Senin, 03 Desember 2007

RE: [psikologi_transformatif] Berdebat dengan ilmuwan atheis

Kaitannya dengan Islam…cerita ini kesimpulannya apa ya? ada gak sih?

 

 


From: psikologi_transformatif@yahoogroups.com [mailto:psikologi_transformatif@yahoogroups.com] On Behalf Of Yayak Heriyanto
Sent: Tuesday, December 04, 2007 1:33 PM
To: Spiritual-Indonesia@yahoogroups.com; semester_lima@yahoo.com; Sudarman Morintoh; semester_lima@yahoo.com; psikologi_transformatif@yahoogroups.com; husnul khuluq; randi_mohammad@yahoo.com
Subject: [psikologi_transformatif] Berdebat dengan ilmuwan atheis

 

*DEBAT ABU HANIFAH DENGAN ILMUWAN KAFIR*

Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari
kalangan bangsa Romawi.
Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan
berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan
ulama Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah banyak manusia
yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia
menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.

Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu
Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : "Inilah
saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan".
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap
merendahkan diri karena usianya yang masih muda.
Abu Hanifah berkata, "sekarang apa yang akan kita perdebatkan! ".

Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai
pertanyaannya :

Atheis          : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman "Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan".

Atheis          : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan
                      tidak ada sesuatu sebelum-Nya? , pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.

Atheis           : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?

Atheis           : Ya.
Abu Hanifah  : Angka berapa sebelum angka satu?

Atheis           : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang
                      mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang
                      hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?

Atheis          : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?

Atheis           : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya
                      keju itu sekarang?

Atheis          : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan
                      bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu
                      tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah
                      Ta'ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!

Atheis           :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti
                      besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?

Atheis           :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan
                       tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak
                       bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?

Atheis           : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?

Atheis           : Ya, masih ada.
Abu Hanifah  : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti
                       besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?

Atheis          : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk
                      roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk
                      mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

Atheis           : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala
                       sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah
                      manakah sinar lampu itu menghadap?

Atheis           : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu,
                      bagaimana dengan Allah Ta'ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya
                      langit dan bumi.

Atheis           : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada
                      akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.

Atheis          : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan.
                      Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang
                      air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.

Atheis          : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan
                      malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu
                      kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.

"Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?" tanya Atheis.
"Tuan menjawab pertanyaan-pertanya an saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah.

Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.
"Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa
pekerjaan Allah sekarang?".
Ilmuwan kafir mengangguk.
" Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri
seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti
sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan
segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan
Allah setiap waktu".

*Salah satu tugas agama ialah memelihara akal.*
*Memelihara akal ialah dengan jalan menambah ilmu melatih diri berfikir &
merenungkannya. *
yak's

 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Yahoo! Groups

Women of Curves

Discuss food, fitness

and weight loss.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: