mas tuhantu..
birokrat kita ini perlu latihan ( training )jadi rakyat. tidak hanya
melulu training intelektual tapi "kepekaan sosial .
biar sayang sama rakyatnya.
contohnya seperti :
- menyebrangkan orang buta di jalan raya
- memandikan manula yang sakit parah
- membersihkan pantat anak 4 tahun yang habis ke WC
- tidur di emperan toko semalam berlapiskan karton dan selimut
sarung sambil nonton wayang kulit.
- menjahit kancing bajunya yang lepas , ato menambal celana
panjangnya yang sobek.
...
saya sudah pernah melakukan itu semua. dan dampaknya baik untuk
membentukan karakter , kalo para pejabat itu membersihkan pantat
anaknya ( balita ) yang habis ke wc saja tidak mau ...apalagi ngurus
rakyatnya.
terlalu banyak birokrat "jenius + mafia " di negeri kita.
saya mengistilahkan namanya " generasi licik indonesia "
...
saya percaya omong kosong saya ini akan di tertawakan orang.
tapi biarlah .. membuat orang tertawa akan membahagiakan. sapa tau
yang sedang stress mikirin istrinya jadi rileks.
he...
salam,
edy
--- In psikologi_transform
<tuhantu_hantuhan@
>
>
> Mas Edy, ½Merdekaology½ barangkali dan kayaknya memang perlu juga
> yah...
>
> Setelah baca puisi dari Mas Edy ini, saya jadi berfikir, jangan
jangan
> term ½Merdeka½ itu juga salah satu bentuk ½ParaDogma½ ?
>
> Bagaimana nih, para ½Filsuf½, apakah memang betul apa yang
> dikatakan oleh Non Sisca bahwa ½Filsuf½ kita itu, adalah
> ½gentong perut½?... Kalau ´ya´ mengapa nggak ´buang
> handuk´ aja sekalian?... Biar kesannya ½straight from the
> heart½ gitu lho... Hahahahaha..
>
> Mas Edy, saya melihat bahwa teori-teori ilmu sosial telah mencapai
> ½titik jenuh½ dan yang kita (setidaknya orang kecil seperti saya)
> perlukan dari mereka ½orang-orang pintar½ di bidang sosiology itu,
> bukan lagi berteori-teori ýang terdengar/terbaca tak lebih berupa
> ½intellectual exercise½.
>
> Yang kita (setidaknya orang kecil seperti saya) perlukan bahwa
mereka
> mampu ½ACTION½ tanpa terbelenggu status, symbol dan institusi
> mereka. Termasuk simbol-simbol politis dan ideologis semata. Dan
ini
> yang nampaknya sangat sulit sehingga mereka tidak mampu
melakukannya.
> Bukan karena fikiran mereka tak menjangkau, tetapi saya melihatnya
bahwa
> ´ketidak mampuan´ tsb, akibat dari alasan-alasan yang
> ½manusiawi½ juga. Misalkan, mereka umumnya ´terjebak´ dengan
> kebutuhan rutin dan kebutuhan keluarga mereka sendiri.
>
> Terkadang mereka menulis -mungkin untuk menghibur diri- segala
teori,
> quotes, dan pengetahuannya atas nama ½cinta dan kemanusiaan½,
> padahal -sementara itu- diluar gedung institusi pendidikan berderet
> angka generasi muda yang menganggur..
>
> Itulah salah satu alasan, mengapa dalam ½Kopitalisme
> <http://kopitalisme.
> serangkai: ´status-symbol-
> ½cheerleader½ dan ½mister flintstone½ sebagai ½batu
> loncatan½. Jadi bukan/tidak menohok ½ilmuannya½ perse, seperti
> yang dilakukan Vincent terhadap Prastowo beberapa waktu lalu (yang
> belakangan ikut-ikutan memperhadapkan vis a vis antara kampus - non
> kampus, itu) Padahal dalam ½perpektif kopitalistic,½ segala
> sesuatu itu bersifat kondisional dan situasional!
>
> Dengan memahami premis kondisional dan situasional ini, maka para
> Politisi dan anggota dewan kita, adalah sedikit dari jumlah
manusia yang
> tercipta dari ½virus kentut Jenderal Jasam½ yang mampu
> ½lari½ dan ½meloloskan diri½ dari deretan pengangguran dan
> lingkaran kue donut, itu.
>
> Kalau kita merasa diperbodoh oleh mereka selama ini, mengapa kita
tidak
> menunjuk dada sendiri dan berkata ½siapa suruh jadi orang bodoh?½
> toh mereka itu sama seperti kita: lubang kantongnya menghadap
keatas...
> Dan, apakah kita tidak bertindak sama seperti mereka, jika -umpama
kata-
> kaki kita berada dalam sepatu mereka?.... Ini yang harus mampu kita
> jawab, bagi diri sendiri.
>
> Mereka -virus kentut- ini mbrojol dari ½lubang anal½ yang sama
> dengan para penulis text-text teori ½cinta dan kemanusiaan½.
> ½Lubang anal½ yang saya maksud itu, adalah: INSTITUSI... Dan
> hampir semua dari kita, adalah produk yang keluar dari lubang anal
> Jenderal Jasam! Hanya karena pengaruh ½Tablet Analogy½ saja kita
> masih -kayak orang teler- mengklaim bahwa hanya manusia yg
berstatus
> sebagai pemilik tunggal ½cinta sejati½... Urat syaraf antara
> lubang anal dan otak sudah tidak nyambung lagi.
>
> Lalu, logikanya, apakah mengharapkan semata bahwa merekalah -
politisi
> dan dewan- sebagai satu satunya diharapkan mau dan mampu untuk
memutus
> lingkaran kue donut tersebut, adalah sebuah fikiran dan
pengharapan yang
> rasional? Seperti banyak tulisan-tulisan artikel di koran-koran
oleh
> orang pintar itu, yang -tok- mengkritik pemerintah saja? Punyakah
> pengalaman para pengkritik itu berada dalam gedung birokrat? Apakah
> perlu, mereka -orang pintar ini- diajak untuk melakukan trip ½Kafka
> Fly½ baru bisa melek?
>
> Yah, inilah ½catatan kemerdekaan½ itu Mas Edy, setidaknya dari
> kacamata ½Tuhantu½ hahaha... Barangkali kita bisa awali dengan
> bertanya: Gimana memutus ½lingkaran kue donut½ tersebut?
>
> ... Maybe... Just maybe, -among other things- that is the point -or
> perhaps the destination- of how and where we should start this
> ´paradogmatic term´ so called ½Kemerdekaan½ ???...
>
> May FUN be with you
>
> Tuhantu
>
> http://hole-
>
>
> --- In psikologi_transform
> <aldo_richard@
> >
> > aku ingin menulis sebuah puisi untuk mengenang
> > perayaan kemerdekaan tahun 2007 ini .
> >
> >
> >
> > ----- MERDEKA ! betul kah ? ----
> >
> > aku ragu pada cita cita bangsa ini
> > sebuah negara untuk rakyatnya
> >
> > tahun 2007
> > pemerintah mencari untung dari rakyatnya
> > kemakmuran rakyat dihitung laba ruginya
> > penguasa seakan akan pemegang saham tunggal
> >
> > aku mau bertanya
> > kita ini masih republik indonesia atau bukan ?
> >
> > ini negara atau perusahaan ?
> > milik rakyat dari sabang sampai merauke
> > atau orang pemegang kekuasaan dan uang ?
> >
> > bacalah wahai pemuda indonesia
> > baca pancasila,
> > baca pembukaan uud 1945,
> >
> > para pejabat negara, politisi, penegak hukum,
> > pemegang senjata dan yang mengaku digaji negara ini
> > sudahkah itu kau baca ?
> >
> > aku menyaksikan
> > kekayaan alam dikuasai swasta
> > untuk kemakmuran segelintir manusia
> >
> > kelompok fakir miskin dan anak anak terlantar
> > di abaikan negara
> >
> > para penjahat dipelihara oleh negara
> >
> > pendidikan bukan untuk mencerdaskan bangsa
> > tapi untuk melayani pengusaha
> >
> > aku menjerit di dalam
> > aku berharap generasi tua mati semua
> > kemunafikan dihancurkan
> > tujuan bangsa ini di luruskan
> >
> > 17 agustus 2007
> > kita ini perlu proklamasi lagi
> > mari kita susun negara lagi
> >
> > kalo mungkin aku mau membangkitkan
> > soekarno - hatta
> > aku mau menuturkan kisah ini
> > lalu bertanya:
> >
> > bung , kita ini masih negara republik indonesia
> > atau perusahaan dagang bernama indonesia ?
> >
> > dibuat :18 agustus 2007
> >
> > salam
> > edy
> > pekalongan
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar