Yang sudah difilmkan, yang jadi devil, Al Pacino.
Yang jadi advocate, Keanu Reeves.
Hihihi
Kok gak kelihatan sama sekali kaitannya.
Juga relevansinya
Coba klarifikasi, Bu Swas.
Hehehe
From: "pradita@telus.
To: psikologi_transform
Sent: Thursday, 29 November, 2007 7:44:51 AM
Subject: [psikologi_transfor
Ooooo pantes, kalo jalan berpikirnya gini: Sebab elo minoritas, ya terima aja
nasib loe. Kaga heran, kaga heran. Argumen yang amat sangat rasional tapi minus
kemanusiaan. Di negeri-negeri beradab, kaum mayoritas yang pede pada dirinya
dan sangat sadar akan statusnya yang mayoritas justru punya kesadaran tinggi
bahwa sebagai mayoritas mereka bersedia memikul tanggung jawab moral untuk
melindungi kelompok-kelompok minoritas yang ada di tengah-tengah mereka. Sebuah
semangat yang kalo di Indonesia ini mewujud dengan sangat konkret pada sosok
Gus Dur. Kalo Anda sih kayanya lebih cenderung pada sikap mentang-mentang dan
mumpung.
Soal ahli sastra: jadi siapa yang maen-maen dengan buruk sangka di sini?
Sementara Anda selalu menlontarkan tudingan bahwa saya, non sisc beruburuk
sangak kepada Anda? Saya mungkin keliatan silap dengan kata, tapi Anda keliatan
culas lewat sikap. Kok malah bangga?
Devil's advocate? Ah, kebanyakan istilah lah. Kalo mau jadi devil's advocate
yang lebih berbobot dan tak terkesan koar-koar doang, cobalah jadi devil's
advocate terhadap keyakinanmu sendiri. Kalo untuk keyakinan orang lain sih, itu
bukan devil's advocate namanya. Kacangan.
manneke
Eh, kalo Anda tak peduli dengan respons kami, kenapa ngejelas-jelasin terus?
Lain di mulut lain di aksi dong.
Unsur dalam komunikasi itu bukan cuma ada 2 tapi ada 6. Mungkin karena Andsa
berpikir demikian sempit, maka akhirnya konteks, message, dll dikesampingkan
semua. Makanya jadi simplistis banget statement-statement -nya.
Quoting was_swas <was_swas@yahoo. com>:
>
> HAHAHAHA.. iya sih, Pak :) Mesti diakui bahwa pasti ada saja yang
> menganggap posting2 tentang agama (minoritas) adalah promosi ;). Well,
> kalo menurut saya sih itu nasib jadi minoritas dimana2. Saya sendiri
> pernah jadi minoritas pangkat tiga (perempuan, Asia, Muslim pula ;)),
> dan mengalami betapa langkah saya dicurigai terus ;)
>
> Ooo, jadi Anda tetep kukuh di "cara"? Baiklah. Kalo gitu, bisa jadi
> timbrungan Anda tidak direspons positif oleh saya, non sisc, as as
> karena kami berpandangan "cara" Anda tidak mengena alias tidak berkenan
> ke kami.
>
> Perkara direspons positif atau tidak oleh Anda bertiga sih saya nggak
> perduli, Pak :) Yang lebih penting buat sya adalah saya sudah
> menyampaikan pendapat saya, dengan cara [yang menurut saya] baik2.
> Perkara diterimanya tidak sesuai seperti yang saya harapkan, itu di luar
> kontrol saya :)
>
> Selalu ada 2 unsur dalam komunikasi kan ;)? Si penyampai pesan dan si
> penerima pesan. Yang saya bisa kontrol hanyalah diri saya sendiri (dalam
> hal ini sebagai penyampai pesan) :)
>
> Argumen bahwa Hendrik mustahil diajak bicara kok terkesan mengada-ada.
>
> Terkesan mengada2 ya ;)? Kalo kenyataannya bagaimana, Pak.. HAHAHAHA.. ?
>
> Well, seperti tergambar dalam fwd-an Mas Goen yang terakhir (Psyche,
> Ego, dan apa itu), saya sudah pernah juga mencoba bicara dengan Hendrik.
> Tidak ada hasilnya :)
>
> Apa problem si hendrik ini menurutmu juga perkara "cara" semata?
>
> Wah, kalau problem Hendrik sih menurut saya bukan sekedar "cara" ya,
> Pak. Menurut pendapat saya pribadi, lebih mendasar daripada itu :)
>
> Tentang thread terkait "ahli sastra" yang kini tiba-tiba ilang itu (aneh
> ya? hi hi hi), posisi saya sudah lebih dari jelas, Swas: reply saya buat
> ahli sastra dan satu orang lagi miliser yang paling awal menanggapi tapi
> lalu juga ilang. Jadi kalau kau ngeyel bahwa itu ditujukan buat kamu,
> itu sih urusanmu. Silakan menikmati saja.
>
> HAHAHAHA.. dari awal sih saya ngerti Anda nggak menujukan itu buat saya
> ;). Kan Anda memang mengutip sebagian tulisannya ahlisastra secara
> verbatim ;)
>
> Saya cuma mau menunjukkan bahwa ada kemungkinan lain untuk
> menginterpretasikan tulisan Anda, yang mungkin tidak Anda sadari ;)
> Tadinya cuma itu, tapi belakangan makin iseng ketika melihat Anda
> menggunakan argumen yang mudah ditangkis.. HAHAHAHA.. misalnya terlanjur
> bilang selalu nulis nama, padahal di email terkait tidak ada penyebutan
> nama ;) Jadi diterusin deh :)
>
> No hard feeling, Pak, it's just for the sake of fun :) Kan saya pernah
> bilang bahwa milis ini adalah holodeck saya ;))
>
> Atau kini mau kau jejalkan isi pikiranmu ke mulut saya dan memaksa saya
> mengakui apa yang bukan intensi saya? So mirip Hendrik banget Anda ini
> :)
>
> Ah, Anda ini negative thinking terus ;). Sejak kapan saya menjejalkan
> logika saya kepada orang lain ;)? Atau menurut Anda menjelaskan dan
> mempertahankan logika saya itu sama dan sebangun dengan menjejalkan pada
> kepala orang lain ;)?
>
> Kalau saya sih melihatnya sebagai pembelajaran. . :) Devil's Advocate
> style.. hehehe..
>
> Salam,
>
>
> --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, pradita@... wrote:
> >
> > He he he, Swas, jadi kita sama-sama lucunya dong. Tapi kalo mau tanya
> apakah
> > posting-posting tentang agama (khususnya kristen) si milis bisa
> dianggap
> > promosi agama atau tidak, biar afdol tanya sama para habib bersorban
> itu deh.
> > Kalo saya lagi yang jawab kurang yahud. Nanti liat sinyalemen saya
> keliru atau
> > betul.
> >
> > Ooo, jadi Anda tetep kukuh di "cara"? Baiklah. Kalo gitu, bisa jadi
> timbrungan
> > Anda tidak direspons positif oleh saya, non sisc, as as karena kami
> > berpandangan "cara" Anda tidak mengena alias tidak berkenan ke kami.
> Argumen
> > bahwa Hendrik mustahil diajak bicara kok terkesan mengada-ada. Apa
> problem si
> > hendrik ini menurutmu juga perkara "cara" semata?
> >
> > Tentang thread terkait "ahli sastra" yang kini tiba-tiba ilang itu
> (aneh ya? hi
> > hi hi), posisi saya sudah lebih dari jelas, Swas: reply saya buat ahli
> sastra
> > dan satu orang lagi miliser yang paling awal menanggapi tapi lalu juga
> ilang.
> > Jadi kalau kau ngeyel bahwa itu ditujukan buat kamu, itu sih urusanmu.
> Silakan
> > menikmati saja. Atau kini mau kau jejalkan isi pikiranmu ke mulut saya
> dan
> > memaksa saya mengakui apa yang bukan intensi saya? So mirip Hendrik
> banget Anda
> > ini :)
> >
> > "Logically"? Logic-mu? Ya boleh-voleh saja, tapi jangan asumsikan
> logic-mu itu
> > universal sehingga seolah-olah itulah yang paling betul dong.
> Lagi-lagi, you
> > sound more and more like Hendrik now.
> >
> > By the way, I love problem :)
> >
> > manneke
>
>
>
Yahoo! Answers - Get better answers from someone who knows. Try it now.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar