http://groups.
--- In tionghoa-net@
<kind_evil_06@
Punten..punten.
bawah ini..ijinkan kasih benang merah sedikit atas
tulisan ini:
- menjelaskan manfaat kompatiologi sebagai alternatif
pemecahan atas kelemahan yang ada pada ilmu
pengetahuan "resmi" yang gagal mencetak
manusia-manusia tidak
hanya berhenti untuk sekedar mendapatkan ijazah dan
mencari nafkah;
- dalam proses tersebut, maka memberikan nasehat
(couseling), dogma-dogma tertentu dilarang keras;
- seorang manusia harus mengambil kontrol penuh atas
dirinya sendiri...
aduh punten...mudah-
melihat dari tujuan yang ingin dicapai berupa
"self-control" adalah satu hal yang paling esensi dari
penawaran kompatiologi ini. Namun langkah yang diambil
perlu diperhatikan, yaitu menyatakan satu kegagalan
dan memberikan alternatif solusinya dengan pendekatan
kompatiologi juga merupakan satu bentuk
"doktrinisasi"
keras...punten.
memberikan pengaruh perbandingan juga merupakan satu
alat untuk seorang manusia berpikir dan mengambil
sikap, terutama manfaat dan risikonya - dan ini suatu
hal yang sudah ada sejak lama....memindahlan pola
pikir dengan cara drastis dan memberikan satu gambaran
kelemahan dan menariknya sekaligus ke dalam satu
bentuk baru, juga bisa menimbulkan satu masalah baru
yang seharusnya tidak perlu muncul...apakah kita akan
menggiring "kelompok yang dikatakan putus asa"
dalam tulisan ini menjadi kelompok "yang tidak putus
asa"...punten.
revolusioner bagi lingkungan yang ada saat
ini....memang kesempatan untuk berkembang, bukanlah
milik kelompok tertentu, namun formulasi untuk
mengatakan dan mengubah dengan "mengajak" secara masal
aduh..aduh punten...kudu pelan2 dan ati2, kecuali
hanya berlaku untuk diri sendiri...ya mangga....
punten..punten.
ngerti apa lagi sudah pakai tahapan-tahapan.
saya mengerti bahwa memberikan penawaran solusi itu
baik,
namun ada hal mendasar perlu menjadi pertimbangan ===>
DAYA TAHAN
http://groups.
...punten..punten.
tahan super man, sedangkan manusia bodoh seperti saya
ini hanya punya daya tahan seorang punakawan seperti
semar....punten.
Email sebelumnya..
http://groups.
--- In tionghoa-net@
<minhui@...> wrote:
Bung Martin,
Hehe, maksud saya supaya topiknya lebih fokus. Soalnya
diskusi di tnet kadang2 melebarnya tidak tanggung2
bisa dari kutub utara sampai kutub selatan dalam waktu
1-2 kali posting. Dari ngomongin Republik Mimpi bisa
sampai cara makan burger ;-)
Di Medan, label 'Keling' masih kencang. Nama Kampung
Keling masih selalu disebut walau nama jalannya adalah
Zainul Arifin. Sebetulnya seingat saya dulu pernah
dirubah menjadi Kampung Madras tapi karena sudah turun
temurun akhirnya tetap tidak bisa dirubah, hampir
semua orang Medan juga menyebutnya Kampung Keling.
Belum lagi ada istilah Janji Keling (Janji tinggal
janji hehe). Sama halnya dengan Batak Tembak Langsung
(BTL) dan (maaf) Batak Makan Orang karena kejadian
pada misionaris Samuel Munson dan Henry Lyman pada
jaman dahulu kala.
Betul sekali pendapat Bung Martin, pihak luar dan
pihak dalam musti berjuang keras. Selama masih dalam
konteks wajar, tidak bermaksud menghina dan melecehkan
masih dapat ditoleransi terutama dalam masyarakat2
yang sudah berbaur dan sudah biasa dalam pergaulan
sehari-hari. Janganlah sebuah istilah malah
menyebabkan gap yang makin besar antara etnis.
-- MH
Email sebelumnya..
http://groups.
--- In tionghoa-net@
<martin3053950@
Bung Minhui,
Gue tahu yang dimaksud si VL.
Gue sengaja mau ajak bung JS untuk angkat isu
pelabelan etnis.
Eh, ngomong2 di Medan, label 'keling' masih kenceng
gak?
Kasian, satu suku kalo udah kena label negatif perlu
bergenerasi mengubahnya. Dari pihak luar harus aktif
menyetop omongan 'keling' yang tendensius sedang dari
pihak dalam harus berjuang untuk berhenti bersikap
seperti yang dituduhkan.
salam,
martin.
Email sebelumnya..
http://groups.
--- In tionghoa-net@
<minhui@...> wrote:
Bung Martin, Bung John yb
Sepertinya maksud 'label' Vincent Liong di postingnya
berbeda dengan teori labeling yang dikemukan oleh Bung
John. Saya kebetulan melihat acara Indigo Kick Andy
yang lalu dimana Vincent mendapat kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya tentang indigo.
Vincent mengkritisi bahwa banyak cabang ilmu yang
sudah dimanipulasi sehingga hanya mementingkan sebuah
gelar, ijazah, label, norma, aturan yg baku dll. Yang
saya tangkap dari misi Vincent adalah untuk mematahkan
mitos
bahwa anak Indigo (Magenta kids kalau istilah Mama
Lauren) adalah bukan anak ajaib tapi yang menurut
Vincent secara ilmiah seorang anak dapat dijadikan
Indigo layaknya menginstall software dan dapat
dihilangkan kembali Indigo-nya dengan uninstall.
Terus terang saya belum paham benar bagaimana cara
kerja terapi jus dari Vincent yang diakuinya bisa
membuat perubahan pada seorang manusia. Tapi
saya cukup tertarik karena teorinya karena dalam
beberapa point memang demikian adanya misalnya
kepribadian ganda, sikofrenia, autis adalah tools
pilihan strategi yang digunakan manusia untuk
meningkatkan pemenuhan kwalitas hidup.
-- MH
Email sebelumnya..
http://groups.
--- In tionghoa-net@
<martin3053950@
Bung John,
Senang lihat anda sudah bisa aktif lagi, semoga
diantara kesibukan, anda tetap masih bisa menyisakan
waktu untuk ikutan meramaikan milis ini.
Soalan Labelling yang kebetulan sedang anda pelajari
adalah topik yang sangat menarik dan penting untuk
didiskusikan. Jangan segan2 untuk angkat topik ini,
kita semua juga sedang belajar dan anda lebih
beruntung karena punya kesempatan belajar di
Universitas.
Anda benar bila pencitraan pihak luar kita anggap
salah, maka kita harus buktikan. Selama ini pihak
Tionghoa diberikan berbagai citra yang negatif, namun
apa yang telah dilakukan oleh etnis ini? Meski mereka
tidak senang dibilang eklusif, namun banyak sikap
mereka sampai sekarang justru memperkuat bukti
keeklusifannya.
Ambil contoh soal 'KTP tegal Alur' yang sering kita
dengar. Secara persentasi jumlah warga kelurahan tegal
alur yang tidak memiliki KTP mungkin kurang dari satu
persen, sementara diwilayah lain ada yang 50% atau
lebih warganya tidak memiliki KTP (di Purwakarta dan
Pati). Etnis manakah yang selalu mengangkat isu Tegal
Alur? Etnis mana di Tegal Alur yang dimaksud tidak
memiliki KTP? Bukankah ini semua membuktikan secara
tegas bahwa Tionghoa sangat eklusif?
Bung John, era reformasi telah kita ikuti dari proses
janin sampai sekarang berusia 9 tahun. Tentu kita tahu
bahwa perjuangan reformasi untuk memperbaiki nasib
kehidupan 240 juta rakyat Indonesia dari Sabang sampai
Marauke dan yang terdiri dari beratus etnis. Etnis
mana
yang paling menikmati buah dari reformasi ini? Tentu
ini semua berkat perjuangan dari para tokoh etnis tsb.
Bukankah ini membuktikan lagi betapa eklusifnya
Tionghoa?
Sementara hak-hak etnis Tionghoa semakin membaik,
disisi lain kita melihat jumlah kemiskinan semakin
meningkat. Mungkin etnis tionghoa bisa berkomentar
'EGP, rakyat miskin itukan urusannya pemerintah'.
Satu hal yang kita ketahui bersama bahwa kerusuhan
sosial dimanapun akan mudah meledak bila kesenjangan
sosial masyarakatnya sangat tinggi. Bung John bolehkan
kita simpulkan sikap perjuangan eklusif Tionghoa ini
secara sadar telah meletakkan etnis Tionghoa pada
posisi yang membahayakan diri sendiri? Khususnya
tionghoa miskin.
Pencitraan, pemberian merek terhadap etnis harus
diperjuangkan oleh semua komponen masyarakat dan
membutuhkan waktu yang panjang. Putusan hukum saja
tidak menjamin, kalau prilaku masyarakatnya tidak mau
berubah.
Bung John, apa yang saya lemparkan diatas tentu saja
belum tentu benar, saya hanya mengharapkan bung John
mau mengangkat isu 'labelling' sebagai topik diskusi
di milis ini, biar kita semua bisa mengerti betapa
'jahat' nya permerekkan masyarakat yang secara tidak
sadar sering kita lakukan, sering kita lestarikan.
salam,
martin.
Email sebelumnya..
e-link:
http://groups.
--- In tionghoa-net@
<johnsiswanto@
Bung Vincent Liong,
saya komentar sedikit tentang teori Labelling yang
anda kemukakan, saya coba memberikan komentar dengan
segala keterbatasan saya, kebetulan saya saya sedang
belajar theory Labelling di kelas sosiologi, dimana
pencitraan oleh kelompok masayarakat akan tingkah laku
individu (kelompok individu) tertentu = Theory
Labelling
Saya tidak membahas teorinya, tapi saya mengomentari
pencitraan yang dibuat oleh kelompok masyarakat atas
individu(atau kelompok individu) yang mungkin seperti
yang bung maksudkan.
Bila memang pencitraan dari kelompok masyarakat
tersebut bisa saja salah(sesuai dengan pendapat bung).
Saya pikir bung juga harus membuktikankan memang
pencitraan yang dibuat (oleh kelompok masyarakat
tersebut) itu salah.
Saran saya, tidak usah diperdulikan pencitraan yang
dibuat bilamana memang tidak benar. Theory Labelling
yang saya pelajari, justeru menunjukkan bahwa individu
(maupun kelompok individu yang dicap (dicitrakan=
diberi label) tertentu. Individu maupun kelompok
individu yang bersangkutan menunjukkan pembenaran atas
pencitraan (label) yang diberikan oleh kelompok
masyarakat tersebut.
Saya mendukung sikap bung bilamana pencitraan
(labelling) kelompok masyarakat tertentu atas bung
memang salah, bung lakukan tindakan korektif, jangan
biarkan kelompok masyarakat yang mencitrakan anda itu
menang. Maju terus bung.
Salam,
John Siswanto
Send instant messages to your online friends http://au.messenger
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar