ikut menjadi pertimbangan kita dalam memaknai apa yang hendak disampaikannya :) Kalau enggak, bisa2 kita salah mengerti dan terjebak dengan pemikiran2 kita sendiri :)
*eh, kesimpulan yang terakhir ini nyambung gak ya? HAHAHAHA.. :)*
I guess it ends the topic here, isn't it? Thank you for the good discussion :)
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar