DILEMA SEORANG JANDA DUA ANAK
Berikut adalah cuplikan tanya-jawab antara saya dengan
seorang klien yang, kita sebut saja, bernama Mbak
Vergie. Usia sekitar 28 tahun, janda dengan dua anak,
wanita karier jenjang menengah. Masa lalunya termasuk
kelam: bercerai dari suami, dan sekarang dia harus
bekerja di lain kota untuk membiayai diri sendiri dan
kedua anaknya. Semoga bisa juga membantu rekan-rekan
lain yang menghadapi kasus serupa.
T = Hallo Mas Leo, apa kabar? Masih ingat saya kan?
Vergie yang dulu ketemu Mas Leo. Bisa baca saya
tentang apa saja dari jauh nggak?
J = Kabarku baik-baik saja. Saya melihat bahwa Mbak
Vergie sedang menghadapi sesuatu yang bergerak dengan
cepat. Apakah seorang pria? Kelihatannya seperti itu,
seorang pria yang mapan yang bisa masuk dalam
kehidupan Mbak Vergie dalam waktu dekat ini. Cuma pria
ini berbeda dengan apa yang Mbak Vergie biasa hadapi
di masa lalu. Berbeda latar-belakangnya dengan Mbak
Vergie. Bahkan cara-cara menghadapi dunia dan
orang-orang lain itu juga berbeda.
Kelihatannya Mbak Vergie belum mengambil keputusan.
Atau karena pergerakannya terlalu cepat? Yang terlihat
terasa adalah bahwa Mbak Vergie tidak terombang-ambing
lagi dengan emosi-emosi masa lalu itu. Memang masih
teringat, tetapi tidak lagi terobsessi. Tidak lagi
menguasai. Tidak lagi terbawa-bawa untuk teringat oleh
pengalaman-pengalam
Bila benar seperti itu, advis saya adalah agar Mbak
Vergie terus saja menjalani apa yang telah terlihat
itu. Apabila benar itu seorang pria yang mapan,
ambillah keputusan untuk menerimanya. You have the
experience.
Tidak perlu takut lagi. Yang terburuk sudah pernah
terjadi kan? And you are still alive. Go on! Apa lagi
yang ditakuti?
T = Laki-laki mapan? Yang mana ya.. Memang saya baru
saja punya pengalaman dengan laki-laki mapan, yang
rasanya sudah klik dengan saya. But he is complicated
too. Waktu itu dia seperti sudah tidak punya harapan
dengan istrinya. Tadinya saya nasihati untuk
memperbaiki hubungan dengan istrinya. Padahal tanpa
disadari kita berdua sudah makin cocok & saling
membutuhkan dari hari ke hari. Dan saya kembali
terhempas setelah 2 bulan yang lalu dia bilang kalau
istrinya hamil lagi.
Walau begitu kita tetap berhubungan baik. Tapi
bagaimana mungkin saya bisa terima dia? Saya pun nggak
ngerti jalan pikiran dia. Atau ini salah satu
kepahitan yang Mas Leo baca waktu bertemu saya? Jadi
siapa dong laki-laki mapan yang Mas Leo maksud? Adakah
lagi nantinya?
J = Kalau aku lihat, pria itu memang ada hubungannya
dengan kegiatan-kegiatan yang telah Mbak Vergie
lakukan akhir-akhir ini. Pokoknya berhubungan. Tetapi,
ketegasan dia sebagai seorang pria baru akan muncul
beberapa saat lagi. Bisa saja hari ini.
Teruskan saja, Mbak. Kita manusia tidak boleh
possessive kan? Tidak ada seorangpun yang terikat
selama-lamanya dengan orang lain yang manapun.
Ikatan-ikatan itu cuma formalitas belaka. Yang penting
adalah kasih. Kasih sayang is love.
T = Mas Leo, does he love me too? Sepertinya dia tidak
peduli lagi seperti dulu. Dia akan ingat kepada saya
bila menemui kesulitan. Dia type orang yang tidak
mudah mengungkapkan perasaannya. Mungkin karena
statusnya yang masih terikat. Saya mengerti, dia tidak
mungkin meninggalkan pasangannya dalam keadaan seperti
itu. Seandainya saja dia tahu bahwa saya sanggup juga
mengasihi anak-anaknya (yang amat dia cintai, dan dia
sanggup melakukan apa saja demi anak-anaknya) .
Walaupun secara fisik saya belum pernah bertemu dengan
anak-anaknya. Apakah saya terobsesi?
Kasih sejati memang tidak ada pamrih apapun. Saya
sudah banyak memberi kasih itu kepada dia. Tetapi
seandainya saya teruskan hubungan ini tanpa ada ujung,
apakah tidak akan menyakiti diri saya sendiri?
J = True love does _not_ discriminate whether the
person loved has already married or not. Kalau benar
itu cinta kasih, pasti tidak membedakan apakah orang
yang dicintai itu sudah menikah atau belum. Kalau Anda
bisa bilang bahwa Anda dan dia saling mencintai, tentu
tak akan menjadi masalah apabila ternyata dia masih
terikat dalam suatu lembaga perkawinan dengan wanita
lain... Lembaga perkawinan hanyalah suatu formalitas
belaka. Sesuatu yang di-institusionalisa
Sesuatu yang diberi sanksi supaya mereka yang
mengikatkan diri di dalamnya tidak bilang "yes" saat
ini, bilang "no" besok, dan bilang "maybe" kalau lagi
uring-uringan. Yes is yes, and no is no, begitu kata
lembaga hukum yang mensahkan pernikahan, dan begitu
pula kata para pemuka agama yang meng-agamakan
pernikahan. Tapi, apakah seperti itu kenyataannya?
Lembaga perkawinan sebagai suatu continuous bargaining
antara seorang pria dan wanita yang mengikatkan diri
di dalamnya tidaklah seperti yang digembar-gemborkan
selama ini. Itu sudah tidak realistis lagi. Memang ada
fenomenon "falling in love". Tetapi, apakah falling in
love itu bisa bertahan selama-lamanya? Most possibly
tidak mungkin... Living happyly ever after juga Cuma
ditemui dalam kisah Cinderella dan Sleeping Beauty.
You are beautiful, but you are _not_ Sleeping Beauty.
Zadi, gak perlu ada pangeran guanteng banget itu yang
membangunkan sampeyan dari tidur soentoek karena gak
ada pria yang bersedia mengorbankan dirinya, etc, en
so on, en so forth.
Gak ada itu yang namanya romantis-romantisan sampe
kakek ninen. Kalaupun ada, itu adalah romantis picisan
yang dipaksakan. Pada nyatanya sudah gak cocok, sudah
gak serasi... walaupun, pada saat hormon seks masih
hot-hotnya,. .. pernah serasi. Waktu hormon menurun,
keduanya, baik pria maupun wanita itu yang sudah
melewati berbagai upacara adat, hukum, sosial, dsb...
yang notebene merupakan social pressure doang, yang
gunanya untuk menekan kedua mempelai agar bertahan
sampai mati, walau apapun gonjang ganjing perkawinan
mereka. Ini social pressure, dan banyak dari anggota
masyarakat kita yang mashochistis mengikuti social
pressure. Akibatnya jadi stress. Stress berat harus
hidup bersama istri atau suami yang ternyata sudah
tidak dicintainya lagi (baca: dicintai dalam hal
gairah seks atau gairah persahabatan) .
My Dear Mbak Vergie, kalau Anda menginginkan pria itu
untuk menjadi sahabat Anda (outside or inside
bedroom), go on. I have to tell you as honestly and as
directly as possible that I believe it is ok for
people who love each other to engage in romantic
relationships, outside or inside marriage.
Lalu, bagaimana bargainingnya? Bargaining atau
tawar-menawar adalah prerogatif Anda sebagai pihak
yang menginginkan relationship itu, sekaligus sebagai
pihak yang diinginkan. Anda tidak bersuami, dan
bargaining partner Anda ternyata beristri. Nah,
bagaimana caranya agar mencapai solution yang
memuaskan semua pihak tentu saja tergantung dari Anda
berdua.
Saya cuma bisa bilang bahwa kalau Anda mencintai
seorang pria, tidak akan menjadi masalah bagi Anda
apabila pria itu ternyata beristri (dan mungkin akan
tetap beristri). You love because you love.
Anda memiliki penghasilan sendiri. Dan saya yakin Anda
bukanlah wanita model masa lalu yang harus
menggantungkan harapan dan penghasilan dari seorang
laki-laki saja. Such kind of thinking is definitely
outdated. Sudah gak seperti itu, Mbak. Realitas sudah
berubah. Jaman sekarang orang mencintai karena
mencintai. Dan orang mencintai bukan karena duit yang
bisa dibawa oleh pihak laki-laki or pihak wanita.
On the other hand, kalau Anda merasa bahwa itu terlalu
ribet untuk engage dalam suatu relationship dengan
seorang pria menikah, then it's fine. It's definitely
fine karena saya melihat bahwa Anda akan bertemu
dengan pria lain lagi. Yang sama ok-nya, atau bahkan
lebih ok.
Sedikit lebih muda dari Anda gak apa-apa kan?
You are sexually enticing for men. You are
sympathetic. You are smart. You are still young. Yes,
you'll have a satisfying relationship with a mature
man, provided you stop putting syarat-syarat.
Syarat is negotiable. You are the person who
negotiate.
++++++++++++
[Leo seorang praktisi Psikologi Transpersonal; no HP:
0818-183-615. Untuk bergabung dengan Milis SI, click:
<http://groups.
NOTE: Except mine, all names used in the YM / email
conversations are PSEUDONYMS.]
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar