Kata Pengantar
Oleh: Safir Senduk
Penulis buku bestseller: "Siapa bilang jadi karyawan tidak bisa
kaya?" Terbitan Elex Media Komputindo
Anda mengenal Mahatma Gandhi?
Saya rasa semua dari kita tahu siapa Mahatma Gandhi. Beliau adalah
seorang tokoh pejuang tanpa senjata (dan tanpa kekuasaan) dari
India, tapi kata-katanya mampu memotivasi banyak orang untuk
berjuang keluar dari kemiskinan dan penjajahan.
Yang menarik, salah satu 'ajaran' Mahatma Gandhi yang cukup terkenal
adalah bahwa dalam hidup ini, ada '7 Dosa Besar' yang harus
dihindari oleh manusia. Salah satunya dengan pekerjaan saya di
industri perencanaan keuangan. Tapi ada satu dosa lain yang juga
harus dihindari oleh manusia. Anda tahu apa itu?
"Ilmu Pengetahuan Tanpa Hati Nurani"
Ya, itu adalah salah satu dosa besar yang harus dihindari manusia.
Satu contohnya gampang sekali: Uji Coba Peledakan Senjata Nuklir
untuk ilmu pengetahuan, tapi tanpa mengindahkan manusia-manusia yang
hidup di lokasi uji coba tersebut. Itulah yang dimaksud dengan Ilmu
Pengetahuan Tanpa Hati Nurani (science without consience).
Dalam perjalanan karir saya, ada masa dimana saya pernah bekerja
seperti tanpa memiliki hati nurani. Bukan bukan, bukan berarti saya
pernah berbuat jahat di pekerjaan saya. Jangan salah paham. Cuma
saja ada masa-masa dimana saya menjalankan bisnis saya dengan tidak
memperhatikan hati nurani yang saya punya. Sebagai contoh, karyawan
kadang saya perlakukan hanya seperti anak buah, klien hanya saya
lihat sebagai alat penghasil uang, atau kadang-kadang, pemain lain
di industri yang sama saya perlakukan seperti layaknya seorang
kompetitor yang harus saya tundukkan, bagaimanapun caranya.
Lalu suatu hari, sebuah buku karangan Dr. Stephen R. Covey menarik
perhatian saya. Dalam salah satu bukunya, dia mengatakan bahwa dalam
hidup ini, penting sekali bagi kita untuk tidak hanya sekedar
bekerja dan hidup di dunia ini, tapi yang jauh lebih penting adalah
dengan menemukan makna tentang untuk apa kita hidup di dunia. Dengan
menemukan makna hidup, maka kita akan bisa mendapatkan nilai-nilai
apa yang penting bagi kita, untuk lalu kita bisa temukan misi hidup
kita. Dari situ, barulah kita bisa hidup berdasarkan misi tersebut.
Rumit ya kedengarannya? sebenarnya nggak juga. Malah yang saya
pelajari, makin kita bisa menemukan makna hidup kita, akan makin
jelas juga nilai-nilai seperti apa yang kita anut. Nah, kalau kita
sudah menemukan nilai-nilai apa yang kit anut, misi hidup kita akan
dengan mudah ditemukan, dan ujung-ujungnya, hidup kita juga akan
semakin mudah. Kita jadi tahu pekerjaan macam apa yang paling pas
untuk kita, kita juga tahu apa yang kita inginkan dari keluarga
kita, dan kita juga tahu apa yang harus kita lakukan setiap kali
muncul masalah dalam hidup.
Saya sudah ratusan kali mendengar orang berkata seperti ini: "Saya
sih simpel-simpel aja, gak mau yang muluk-muluk. Saya mau jalanin
aja hidup ini, seperti air mengalir..." Kalau ada kata-kata seperti
itu tanggapan saya cuma satu: "Lha kalau airnya mengalir ke got,
memangnya Anda mau ikut?". Tentunya tidak kan? Nah, agar aliran air
Anda tidak mengalir ke got, Anda sendirilah yang harus mengatur
salurannya. Caranya dengan mulai menemukan makna hidup Anda,
mengenal Jiwa Anda, menemukan nilai-nilai dalam hidup Anda, dan dari
situ, barulah Anda mendapatkan apa yang betul-betul Anda inginkan
dalam hidup Anda. Segera setelah Anda menemukan itu semua, maka
percayalah, hidup akan jadi lebih mudah bagi Anda.
Selamat membaca.
Salam
Safir Senduk
(www.perencanakeuan
Tujuan Memenuhi Kebutuhan Jiwa
"Is it asking too much to be successful and happy"
Robert Holden
Pernahkah Anda mendengar kata "karoshi" dalam bahasa Jepang yang
artinya mati karena kebanyakan kerja? Jika kita telaah dan
kembangkan kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari terutama
setelah era tahun 2000, ketika pemerintah Indonesia membuka diri
terhadap penanaman modal asing dengan kepemilikan sampai 100 %.
Banyak perusahaan distribusi yang tadinya berupa "joint venture"
diambil alih oleh para pemegang merk asing. Banyak karyawan ataupun
top eksekutif yang mau tidak mau harus tunduk, patuh dan bekerja
lebih keras lagi agar bisa memenuhi tuntutan dari pekerjaan atau
perusahaan.
Budaya asing pun semakin merambah tatanan kehidupan masyarakat.
Lampu-lampu di kantor bertingkat seperti Jalan Sudirman, Rasuna Said
dan Gatot Subroto tetap menyala sampai tengah malam karena karyawan
yang lembur. Teman saya, Hengkie Liwanto semasa bekerja di Citibank
sering menelpon sekitar jam 10 malam, dan ternyata masih berada di
kantor. Apalagi top eksekutif seperti Harry Tanusudibyo, Anthony
Salim, dan masih banyak lagi.
Di kalangan karyawan level staf, supervisor dan manajer juga tidak
ketinggalan dan pontang-panting harus mengikuti tuntutan globalisasi
dan persaingan ini. Mereka harus mengejar deadline, memenuhi
target, pelayanan call center 24 jam, semuanya serba tiada henti,
kerja, kerja dan kerja. Bahkan sampai di rumah dan akhir pekan pun
pikirannya tidak terlepas dari kerja. Seorang teman saya yang
menikah 5 tahun lalu dan istrinya bekerja di bidang IT curhat bahwa
dia menjadi sangat sibuk, suka membawa pekerjaan di rumah, menjadi
temperamental dan cepat marah. Jangankan memikirkan untuk punya
anak, saking sibuknya dibelai pun marah (saya jadi ingat lagu
Jablai).
Beberapa CEO dan top eksekutif perusahaan yang memiliki "hati"
sebenarnya banyak yang tahu akan hal ini. Mereka sadar bahwa
sebagian besar karyawannya bekerja sangat dalam menepati waktu,
mengejar target, berdedikasi tinggi di kantor, mengorbankan hari
libur, mengorbankan keluarga, mengabaikan kesehatan. Beberapa
eksekutif yang sharing dengan kita mengatakan bahwa banyak staf
promotion girls, yang sekedar bekerja tapi tidak menjiwai
pekerjaannya dan saya setuju dengan pendapatnya. Hanya yang perlu
diingat adalah, apabila perusahaan menuntut karyawan bekerja,
bekerja dan bekerja tanpa mengelola "hati dan jiwa" mereka,
bagaimana mungkin kita mengharapkan orang bekerja dengan hati dan
segenap jiwa?
Demikian juga pribadi kita sebagai manusia, apabila hanya memikirkan
hal duniawi, pekerjaan, uang, tapi melupakan memberi nutrisi kepada
hati dan jiwa, maka apapun yang kita kerjakan sebenarnya hanyalah
rutinitas. Lihatlah sekeliling dan kawan atau kerabat kita, makin
banyak diantara mereka yang mengalami kelelahan fisik dan jiwa.
Barangkali sepenggal lagu YOU RAISE ME UP oleh Josh Groban dapat
didengarkan pada saat kita mengalami kelelahan tersebut.
When I am down and oh my soul so weary
When troubles come and my heart burdened be
But I am still sit here in a silence,
Until you come and sit a while with me
You raise me up so I can stand on Mountain
You raise me up to walk on stormy sea
I am strong when I am on your shoulder
You raise me up to more than I can be.
Untuk melakukan revitalisasi fisik, jiwa dan mental, maka selain
hidup yang harus lebih seimbang, kita perlu banyak memberikan
nutrisi dan mengangkat spirit. Seperti mata uang yang memiliki dua
sisi, maka sukses material dan spiritual harus ditunjukan dalam
kehidupan yang seimbang.
A. Budak Uang?
Dalam berdikskusi tentang topik buku-buku kami yang berlandaskan
empati, hati nurani, cinta dan kebahagiaan, kami setuju bahwa uang
dan kekuasaan sangat penting, tapi bukanlah segalanya. Kita semua
juga tahu bahwa banyak sekali orang yang kelihatan sukses secara
duniawi seperti bintang film, pengusaha, top executive, CEO,
pengacara , ternyata memiliki kehidupan yang tertekan dan sengsara.
Bagi yang berani melepaskan diri dari posisi atau gaji yang tinggi
lalu mengikuti kata hati dan memenuhi panggilan jiwa, ternyata
banyak yang hidup lebih berbahagia dan bermakna. Kunci utamanya
bukan uang melainkan timbulnya kreatifitas dan pemecahan masalah.
Di tingkat korporasi juga sama, jika kita baca visi dan misi banyak
perusahaan publik, maka "stake holder return" ataupun "share holder
return" yang ditunjukan dengan kenaikan harga saham terus menerus
akan menjadi faktor pemberi tekanan kepada eksekutif. Kesuksesan
berupa keuntungan ibarat minum air garam; semakin diminum akan
semakin haus. Setiap tahun melakukan budgeting, pengalaman yang
kita dapatkan adalah semakin tinggi penjualan ataupun keuntungan
yang didapat, otomatis akan diberi beban lagi di tahun depan agar
lebih tinggi lagi memberikan keuntungan dan pendapatan kepada "share
holder". Dalam suatu perusahaan, agar tidak diperbudak oleh uang,
maka keseimbangan antara "profit, positioning dan purpose"
sangatlah perlu. Ungkapan "diperbudak" oleh uang perlu dikaji
mengingat hubungan antara "majikan = uang" tidak memiliki jiwa.
Sebaliknya perusahaan yang memiliki "jiwa" akan cepat dikenal oleh
masyarakat, memiliki daya tarik baik kepada konsumen untuk
mendapatkan "heart share, mind share dan otomatis market share";
sekaligus menjadi perusahaan yang dikagumi sehingga menarik "human
capital" berupa sumber daya manusia berkualitas, berdedikasi dan
memiliki integritas tinggi, serta menarik pemilik modal menanamkan
investasi di korporasi tersebut. Contoh perusahaan yang memiliki
jiwa dan akhirnya menjadi perusahaan yang sangat sukses luar biasa
antara lain Body Shop dan Yahoo. Kedua perusahaan tersebut mampu
keluar dari perangkap dan perbudakan uang dengan kreatifitas dan
pemecahan masalah.
Di majalah Time edisi akhir 2006, seorang entrepreneur yang
menemukan dan mendirikan Hotmail, Sabeer Bhatia menulis:
Pada 1995, saya terinspirasi dengan website baru
http://akebono.
orang mahasiswa dari Stanford yaitu Dave Filo dan Jerry Yang.
Meskipun awalnya hanya digunakan untuk keperluan antar teman, Yahoo
yang berisi tentang direktori situs dengan topic menarik itu menjadi
suatu "guide" yang sangat populer di era internet masa itu. Adalah
American on line yang pertama kali tertarik ingin membeli paten
Yahoo tersebut. Namun Jerry dan Dave menolaknya, dan malah
menggunakan investasi berupa "venture capital"; dan mengikuti kata
hatinya mengejar impian. Ternyata keputusan itu berbuah sangat
positif, karena Yahoo berkembang menjadi perusahaan internet yang
menyaingi Netscape. Meskipun Yahoo bukan perusahaan piranti lunak
melainkan perusahaan media, yang menyediakan koneksi secara gratis,
banyak perusahaan yang menjadi sponsor ataupun memasang iklan.
Dilhami oleh Yahoo tersebut, saya meluncurkan "HOT MAIL", bersama
kawan saya Jack Smith, yaitu suatu situs gratis yang hidup dari
pemasang iklan dan akhirnya meraih sukses sebagai "email service
provider" yang terbesar di dunia dan menarik perusahaan MICROSOFT
untuk membelinya di tahun 1997 dengan nilai 400 juta US$.
Terima kasih Jerry, sudah memberikan ilham kepada saya untuk
menjadi entrepreneur, Meskipun awalnya banyak yang meragukan peluang
sukses Yahoo di bidang internet, ternyata anda dan partner tetap
konsisten dan meraih sukses sebagai situs yang paling banyak
dikunjungi di dunia (sebagai informasi, pendapatan tahunan dari
Yahoo di tahun 2006 sekitar $6 Milyar dollar).
Tim Sanders, seorang eksekutif senior di yahoo mengatakan
bahwa "love not money" adalah hal yang utama dalam kehidupan
korporasi.
Hal yang terutama dalam bisnis bukanlah "greed" atau ketamakan
dan "fear" atau ketakutan juga bukan kompetisi yang ketat. Yang
paling penting adalah "Love" yang akan membuat perusahaan menjadi
tumbuh dan berkembang. "Love" atau cinta kasih akan membawa kita
kepada kesuksessan, makna dan kepuasan dalam bekerja yang akan
membantu kita memberikan dan menghasilkan hal terbaik.
Demikian juga Anita Roddick pendiri Body Shop, dalam
bukunya "Business as Unusual", membagi pengalamannya bagaimana
keluar dari perangkap uang dalam mendirikan Body Shop sbagai berikut:
Body Shop
Cabang pertama Body Shop dibuka di Brighton bulan Maret 1976;
designer logo saya bayar 25 poundsterling, teman saya membantu
mengisi botol dan menulis label dengan tangan. Warna hijau yang
dipakai awalnya bukan berarti "green environmen" melainkan satu-
satunya warna yang dapat menutupi bercak-bercak di tembok. Botol
yang saya pakai adalah botol bekas rumah sakit yang saya beli dengan
harga murah, namun uang saya sangat terbatas sehingga saya tawarkan
servis isi ulang. Saya mengisi botol yang dibawa sendiri oleh
konsumen. Kita telah memulai daur ulang lama sebelum konsep
lingkungan menjadi trend, dan kami bisa sukses luarbiasa karena
awalnya "TIDAK MEMILIKI UANG YANG BANYAK". (kabarnya, Body Shop
sedang akan diakuisisi oleh L'OREAL dengan nilai yang sangat besar)
Jadi kalau kita sering mendengar orang akan bahagia setelah memiliki
financial freedom tidak sepenuhnya benar. Uang tidak memiliki jiwa
sehingga tidak dapat membuat manusia secure. Uang juga tidak dapat
menyembuhkan ketakutan seseorang, dan tidak bisa membuat seseorang
lebih pintar.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang terlalu terikat dengan
uang dan tidak bijak dalam memperlakukan uang, akan membuatnya
diperbudak uang. Ibarat pemain tenis atau golf yang terlalu
memikirkan skor, sehingga mereka tidak dapat menikmati permainannya.
Kenikmatan berolahraga adalah pada saat melakukannya, bukan
setelahnya. Skor atau hasil akhir adalah setelah pertandingan,
sehingga memikirkannya terlalu dalam akan melupakan si pemain pada
kenikmatan pertandingan.
Sekarang telah banyak para eksekutif yang menyadari, jika hidup
hanya untuk urusan duniawi, tahta, harta atau uang, maka tidak akan
menikmati kebahagiaan hakiki. Orang mulai memikirkan untuk
mendengarkan jiwa dan kata hatinya. Tidak hanya melulu soal uang,
tapi juga memiliki tujuan berbagi dan berdarma bakti kepada
masyarakat sekitar dengan mengikuti kata hati dan panggilan jiwanya.
Untuk mengecek apakah seseorang menjadi korban budak uang atau
tidak, paling mudah dengan melihat tingkatan stressnya. Sebuah
klinik di London yang bernama "Stress Busters Clinic" memberikan
kesaksian bahwa banyak penyakit yang berhubungan dengan stress
seperti insomia (susah tidur), tekanan darah tinggi, migrain, sakit
lambung, dan menurunnya kekebalan tubuh. Penyakit-penyakit itu
kebanyakan diderita oleh mereka yang hidupnya tidak seimbang. Nah
bila Anda mengalami salah satu dari penyakit tersebut, waspadalah
jangan-jangan Anda sudah menjadi budak uang, atau paling tidak hidup
Anda kurang seimbang.
B. Hidup Tidak Hanya Untuk Kita
Jiwa lebih penting daripada tubuh. Apakah Anda setuju? Jiwa sama
seperti tubuh, dia butuh pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki
komunitas. Sebuah ungkapan menyebutkan, "soul with a body rather
than body with soul", menyiratkan bahwa jiwa seharusnya mendapatkan
perhatian lebih ketimbang tubuh. Atau paling tidak, setiap orang
semestinya memperlakukan keduanya secara seimbang. Apakah Anda sudah
melakukannya? Bukti lain jika jiwa lebih penting dari tubuh adalah
kehidupan setelah mati. Jiwa akan terus ada dan melanjutkan
perjalanannya di alam baka, sedangkan tubuh tidak. Setiap orang
juga punya tubuh dan pikiran. Jiwa melengkapi keduanya sehingga
hidup seseorang menjadi harmonis. Tanpa jiwa, hubungan antara
pikiran dan tubuh tidak akan serasi. Manusia akan menjadi seperti
zombie.
Secara filosofi kita mengenal jiwa tidak hanya sebagai individu,
tapi juga komunitas sosial, bahkan nation's soul dan lebih besar
lagi soul of the world. Untuk memenuhi kebutuhan jiwa, maka sudah
pasti kita tidak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan juga orang
di sekeliling, alam dan lingkungan. Jika kita melihat entertainer
seperti Ulfa Dwiyanti, Eko Patrio, Basuki, Tantowi Yahya,
kebahagiaan mereka tampak lebih apabila dapat menghibur dan
membahagiakan orang lain. Kita dapat merasakan bahwa jiwa para
entertainer tersebut menjadi lebih bertumbuh dan menerima nutrisi
apabila menolong orang lain menjadi lebih bahagia.
Goen membagikan pengalaman hidupnya sbb:
Saya sering mendapat email dari teman-teman yang memberi apresiasi,
karena saya membantu mereka mendapatkan inspirasi, misalnya:
"Salam kenal Pak Goen,
Nama saya Handy saat ini bekerja pada sebuah perusahaan distributor
di Jakarta terus terang saya salut dengan banyak artikel yang bapak
kirimkan di forum manajemen. Isinya tidak pernah neko-neko dan
selalu membuat orang 'melek' dan mau melihat keadaan dengan gaya
bahasa yang sederhana dan lugas sehingga bisa 'nembak' langsung ke
orang yang membaca tulisan pak Goen. Sekali lagi salut pak Goen, and
keep the good work..."
Beberapa teman heran, kok bisa-bisanya saya memiliki keinginan kuat
untuk membantu orang lain? Sedangkan mengurusi diri sendiri saja
sudah rasanya berat...
Sebenarnya saya sendiri dulunya tidak begitu... 12 tahun saya
bekerja di FMCG di Bisnis Development saya tidak bahagia... Terlalu
dibebani ambisi. Prinsip saya dulu, kalau saya tidak mampu membeli
sesuatu, yang salah adalah gaji saya, karena saya merasa memiliki
bakat yang besar...
Akhirnya setelah saya mendapatkan uang yang banyak sekali saya jadi
bingung, setiap hari main ke Plaza Senayan, shopping. Kadang saya
shopping dengan 5 teman saya, masing-masing dibelikan jam tangan
atau hand bag, yang belum pernah mereka beli seumur hidupnya...
Ternyata semua itu tak ada gunanya. Tidak membuat saya bahagia.
Saya baru sadar bahwa kekayaan membuat kita beku... sendirian,
karena yang lain masih sibuk bekerja, sedangkan saya shopping,
shopping, shopping... Sampai saya rasanya ingin mati saja. Pikiran
saya... `saya sudah berjuang dalam hidup, sampai memiliki kekayaan
yang besar, jadi hidup tidak ada beban lagi, tidak ada tantangan...
selanjutnya.
Dalam proses pikiran untuk mati itu, saya sering tidak bisa bangun,
pinggang sakit, kaki kena asam urat, terlalu banyak indulgence,
kenikmatan makanan, kurang keluar keringat, dan kurang beban
pikiran... Tetapi ternyata di ujung proses saya ingin mati
tersebut, saya mendengar begitu banyak teriakan... Ternyata di dunia
ini banyak yang teriak minta tolong... Minta tolong pada Tuhan...
Dan saya merasa Tuhan sangat sibuk sekali mendengar teriakan orang
setiap malam, ada orang kaya, ada orang miskin semuanya teriak minta
tolong... Tuhan sungguh sibuk, dan saya jadi terhenyak, tidak jadi
mau mati.
Buat apa saya hidup enak, kalau dunia masih banyak yang menderita?
Hidup untuk disyukuri, bukan untuk menderita. Hidup untuk hidup,
bukan untuk mau mati saking tidak kuatnya menahan derita. Akhirnya
saya baru tahu, bahwa saya selama ini mengabaikan panggilan hidup.
Saya mengabaikan pangilan orang-orang yang teriak minta tolong. Saya
baru sadar bahwa hidup bukan untuk kita, namun untuk orang lain.
Dulu saya sungguh sebal kalau ide saya tidak diterapkan perusahaan.
Memang dari dulu saya kreatif. Sekarang, saya bekerja tidak perlu
berusaha. Karena pekerjaan saya bukan untuk saya, namun untuk orang-
orang lain di sekitar saya. Besok saya ketemu presdir sebuah
perusahaan grup besar. Dulu saya sebal, kok tidak di follow up?
Sekarang saya dikejar-kejar. Dia ingin mendapatkan bantuan saya,
setelah menyadari selama ini saya memang berbuat baik untuk dia.
Dulu mengharap proyek, dapat duit... Sekarang mereka yang telepon
dan mencari kita, karena jarang ada orang yang layak dipercaya.
Dulu saya sering sebal, teman saya kok maju mundur mau mengenalkan
ke Presdir Grup besar. Ehhh, setelah ngobrol 2 bulan, sekarang dia
yang telepon saya, menyanyakan follow up setelah pertemuan dengan
Presdir Grup besar. Dan karena kita didukung Presdir maka langkah
kita menjadi mulus... lus... lus... Kita yang disambut oleh semua
level manajemen.
Tidak ada gunanya memaksa orang lain untuk menuruti kita, kecuali
kita berbuat untuk mereka. Semua orang memiliki tujuan, dan tugas
kita hanya membantu mereka mencapai tujuan mereka. Dan saya kembali
ditanya kok mau sharing pengalaman hidup, pemikiran untuk memotivasi
orang lain?
Saya melakukannya bukan untuk orang lain, namun untuk memberi makan
jiwa saya. Pada saat Anda rutin memberi makan jiwa, maka dunia akan
datang menghampiri, menelepon, mengirim sms, menyambut Anda, karena
Anda berbuat untuk mereka. Dan Anda akan terus berbuat kebaikan
untuk menolong orang lain dan jiwa akan merasa semakin damai dan
semakin banyak mendapat dukungan dari orang lain. Dan Anda `merdeka
untuk melakukan kerja sesuai dengan kata hati anda tanpa terbebani.'
Bahwa dunia bukan untuk kita, namun untuk orang lain...
Dari penuturan Goen, kita menjadi tahu bahwa kehidupannya tidak
hanya tentang having and getting, tapi juga being and giving, dan
hal tersebut membantu mengangkat spirit, memberi nutrisi jiwa dan
membahagiakannya.
"The Secret of Better Life"; Perjalanan Mengenal Jiwa Yang Bahagia
Dalam hidup ini ada dua hal yang kemungkinan salah satu terjadi pada
banyak orang yaitu:
Midlife crisis. Banyak orang-orang yang salah dalam mengejar hidup,
akhirnya mereka mengalami Midlife crisis, krisis di pertengahan usia
hidup, biasanya pada umur 40 tahun. Kebanyakan mereka cenderung
mengalami jebakan, seperti misalnya: kawin lagi, atau merasa
hidupnya kesepian, terasa hampa. Seolah mengejar kebutuhan materi,
menjadi kaya, butuh rasa dicintai menjadi momok di dalam perjalanan
hidup kita. Akhirnya menjadi sia-sia. Sungguh aneh, mengapa orang
yang berjuang semur hidupnya, memiliki kekuasaan, memiliki
segalanya, bisa terjebak Midlife crisis. Seolah-olah ada yang salah
dengan hal-hal yang dikejar selama ini, karena berujung pada hal
yang sia-sia.
Hidup sepenuh jiwa. Kemungkinan kedua, orang menjalani hidup ini
ada yang dengan sepenuh jiwa, artinya dia melakukan suatu hal dengan
sungguh-sungguh misalnya: pelukis Afandi, atau seorang penulis Gede
Prama. Mereka mampu mengerjakan lukisan atau tulisan dengan sungguh
hebat, seolah-olah mereka siap mati untuk melakukan tugasnya.
Bagaimana mungkin mereka bisa mendapatkan inspirasi ayng begitu kuat
dalam mengerjakan tugas dalam hidupnya?
· Apa dorongan yang membuat mereka bisa sepenuh jiwa?
· Bagaimana caranya mereka bisa mampu melakukan sepenuh
jiwa?
· Apakah kita juga bisa melakukannya?
Kadang kita diberitahu bahwa hidup harus memberi, namun kita balik
berpikir, bagaimana mungkin itu dilakukan? Pepatah mengatakan, bila
kamu ditampar pipi kirimu, berikan pipi kananmu, namun bagaimana itu
mungkin kita lakukan?
Sering kita diberitahu bahwa hidup adalah untuk menolong orang lain,
namun bagaimana mungkin kita mau menolong orang lain, kalau diri
kita belum menjadi kaya, atau mandiri?
Bagaimana caranya membuat kita mengerti hal ini?
Juga sering kita dengar bahwa dalam dunia ini banyak sekali orang-
orang yang berbuat kejahatan. Kita lihat pada setiap bisnis,
terjadi kompetisi yang akhirnya saling menjatuhkan. Benarkah bahwa
hidup ini akan berakhir dengan kehancuran? Benarkah ada sosok
kejahatan pada setiap manusia?
Ataukah sebaliknya, bahwa hidup ini memiliki dua sosok, yaitu: Ego
dan Jiwa. Ego mementingkan diri sendiri, cenderung ingin sesuai
kemauan diri sendiri, ini yang sering menutupi jiwa, sosok kebaikan
absolut dalam diri kita. Bahwa di dunia ini tidak ada kejahatan,
namun yang ada adalah perbedaan tingkat kebaikan seseorang, yang
kadang hidupnya terselubungi oleh Ego. Sehingga kita percaya bahwa
esensi hidup Manusia memiliki kodrat yaitu:
· Berempati
· Mengejar kesempurnaan
· Mencapai kemuliaan
Contohnya kita lihat pada kehidupan orang-orang primitive, banyak
sekali kepercayaan pada roh-roh jahat. Dengan adanya kemajuan
budaya, maka hal-hal tersebut dapat dihindari. Demikianlah arti
hidup ini, bahwa hidup adalah mengejar kesempurnaan dan kemuliaan
Tuhan.
Banyak orang yang memiliki rumah besar dan indah, memiliki keluarga
yang selalu kelihatan harmonis dan pekerjaan atau karir yang
membanggakan. Namun setujukah anda bahwa banyak orang orang yang
kelihatannya sukses dan bahagia itu dalam hati kecilnya ("secretly")
mengatakan bahwa ada sesuatu hal yang lebih mendalam yang dapat
membuat mereka benar benar bahagia? Banyak sekali hal hal yang
disesali dari kehidupan,hal hal yang telah dilakukan, hal hal yang
tidak dilakukan didalam hidup ataupun harapan yang tidak terealisasi
yang membuat kita menjadi kurang bahagia.
Memiliki "a life of no regret" merupakan salah satu jawaban dari
pertanyaan tersebut yang akan terungkap apabila kita mau menjadi
ahli arkeologi untuk diri kita sendiri, menggali rahasia jati diri,
memahami tentang kebutuhan jiwa. Memahami rahasia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik
"The Secret of Better Life" Perjalanan Mengenal Jiwa yang Bahagia
ada 7 tahap. Setiap Tahap secara berurutan menjadi prioritas
kebutuhan jiwa kita. Apa tandanya, seseorang sudah memenuhi atau
belum sebuah tahap? Tandanya adalah bila sebuah kebutuhan tidak
dipenuhi maka orang itu tidak bahagia.
Buku "The Secret"; Perjalanan Mengenal Jiwa yang Bahagia ini
menjelaskan bagaimana proses sebuah perjalanan Jiwa berjalan, mulai
dari
Pengenalan jiwa, dengan memenuhi Kebutuhan Didengar
Mendapatkan Jiwa dengan mengalahkan ego yaitu Terbebas dari Ambisi
Memberi makan Jiwa dengan Menolong / Memberi atau berbuat kebaikan.
Mengembangkan Kebijaksanaan dengan Mengerti Kebenaran
Mengisi hidup jiwa kita kita dengan Mengikuti Kata hati
Menguatkan identitas sosok Jiwa kita dengan Mencari Jati diri
Mencapai kesempurnaan Jiwa dengan mencapai Kemuliaan.
Maka setelah membaca buku ini, kita akan mulai mengerti dan mampu
menjawab beberapa pertanyaan antara lain:
- Apakah benefit mengisi kebutuhan jiwa?
- Apa manfaatnya setelah kita memupuk empati, menabung pahala, dan
mengerti kebenaran ?
- Kebenaran apa yang bisa kita raih?
- Mengapa kita harus mengikuti kata hati?
- Apa pentingnya hidup berpedoman kata hati?
- Bagaimana mencari kata hati?
- Mengapa kita perlu mencari jati diri?
- Apa arti jati diri dalam hidup?
Mengapa hidup penuh penderitaan? Bagaimana caranya membebaskan diri
dari penderitaan? Bagaimana caranya mengendalikan hidup kita?
Bagaimana caranya memahami misi visi tujuan hidup kita?
Dipetik dari buku THE SECRETS OF BETTER LIFE, ditulis oleh
Goenardjoadi Goenawan dan Stefanus Indrayana, terbit 1 November 2007
di Gramedia.
salam,
Goenardjoadi Goenawan
www.manajemen-
http://www.swa.
cid=1&id=5630&
Goenawan, MM. & Ir. Stefanus Indrayana, MBA.:
* Best Life - Menjalani Hidup Bahagia Penuh Makna [terbit 31 Mei
2007]
* Manajemen Berbasis Nurani [terbit 1 Januari 2007]
Dan juga karya Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM. lainnya:
* Memasarkan Dengan Hati [terbit 8 November 2006]
* Menjadi Kaya Dengan Hati Nurani
* Mata Air Untuk Dahaga Jiwaku
* Pelangi Kehidupan Entrepreneur
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar