Jalan Pilihan
Ungkapan yang berbunyi Seribu jalan Menuju Ke Roma mengandung arti
bahwa sesungguhnya jalan menuju sukses itu tidak hanya satu, tetapi
banyak, bergantung pada perhitungan dan metode yang dipilih. Ungkapan
semakna sudah termaktub dalam al Qur'an, bahwa jalan menuju
keselamatan tidak hanya satu, tetapi banyak; Subul as Salam, bukan
sabil as asalam. Banyaknya pilihan jalan itu sesuai dengan
karakteristik manusia yang memiliki keunikan. Manusia sebagai makhluk
yang unik maknanya ialah bahwa tiap orang adalah dirinya, berbeda
dengan yang lain, berbeda potensi, berbeda kapasitas, berbeda
kecenderungan, yang seterusnya pada tngkat terapan menjadi berbeda
cara memandang dan berbeda pilihan keputusan. Jika manusia dalam
berkarya terbatas kemampuannya untuk membuat keragaman, maka keragaman
manusia justeru tidak terbatas karena manusia adalah ciptaan Tuhan
yang pengetahuan dan kekuasaan Nya tak terbatas.
Kebebasan Memilih Jalan
Dalam bahasa Arab, memilih disebut dengan kata khiyar, berhubungan
dengan kata ikhtiyar (usaha) , khoir (kebajikan), dan al mukhtar
(orang pilihan). Dalam perspektip ini terkandung arti bahwa manusia
diberi kebebasan untuk memilih, tetapi hendaknya pilihan itu merupakan
bagian dari usahanya ( ikhtiyar) menggapai kebaikan (khoir), oleh
karena itu jika seseorang disebut sebagai orang pilihan (al mukhtar)
maka konotasinya adalah orang-orang terbaik. Setiap manusia pasti
ingin memiliki anak cucu atau keturunan yang berkualitas, dan biasanya
anak berkualitas lahir dari orang tua yang berkualitas juga. Nabi
menganjurkan agar keinginan itu dicapai melalui pengambilan keputusan
memilih pasangan yang berkualitas; takhoyyaru linuthofikum fa inna al
`iroqo dassas, pilihlah "bibit" yang baik untuk anak-cucumu, karena
(kualitas) genetika itu menurun.
Instrumen Untuk Memilih
Manusia adalah jejak (tajalli) dari kebesaran Tuhan Sang Pencipta,
oleh karena itu ketika manusia diberi otoritas untuk memilih jalan,
Tuhan juga memberi perangkat psikologis yang bisa bekerja memberikan
dasar-dasar pilihan agar pilihan yang ditentukan terukur
pertanggungjawabann
khalifatullah. Tuhan memang benar-benar memberikan kebebasan kepada
manusia, bahkan bebas untuk beriman atau untuk kafir; faman syaa
falyu'min faman syaa falyakfur, tetapi instrumen psikologis yang
diberikan Tuhan kepada manusia memberi bobot bahwa sebuah pilihan
berimplikasi kepada reward yang bisa dinikmati atau punishment yang
harus dianggung sendiri. Instrumen psikologis itulah yang disebut jiwa
yang bekerja dengan system, disebut system nafsani dengan subsistem
akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu.
Akal adalah problem solving capacity, bisa menemukan kebenaran
tetapi tidak menentukannya, kerjanya berfikir (horizontal) dan
tafakkur (vertical)
Hati adalah alat untuk memahami realita. Hal-hal yang tidak masuk
akal bisa difahami oleh hati. Hati mempunyai muatan yang sangat
banyak, seperti cinta, benci, keberanian, ketakutan, marah, kebaikan,
kemunafikan dan sebagaianya. Hati terkadang longgar terkadang sempit,
terkadang terang terkadang gelap. Terkadang tenang terkadang gelisah.
Karakter hati tidak konsisten.
Hati Nurani merupkan God Spot, dari kata nur (cahaya) adalah cahaya
ketuhanan yang ditempatkan di dalam hati (nurun yaqdzifuhulloh fi al
qalb). Oleh karena itu hati nurani tidak bisa diajak kompromi dengan
kebohongan, hati nurani jujur dan konsisten. Hanya saja cahaya tidak
selamanya memancar. Ketika lampu pijar ditutup dengan kain tebal maka
cahanya tidak keluar. Demikian juga nurani terkadang redup terkadang
mati. Nurani redup tertutup oleh keserakahan, dan nurani mati tertutup
oleh perbuatan maksiat. Orang yang nuraninya mati seperti orang yang
berjalan di kegelapan (dzulumat), maka ia tidak bisa membedakan mana
yang putih dan mana yang hitam, ia sering keliru menempatkan sesuatu
tidak pada tempatnya, melakukan sesuatu yang tidak semestinya, disebut
zalim.
Syahwat adalah dorongan kepada apa-apa yang diingini, misalnya
dorongan kepada lawan jenis, ingin kaya, suka perhiasan bagus, kebun,
ternak, kendaraan, pangkat tinggi dan sebagainya. Syahwat bersifat
netral dan manusiawi
Hawa nafsu adalah dorongan kepada syahwat yang sifatnya rendah.
Wataknya ingin segera menikmati tanpa mempedulikan akibat, baik bagi
dirinya maupun bagi orang lain.
Dalam system kejiwaan, hati memimpin kerja jiwa, oleh karena itu
hanya perbuatan yang disadari oleh hati yang berimplikasi kepada dosa
dan pahala, berimplikasi kepada nilai salah dan benar.
Menejemen Hati (Qalbu)
Jika orang melibatkan perangkat kejiwaan itu secara proporsional;
masalah disikapi secara rational, tetapi juga bisa menenggang
perasaan, selalu bertanya kepada nurani, menunaikan syahwat sekedar
yang dibutuhkan dan menekan dorongan hawa nafsu, maka orang seperti
itu biasanya bisa hidup tenang dan harmonis dengan lingkungan serta
akrab dengan diri sendiri, karena ia memilih jalan yang seimbang, the
Balances Ways seperti judul buku yang sedang and abaca. Selanjutnya
implikasi dari ketidak seimbangan pilihan jalan adalah sebagai berikut;
1. Jika orang lebih dipengaruhi oleh akalnya, maka hidupnya rationil
tetapi sering kering. Ia bisa kebingungan jika berhadapan dengan
realita yang tidak rationil.
2. Jika seseorang lebih dikendalikan oleh hatinya maka ia cenderung
perasa, tetapi dinamis bergantung kepada moodnya
3. Jika orang menaati kata hati nuraninya, pilihan dan langkahnya
dijamin tepat
4. Jika orang memanjakan syahwatnya maka ia bisa terjerumus pada pola
hidup mewah dan selera yang hedonistik
5. Jika orang selalu menuruti hawa nafsunya maka ia pasti sesat dan
hidupnya destruktip, terhadap dirinya maupun orang lain.
Mengelola Kecerdasan
Lazimnya, orang cerdas jalan pilihannya tepat dan hidupnya sukses,
cita-citanya tercapai. Kenyataan menunjukkan fakta yang berbeda. Syair
dalam kitab kuning berunyi; kam `alimin `alimin dliqat masalikuhu- kam
jahilin jahilin wallohh marzuqa, artinya; betapa banyak orang pandai
yang sempit jalan rizqinya, dan betapa banyak orang bodoh yang demi
Allah banyak rezekinya.
1. Kecerdasan membuat orang segera mengetahui "kebenaran" dari obyek
yang sedang dihadapi, yang oleh karena itu ia dapat cepat memutuskan
untuk mengambil langkah yang tepat.. Ada beberapa jenis kebenaran,
masing-masing ada logikanya; kebenaran matematis, kebenaran logis,
kebenaran filosofis, kebenaran social dan kebenaran sufistik
2. Oleh karena itu kecerdasan orang juga tidak sama, ada yang cerdas
menyangkut angka, cerdas menyangkut waktu, cerdas menyangkut ruang.
Orang yang sopan dalam pergaulan masuk kategori orang yang memiliki
kecerdasan menyangkut ruang dan waktu. Koruptor adalah orang yang
cerdas dalam hal angka tetapi tidak cerdas dalam hal ruang dan waktu
Kecerdasan IESQ
Dulu orang hanya mengenal kecerdasan intelektual, tetapi sekarang
sudah diperkenalkan dua kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual. Dalam psikologi, kecerdasan dibahas lebih
rinci lagi sehingga ada kecerdasan menyangkut angka, musik, ruang,
waktu dan sebagainya.
1. Kecerdasan Intelektual dapat dilihat dari kemampuan seseorang
memandang masalah secara ilmiah, menerangkan masalah secara logis dan
menyusun rumusan problem solving berdasarkan teori. Hanya saja orang
yang hanya cerdas secara intelektual terkadang tersesat kepada logika
yang tidak relevan dengan problem solving itu sendiri. Ia puas dengan
analisanya yang masuk akal dan bangga dengan kesetiaannya kepada
kaidah keilmuan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang IQ nya sangat
tinggi jarang sukses memimpin sebuah institusi, sebaliknya kebanyakkan
mereka justru bekerja pada institusi yang dipimpin oleh orang yang
justru IQ nya sedang-sedang saja.
2. Kecerdasan Emosional (EQ) ditandai dengan kemampuan seseorang
mengendalikan diri dalam menghadapi keadaan yang sulit. Dengan
pengendalian diri yang kuat, ia bisa dengan tenang melihat
permasalahan dan dengan tenang memperhitungkan dampak dari suatu
keputusan atau suatu tindakan. Perhatian orang yang cerdas secara
emosi bukan pada kaidah ilmu atau kaidah logika tetapi pada bagaimana
problem solving dapat dijalankan, oleh karena itu ia bukan hanya
berpikir logis tetapi juga berpikir arif dan bijak. Ia bukan hanya
mengenali siapa dirinya, tetapi ia juga bekerja keras mengenali orang
lain yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Baginya bukan
kemenangan yang menjadi target, tetapi keberhasilan. Banyak orang yang
menang diawal tapi gagal di belakang, sebaliknya orang yang cerdas
secara emosi tak mengapa mengalah di depan demi untuk kemenangan yang
sesungguhnya dibelakang nanti.
3. Kecerdasan Spiritual (SQ) ditandai dengan kemampuan seseorang
memandang masalah secara batin sebagai lawan dari pandangan mata
kepala. Jika pandangan mata kepala terhalang sekat ruang dan waktu.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual bukan saja bisa melihat
hal-hal dibalik ruang tetapi juga bisa berkomunikasi dengan siapa saja
di masa lalu dan yang akan bermain di masa depan. Jika ciri utama
orang yang memiliki kecerdasan emosional itu mampu berinteraksi secara
hamonis dengan keadaan atau problem hari ini, maka cirri orang yang
memiliki kecerdasan spiritual adalah memiliki visi jauh ke depan,
melampaui zamannya. Jika ramalan masa depan dari dukun biasanya tanpa
analisa kecuali analisa mistis maka ramalan masa depan (visi) orang
yang memiliki kecerdasan spiritual bisa dipaparkan secara terbuka dan
ilmiah.
Wassalam,
agussyafii
============
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
achmad.mubarok@
============
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar