Wah pertanyaan menarik neh!.
Kalau dalam ijab kobul, biasanya penganten wajib membacakan sahadat.
bisa juga diartikan akan menjalani proses "seadat", atau "senyawa".
Bisa juga dintrerprestasikan sah adat ('kelakuan yang sah).
Mengapa harus "diikat" ? yah karena dengan perkawinan akan menerima
NIKMAT SANGGAMA. Jadi kalau "nikmat" itu yang merupakan anugrah
illahi, 'digebyaruyah'
(udel kok enak?), maka itu artinya nggak lebih dan nggak kurang
seperti perilaku binatang suka "gituan" aja.
Yang menarik, bila suami dan istri sering "gituan", biasanya
fisk(terutama) wajah si pasangan itu suka menjadi mirip(agak
mirip-mirip sedikit gituh). Ini menurut saya karena sering
bersenyawa(menyatu) pasangan tsb secara rohani.
Aktifitas sex, memang gabungan antara fisik dan batin, yang tidak
terpisahkan.
IMHO, yang jadi patut dipertimbangkan adalah meskipun frekwensi
"gituan" sering kali dilakukan, istri atau suami satu dengan lainnya
TETEP ORANG YANG BERBEDA, dan TETEP MEMPUNYAI PRIVASI, tetep LIYAN
(minjem istilah Audivac).
eh... intinya pandai-pandailah mensyukuri NIKMAT.(apapun, nggak
sanggama aja seh) he..he.he.. bukan begitu Mas Goen?
Salam,
Abu Thoyib Obay Sobarno
--- In psikologi_transform
<goenardjoadi@
>
> Mengapa perkawinan harus diikat secara Ilahi??
>
> salam,
> goen
>
>
> --- In psikologi_transform
> <agussyafii@
> >
> > Apa sih Prinsip Dasar Perkawinan Itu?
> >
> >
> >
> > Prinsip-prinsip dasar perkawinan harus diketahui oleh mereka yang
> > sudah mempersiapkan diri dalam jenjang pernikahan, bagi yang belum
> > mempelajarinya juga tidak ada salahnya dan bagi yang sudah menikah
> > akan membuat semakin kokoh perkawinannya. Prinsip itu adalah:
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar