HAMMURABI: Si Gila Kontrol Sejati
Ini adalah sebuah cerita tentang tulang belulang, dan tentang persamaan dan perbedaan. Bagi manajemen, ini adalah sebuah perdebatan abadi antara berbagai kepentingan yang saling bertentangan : pendekatan yang konsisten dalam menjalankan berbagai operasi, versus fleksibilitas dan adaptasi lokal. Korporasi-korporasi raksasa telah sekian lama bertempur dan berjibaku dalam peperangan sipil seperti ini – sentralisasi versus desentralisasi, keseragaman versus otonomi. Dan pemimpin-pemimpin besar telah sekian lama berkutat dengan berbagai jenis keputusan yang ada sangkut pautnya dengan hal-hal seperti itu, setiap harinya. Dalam situasi ini, terlalu condong ke satu arah sedikit saja dapat berakibat fatal.Hammurabi tercatat dalam sejarah sebagai seorang pembuat hukum, raja pertama yang merumuskan aturan-aturan dan perilaku-perilaku, di samping dia juga terkenal karena dipuji oleh banyak orang. Raja Babilonia ini hidup pada 1792-50 SM, dan ahli-ahli arkeologi telah berhasil menemukan berbagai kitab undang-undang yang disusun olehnya. Kitab itu begitu mengagumkan terutama jika kita lihat bagaimana mendetail dan spesifiknya semua aturan yang mungkin dapat dibayangkan orang, mulai dari harga sepotong sayap ayam hingga pada hukuman bagi orang yang mengenakan jubah dengan tidak semestinya.
Hammurabi benar-benar seorang yang gila aturan.
.........
Di dataran bagian timur Benua Afrika ini, terdapat se¬buah adat kebiasaan yang mengharuskan para pembuat roti menyisakan satu loyang roti setiap kali mereka memanggang sebagai derma bagi kaum miskin. Roti yang baru keluar dari panggangan biasanya ditaruh di sebuah birai jendela tertentu sehingga para fakir miskin, yang memang tahu bahwa roti tersebut disediakan bagi mereka, akan lewat dan mengambilnya. Perbuatan yang terpuji ini sudah berjalan dari generasi ke generasi, dan merupakan salah satu sebab keamanan dan ketenteraman dapat tercipta di kalangan masyarakat yang kurang mampu. Hukum kemudian mengubah ini semua.
Sesuai dengan Hukum Nomor 764, "Barang siapa mengambil barang apa pun yang tidak ia beli, dinyatakan bersalah atas tuduhan pencurian dan akan kehilangan tangannya." Dan meskipun hal ini bertentangan dengan adat ke¬biasaan setempat, sang gubernur bersikukuh menerapkan segala konsekuensi pelanggaran atas hukum tersebut. Empat puluh orang kaum papa kehilangan lengan mereka satu hari setelah prasasti hukum tersebut diterima di daerah tersebut. Berakhirlah tradisi menyisihkan seloyang roti bagi kaum duafa. Dan beribu-ribu orang yang tak mampu kemudian tewas, juga keluarga mereka dan hewan piaraan mereka, semua mengalami nasib yang sama........
............
Dan kemudian pulanglah dia. Sambil tersenyum, de¬ngan bangga dia mendekati danau kawah. Di sana, kelima ribu penduduknya sedang berpegangan tangan, menatap sesekali ke tepian danau, kemudian memalingkan wajah mereka menengok menatap Pak Tuh. Sebuah sentakan kaget terdengar dari mulut-mulut mereka ketika mereka semua menyadari bahwa Pak Tuh membawa pulang lembaran-lembaran batu. Rasa takut yang amat sangat menjalari mereka semua, dan mereka kemudian memandang kembali ke arah danau kehijauan di hadapan mereka sekali lagi. Kemudian Pak Tuh membuat mereka mendengarkannya.
"Jangan takut!" teriaknya. "Aku tidak membawa Hukum Hammurabi!" Mereka mulai menengadah, tersenyum, dan memiliki harapan kembali. Kemudian Pak Tuh menambahkan, "Yang aku bawa adalah Revisi Hukum Nomor Satu. Dan aku juga membawa yang lain: Perencanaan Strategis Hammurabi, dan juga Anggaran Tahunannya!"
Demi mendengar hal itu, kelima ribu manusia, secara bersamaan dan masih sambil bergandengan tangan, me-lompat ke arah jurang kawah dan lenyap ditelan ombak danau untuk menemui ajal mereka......
Baca lebih lengkapnya di http://appreciative
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
SPONSORED LINKS
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar