hahahahah...
pada intinya taqiyah adalah bertujuan untuk tetap menjaga persaudaran umat islam... mungkin sebagai cinta syiah kepada persatuan dan sunni maka taqiyah perlu dilakukan... jadi syiah cinta sunni loh....
waktu saddam husain berkuasa, dia banyak membunuh ulama syiah dan cenderung mengatasnamakan sunni dalam kekejamannya.
maklum mungkin budaya "kompeni" belanda di jaman VOC terhadap para raja-raja atau seperti dengan penjajah inggris sehingga melahirkan pakistan dengan india (adu domba).... lihat aja tuh tingkah laku australia sehingga timor leste lepas... atau pemberian suaka kepada pemberontak papua oleh australia...
kata tetangga gue, kalau org kulit putih sudah masuk kemungkinan besar bakalan kacau nantinya dan harus "hati-hati", nanti negatifnya lebih besar dari positifnya..
"tidak ada kerjasama dengan setan besar yaitu amerika serikat"
(imam khomeini)
lihatlah bagaimana ayatullah sistani melarang pengikutnya untuk menyerang sunni.. lihatlah bagaimana sikap ayatullah sadr yg melawan amerika, dll....
walupun syiah mayoritas diirak tetapi
"70% korban yg tewas berasal dari kaum syiah" (presiden irak sekarang)
"taqiyah itu diperbolehkan jika bisa menimbulkan perpecahan dalam umat islam" ( ayatullah ali khameini)
kini anda sudah tau siapa yg berada dalam kebenaran atau tidak... jika anda belum tau maka kewajiban anda untuk mencari tau...
org yg sudah dasarnya baik maka tujuannya harus baik tetapi org yg dasarnya sudah tidak baik maka tujuannya sebagian besar tidak baik...
"apakah sama org yg mengetahui dengan yg tidak..???" (al quran)
Insan Syukur <isyukur@gmail.
Mungkinkah Syiah dan Sunnah Bersatu ?: Taqiyyah Dalam Agama Syiah (3)
Kamis, 06 Desember 2007
Permasalahan TaqiyyahPenghalang pertama bagi terwujudnya solidaritas yang benar lagi tulus antara kita dan mereka ialah apa yang mereka sebut dengan At Taqiyyah(*). Taqiyyah adalah suatu keyakinan dalam agama yang membolehkan bagi mereka untuk berpenampilan di hadapan kita dengan penampilan yang menyelisihi hati nurani mereka. Dengan demikian orang yang lugu dari kalangan kita (Ahlusunnah) akan tertipu dengan penampilan mereka yang mengesankan ingin mengadakan solidaritas dan pendekatan, padahal sebenarnya mereka tidaklah menginginkan, juga tidak rela, dan tidak akan menerapkan hal itu, kecuali bila hal itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja (yaitu pihak Ahlusunnah), sedangkan pihak lain tetap berada dalam kenyelenehannya tidak bergeser sedikit pun walau hanya satu rambut (yaitu Syiah). Walaupun para pelaku peran "Taqiyyah" dari mereka berhasil meyakinkan kita bahwa mereka telah maju beberapa langkah mendekat dengan kita, maka sesungguhnya masyarakat Syi'ah seluruhnya; pemuka mereka dan masyarakat awamnya akan tetap terpisah dari para pemeran sandiwara ini, dan tidak akan pernah menerima apapun apa yang dikatakan oleh para perwakilan yang telah memerankan peranan mereka.(*) At Taqiyyah ialah seseorang menampakkan sikap yang tidak sesuai dengan isi batinnya. Mereka dalam hal ini berdalilkan dengan beberapa hadits, di antaranya hadits yang mereka sebut-sebut dari Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu yang pada hadits ini -menurut anggapan mereka- beliau berkata: "At Taqiyyah termasuk amalan seorang mukmin yang paling utama, dengannya ia menjaga diri dan saudaranya dari tindakan orang-orang jahat." (Baca: Tafsir Al Askari, hal: 162 Pustaka Ja'fary, India).Di antaranya hadits yang mereka yakini bahwa Imam kelima mereka, yaitu Muhammad Al Baqir meriwayatkan suatu hadits yang di antara bunyinya: "At Taqiyyah ialah kebiasaanku dan kebiasaan bapak-bapakku, dan tidak beriman orang yang tidak bertaqiyyah." (Al Ushul Minal Kafi, bab: At Taqiyyah jilid: 2 hal: 219).Syaikh ahli hadits mereka Muhammad bin Ali bin Al Hasan bin Babuyah Al Kummi telah menyebutkan dalam sebuah risalahnya yang berjudul Al I'tiqadaat: "Bertaqiyyah wajib hukumnya, barang siapa yang meninggalkannya, maka ia bagaikan orang yang meninggalkan sholat." Ia juga berkata: "Bertaqiyyah wajib hukumnya, dan tidak boleh dihapuskan hingga datang sang penegak keadilan (imam mahdi -pent), dan barang siapa yang meninggalkannya sebelum ia datang, maka ia telah keluar dari agama Allah Ta'ala, dan dari agama Al Imamiyyah, serta menentang Allah, Rasul-Nya dan para Imam." (Baca risalah Al I'tiqadaat, pasal At Taqiyyah, terbitan Iran tahun: 1374 H).-bersambung insya Allah-***Tingkat pembahasan: Lanjutan
Penulis: Syaikh Muhibbuddin Al Khatiib
Alih Bahasa: Ustadz Muhammad Arifin Badri------------Sumber > http://muslim.--------- ------ or.id/artikel/ manhaj/mungkinka h-syiah-dan- sunnah-bersatu- -taqiyyah- dalam-agama- syiah-3.html
Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar