Monyet Koshima Pasca Badai Tsunami
Ditulis oleh: Juswan Setyawan
e-link:
http://groups.
Sudah tiga bulan lamanya, yaitu sejak bulan Juli yang
lalu saya melakukan 'tapa mahesa brata' (kebo bungkem)
untuk tidak bekoar di milis Komunikasi Empati ini.
Saya memerlukan masa untuk "back to cave" menurut
istilah John Gray, penulis buku "Men Are from Mars,
Women Are from Venus".
Saya pikir untuk apa melibatkan diri dalam peperangan
dalam "dunia maya" di mana orang-orangnya tidak bisa
membedakan lagi mana "realitas di dunia maya" dan mana
yang merupakan "realitas di dunia nyata". Semula yang
"main perang-perangan" justru terhanyut nafsu amarah
dan berubah menjadi perang bharata yudha beneran yang
hantam kromo. Kawan-kawan yang "dulunya dekat"
tahu-tahu menjadi musuh bebuyutan yang saling membuka
aib di jalur umum yang kemungkinan bisa dibaca banyak
orang.
Ini sudah tidak sehat lagi. Maka harus ada karantina.
Kalau para pelaku edannya tidak bisa dikarantina, maka
yang masih punya akal sehat satu per satu mulai
menjauh seperti orang Sakai lari ke gunung menjauhi
gelombang maut tsunami.
Dalam pekan terakhir saya mendapat kontak dari Dr.
Psikiater Tony Setyabudi dan Dra. Cornelia Istiani.
Msi. untuk kembali membahas secara serius
masalah-masalah yang berhubungan dengan
"komunikasi-empati"
tertentu antara proses dekon dengan metode therapy
psikitari tertentu. Hal ini perlu diteliti lebih
lanjut, dibuat metodologinya yang jelas sehingga
teknik tersebut memiliki validity dan realibility.
Kemudian ada juga berita bahwa rekan Titus Budyanto
(titus@pkpinang.
dengan bakat "spiritual healing" menunjukkan
ketertarikannya kepada 'komunikasi empati' dengan
'nglakoni' sendiri apa yang dinamakan proses 'dekon'
tersebut.
Saya pikir perang di dunia maya telah berhasil
menyadarkan kebanyakan kita semua bahwa "perang itu
sifatnya selalu non-empatik" sehingga semua yang
(masih) berminat kepada "komunikasi empati" harus
mengambil sikap yang jelas dan tegas untuk "say no to
war"... any kind of war... dan tidak pantas untuk
terlibat dalam peperangan apapun. Tidak juga (senang
atau cenderung) mengambil sikap agresif ofensif untuk
melempar batu ke rumah dan kepala orang lain... entah
musuh ataupun kawan sendiri...
Monyet-monyet Koshima yang naik pohon tinggi saat
gelombang tsunami melanda kawasan pantai tetapi
tidak sempat sampai ke pegunungan sudah waktunya
untuk turun pohon dan mencuci ubi-ubinya. Kini bukan
lagi telah terdapat monyet ke seratus yang mencuci
ubinya tetapi monyet-monyet dari Bali, Kalimantan,
Sumatra dan Bangka juga sudah mulai mencuci ubi-ubinya
sebelum disantap...
Jakarta, 11 Oktober 2007.
Mang Iyus (Juswan Setyawan)
Send instant messages to your online friends http://au.messenger
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar