Saya pikir sinisme tuh kata lain mentertawakan yang lain, bukan diri ndiri….saya kok ragu apa akan mengarah solusi…terlalu banyak sinisme solusi-less di negeri ini mas
Kembali ke afirmasi, penyakit kota/negara tuh cermin dan manifestasi penyakit alam pikiran penghuninya…dalam kasus
Saya pikir bila menukik ke arah akar masalah yang lebih esensial……salah satu penyakit paling parah orang kita tuh masalah daya cipta, daya kreatif, chakra sex-nya ruwet buntu akibat doktrin bebek-isasi ato paraDogma-isasi sekian puluh tahun…sementara disisi lain, bentukan mental menikmati warisan yang sangat kuat…mental lagu “kolam susu”-nya koes-plus…chakra perutnya super aktif minta diisi..
dalam sebuah seminar tentang pola kontrak kerjasama pengelolaan migas (Production Sharing Contract/PSC)
bayangkan, bisnis apa yang marginnya sebesar 80%! Hebat bener bukan?…
itung2annya….dari pendapatan yang 100%, cost terhitung cuma 20% terdiri dari total biaya ekplorasi, pengembalian investasi, operasional produksi dan profit sharing untuk PSC company (Total, BP, dsb)…
anda lihat ada yang miss dalam itung2an di atas?....minyaknya itu sendiri, tidak dihargai!..tidak masuk dalam itung2an cost….!
Analoginya…mereka anggap sudah sangat produktif manakala tinggal di rumah warisan..…ada kursi di ruang tamu diembat bawa ke pasar loak..laku seratus perak…trus puas ngitung2....
Bayangkan dengan singapur misalnya….dalam analogi di atas yang dilakukan adalah: ada tetangganya butuh duit, nawarin jualin kursi warisan di ruang tamu tetangganya.
- pendapatan : 100
- cost: becak, teh botol, dsb : 20…kasih tetangganya : 40…total cost: 60
- margin : 100-60 : 40..!! à REAL MARGIN !! NETT PRODUCTIVITY !!
Nah…kebayang dong…dengan pola ini…tinggal berapa lama lagi negeri kita ini bakal kebeli sama singapur!!!
Dalam kesadaran kolektip kita….penguasaan prinsip kreasi, daya cipta inilah kita masih juuauuuhhh buanget mas….daya cipta, ujungnya adalah produktifitas…..harusnya didefinisikan sebagai menciptakan sesuatu yang “tidak ada” menjadi “ada”….dan ini sejatinya hanyalah proses kreasi dalam alam afirmasi kita, hanya kait-mengkaitkan fakta2 ato informasi yang hasil bentukannya akan memanifestasi….
Bila dikonversikan dalam nilai uang…bagi yang paham keuangan sebenarnya prinsip ini sangat jelas didefinisikan dalam laporan keuangan standard Balance Sheet (Neraca) dan Profit/Lost (Rugi/Laba).
Kalau mau kita lihat lebih mendalam….kelemahan di atas kelihatan secara jelas di semua kondisi yang terjadi di negeri ini mas…tidak hanya di dunia usaha, di semua lini, regardless profesinya…menurut saya, penanaman prinsip2 inilah salah satu yang paling urgent untuk melepaskan diri dari ruwetnya masalah di negeri ini
Salam,
Anwar
From:
Sent: Monday, December 10, 2007 7:29 PM
To:
Subject: [psikologi_transfor
Quote: bahwa jika terjadi bencana alam besarrrrrrrrrrrrrrr
Tuhantu: Lha, kok Monas nggak disebut-sebut? Wakakaka...
Mbak Ratih, apa betul diatas itu adalah hal positif ? Kok, saya tangkap ada nada sinis? (cmiiw)... Kalau ´ya´, ditujuken kemana nih, sinisme tersebut? Budayawan? Sosiolog? Filsuf? Arsitekt? Planologi?..
Bagi saya, mau bangun mall, bioskop, dll. Nggak ada masalah selama ´aturan main´ sebuah
Ketika masih awal-awal jadi mahasiswa dulu (setelah mengobrak-abrik kantor senat mahasiswa) saya lalu punya akses ke majalah dinding. Sebelumnya, majallah dinding tersebut sering digunakan untuk mendiskreditkan arsitek lokal... (arsitek lokal, kucing dalam karung, katak dalam tempurung,dll.
Back to taufik, di majalah dinding tersebut, kemudian sering ditempelkan tulisan-tulisan saya berdampingan dengan gambar-gambar karya seorang arsitek (waktu itu, buku tentang karya ini tidak gampang ditemukan, atau barangkali tidak ada di toko-toko buku) Sebab arsitek tersebut, bukanlah tokoh populer dikalangan dosen dan mahasiswa, sehingga karya-karyanya tidak dibicarakan di kampus-kampus.
Lalu, belakangan saya diundang (mewakili Dinas Tata Kota) dalam sebuah seminar tentang perencanaan
Nah, disinilah dalam kasus
Jadi, pokok kritik saya (dalam Warkop Institute ) adalah ketersediaan green space dan public space dalam sebuah
Eniwei, kutipan dari blog ´JakartaButuhRevolus
Ilustrasi sederhananya gini... Seorang -katakanlah- si A, menganjurkan kepada B, untuk mentertawakan diri (diri si B, maksudnya) sebagai upaya agar si B tidak fanatik terhadap buku/ajaran tertentu dari planet Pluto (katakanlah gitu). Pada saat melakukan anjuran tersebut, si A menenteng buku ajaran dari planet Mars.
Pertanyaan saya, sanggupkah pula si A mentertawakan dirinya sendiri? Apakah si A juga tidak ´fanatik´ terhadap buku/ajarannya dari planet Mars tersebut?...
Nah, saya masuk (dengan menyeret sebuah kutipan) tidak dengan meneteng buku dari planet tertentu, tetapi dengan memilah-milah pengertian ´diri´. Dalam hal ini, berdasarkan tempat dimana si A berpijak... Hikhikhikhik.
Be Fun
Tuhantu
http://hole-
--- In
>
> bung Anwar,
> menurutku ga perlu pake duluan mana dari apa.....
> please dong ah.....
>
> tentang mall nih, tuhanku.... eh tuhantu...
> tempo2 ketika lunch meeting dengan beberapa klien bersama beberapa kolega
> saya,
> kami juga ngobrolin tentang pembangunan mall dan trade center yang
> "CIHUIIIIIII" banget jumlahnya itu.
> lepas dari segala pertimbangan dan keprihatinan yang begitu besar,
> mencoba untuk menemukan berbagai hal bisa dijadikan positif,
> kami bersetuju, bahwa jika terjadi bencana alam besarrrrrrrrrrrrrrr
> dan yang tertinggal adalah bangunan yang menjadi ikon
>
> mall !!!!!!!.....
>
>
>
> On 12/8/07, tuhantu_hantuhan tuhantu_hantuhan@
> >
> > Quote: namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi
> > pikiran/kesadaran manusia selalu akan cukup untuk mengatasi setiap
> > permasalahan.
> >
> > Tuhantu: Cuman kadang manusia cendrung membatasi potensi kesadaran dan
> > fikirannya sendiri, tanpa sengaja. Contoh, ketika seseorang mengajak Anda
> > berdiskusi dan mengatakan ´silakan baca bukunya, dan kita diskusikan isi
> > buku itu´.
> >
> > Lalu, waktu dihabiskan berbusa-busa berfikir berdasarkan text book
> > tersebut. Tapi bukan berdiskusi berdasarkan fenomena yang terjadi saat itu,
> > ditempat para diskuser tersebut berada, yg belum tentu sama dengan lokasi si
> > penulis buku yang mereka bicarakan.
> >
> > Akibatnya, cendrung kita membicarakan hal-hal yang sifatnya ´tangan ke
> > dua´, yakni hasil observasi si penulis buku. Padahal, ketika saat penulis
> > melakukan obeservasi, membereskan draft tulisan, berurusan masalah
> > kontrak-kontrak dgn percetakan, mengantar anak istrinya berbelanja dan
> > rekreasi. Apa yang tadi dia observasi akan tidak sama seperti sebelumnya.
> >
> > Sambil nulis ini, saya sedang membayangkan orang-orang pintar di
> > sedang berdiskusi tentang isi buku yang di tulis oleh penulis yang
> > berdomisili di Planet Mars...
> >
> > Dan kulihat pula, seorang yang sedang dongkol sedang mengamati diskusi
> > tersebut, kemudian bergumam...
> >
> > ½Jakarta tidak butuh orang-orang pintar *yang saking pintarnya justru
> > tidak tahu kalau pembangunan mall dan trade center sudah melewati batas
> > sehingga tidak ada lagi kawasan hijau di
> > orang-orang sok suci yang apabila bertemu masyarakat miskin selalu menyebut
> > nama Tuhan sembari menjanjikan peningkatan kesejahteraan padahal kalian tahu
> > kalau semua itu hanya bohong belaka. *½ (sumber: Gua Gak Butuh Lo, Monyet<http://jakartabutuh
> > )
> >
> > Sesuai thread diskusi ini (mentertawai diri sendiri) kira kira...
> > konteksnya cocok nggak?... Hikhikhikhikhik.
> >
> > Be Fun
> >
> > Tuhantu
> >
> > http://hole-
> >
> >
> >
> >
> > --- In
> > aharyono@ wrote:
> > >
> > > Pak Jusuf,
> > >
> > >
> > >
> > > Saya belum baca bukunya, tapi fakta2 yang diungkap di bawah rasanya
> > sangat
> > > cukup menggambarkan urgensi permasalah dunia yang ingin bapak
> > > ungkapkan.cukup nggegirisi.
> > >
> > >
> > >
> > > namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi pikiran/kesadaran
> > manusia
> > > selalu akan cukup untuk mengatasi setiap permasalahan.
> > > seluruh keberadaan dibentuk dari afirmasi. banyak contoh yang saya lihat
> > dan
> > > alami yang mengkonfirmasi hal ini...dan satu2nya yang diperlukan untuk
> > > segala solusi hanyalah pembebasan potensi pikiran/kesadaran
> > >
> > >
> > >
> > > kekuatan pikiran manusia senantiasa tersembunyi di balik kerangkeng yang
> > > diciptakannya sendiri, yang utamanya hanya bersumber dari 2
> > hal.paradigma
> > > dan kekecewaan dari masa lalu..dan ketakutan pada masa depan.pointinilah
> > > yang, sebagaimana saya tulis dalam diskusi dengan Mas Goen sebagai
> > > keikhlasan atas result, yang sudah maupun akan terjadi..hidup dalam
> > kekinian
> > >
> > >
> > >
> > > cara pandang di atas sangat penting dalam melihat fakta2 seperti di
> > > bawah..saya kira cara pandang seprti ini bukanlah berarti mati rasa,
> > atau
> > > tidak mampu merasakan kepedihan dunia.namun penting untuk menjaga
> > kejernihan
> > > pikiran....dan dalam level tindakan, kita lebih baik fokus pada apa2
> > yang
> > > sudah menjadi jatah kita masing2....pada apa yang disebut mas Goen
> > sebagai
> > > "panggilan jiwa".dan mengalir pada panggilan jiwa, legenda pribadi,
> > tugas
> > > hidup..atau apapun namanya inilah yang akan membuat fungsi/manfaat
> > > keberadaan kita optimal
> > >
> > >
> > >
> > > dalam proses pembebasan potensi pikiran, saya sungguh setuju dengan P.
> > Jusuf
> > > tentang menertawakan diri sendiri, yang menurut saya adalah titik awal
> > > terpenting.bahkan, metertawakan diri sendiri ini satu2nya tertawa yang
> > > menyehatkan, mencerdaskan di semua level kesadaran dan membebaskan
> > > kontaminasi ego..sementara di posisi seberangnya adalah mentertawakan
> > yang
> > > lain sebagai yang akan merusak dilihat dalam keseluruhan rentang..dan
> > > sejatinya, pikiran/kesadaran yang terbebas akan memberikan pengaruh
> > > keseluruh keberadaan lebih daripada yang kita pahami dalam kerangka
> > > akal/rasio yang senantiasa menuntut penjelasan proses
> > >
> > >
> > >
> > > sebagai muslim.mentertawaka
> > inilah
> > > sebenarnya yang sedang saya coba lakukan dan ajak saat iseng2 jahil
> > kasih
> > > komentar ke Hendrik-isme.
> > >
> > >
> > >
> > > mungkin bagus kali ya, kalau konperensi lingkungan hidup di bali dibuka
> > sama
> > > tukul, biar ketawa smua.pikiran jadi bening, kreatif and produktif
> > secara
> > > kolektif
> > >
> > >
> > >
> > > Oh ya..mengenai tulisan saya terakhir di bawah, itu karena menurut saya
> > > antara sikap/tindakan dan pikiran/kesadaran saling terkait dalam satu
> > loop
> > > seperti keberadaan ayam dan telur.jadi tidak masalah mana duluan, yang
> > > penting.do it anyway.namun demikian, akan lebih mudah tertawa ndiri dulu
> > > biar sehat dan cerdas.dibanding nunggu cerdas dulu baru tertawa :-)
> > >
> > >
> > >
> > > selamat mentertwakan diri sendiri pak Jusuf.
> > >
> > >
> > >
> > > Salam,
> > >
> > > Anwar
> > >
> > > p.s: agak panjang pak, malem2 lagi nganggur :-)
> > >
> > >
> > >
> > > _____
> > >
> > > From:
> > > [mailto:
> > Sutanto
> > > Sent: Thursday, December 06, 2007 8:43 PM
> > > To:
> > > Subject: Bls: [psikologi_transfor
> > > mentertawakan diri sendiri ?
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > Tulisan tsb utamanya ditujukan supaya perhatian kita dipusatkan pada
> > masalah
> > > mendesak zaman ini yang memerlukan penyelesaian segera dan sistematis
> > demi
> > > masa depan umat manusia dan bumi tempat tinggalnya.
> > >
> > > Bacalah buku REVITALISASI PERTANIAN DAN DIALOG PERADABAN, Penerbit Buku
> > > Kompas.
> > >
> > > kaitannya dengan pangan dan peradaban.
> > >
> > > * Penduduk dunia sekarang sdh hampir 7 milyar dan terus bertambah
> > > setiap 15 tahun dengan 1 milyar.
> > > * Ini membutuhkan pangan, lapangan pekerjaan, kesehatan, pendidikan,
> > > perumahan dan sebagainya.
> > > * Padahal untuk memproduksi 1 kg gabah, mulai dari menyebar benih
> > > sampai panen, diperlukan 3 Ton air.
> > > * Kalau 1 kg gabah menjadi 0,6 kg beras, maka 1 kg beras memerlukan 5
> > > Ton air.
> > > * Dengan perubahan cuaca yang demikian dahsyat, masih bisakah umat
> > > manusia menyediakan pangan untuk generasi mendatang ?
> > > * Kalau menggunakan teknologi dgn pestisida dan pupuk buatan dosis
> > > tinggi akan berdampak pada lingkungan ; kalau menggunakan pupuk organik,
> > > hanya merupakan solusi lokal tapi belum bisa memberi makan seluruh
> > dunia.
> > > * Ditambah lagi produk pertanian digunakan untuk bio-fuel , sehingga
> > > pertanian masa depan diperebutkan oleh manusia, ternak dan mobil. Masih
> > akan
> > > ditambah lagi dengan untuk plastik ramah lingkungan.
> > > * Menggunakan tenaga nuklir, kalau bocor akibat gempa bumi, dampaknya
> > > bgm ?
> > > * Pandemi penyakit seperti flu burung saja, kita sudah kewalahan
> > > karena untuk memastikannya sample darah hrs dikirim ke luar negeri.
> > > * Deteksi dini bencana alam seperti tsunami, memerlukan kerjasama
> > > teknologi tinggi antar bangsa.
> > > * Keamanan barang2 yang dikonsumsi manusia ( makanan-obat2an -
> > > kosmetika) semuanya butuh teknologi tinggi untuk mengukur kandungannya.
> > Ini
> > > memerlukan peralatan yang canggih dan standardisasi yang ditentukan oleh
> > > penguasaan iptek.
> > > * Lapangan kerja dan pelatihan untuk menampung pemuda yang masuk
> > > angkatan kerja
> > > * Pencemaran lingkungan
> > > * Pemanasan global yang membuat air laut naik dan akan memakan dataran
> > > subur di muara sungai yang menjadi penghasil tanaman pangan
> > >
> > > Soalnya sudah demikian mengglobal, kait mengkait sehingga
> > penyelesaiannya
> > > memerlukan kerjasama antar bangsa.
> > > Padahal di dunia ini tidak ada satupun yang mempunyai kekuatan untuk
> > memaksa
> > > bangsa lain sendirian memikul beban dalam mengatasinya, kecuali melalui
> > > dialog dan saling pengertian sehingga bisa mengatasi bersama secara
> > gotong
> > > royong.
> > > Itulah sebabnya muncul gagasan mengenai Psikologi Transformatif dan
> > > Transpersonal !
> > > Kuncinya ada pada membangun kesadaran seperti dikatakan misalnya oleh
> > > Vimalakirti (awal abad Masehi)
> > > dalam syair sbb. :
> > >
> > > " Gunung Sumeru mengandung biji lada,
> > > Dalam setiap biji lada bersembunyi seluruh alam semesta ;
> > > Karena dunia sakit, saya merasa sakit,
> > > Karena umat manusia menderita, maka saya menderita "
> > >
> > > Kita bisa membangun gedung tinggi, jalan lebar, tapi gagal membangun
> > hati
> > > dan pikiran yang mampu merasakan penderitaan dunia. Melalui komunikasi
> > > cellular (komputer, HP, TV) kita bisa mendekatkan jarak, tapi hubungan
> > antar
> > > keluarga saja malah sulit karena ibu dan ayah , anak-anak sibuk
> > > sendiri-sendiri. Dengan tetangga kita sendiri di kiri kanan rumah juga
> > tidak
> > > saling berkenalan.
> > >
> > > Salam,
> > > Jusuf Sutanto
> > >
> > >
> > >
> > > ----- Pesan Asli ----
> > > Dari: Anwar Haryono aharyono@
> > > Kepada:
> > > Terkirim: Kamis, 6 Desember, 2007 7:18:16
> > > Topik: RE: [psikologi_transfor
> > > mentertawakan diri sendiri ?
> > >
> > > Lupa satu lagi, duluan mana..mampu mengatasi ego ndiri trus bisa
> > ngetawain
> > > diri ndiri.ato ngetawain diri ndiri trus jadi bisa mengatasi ego ndiri?
> > >
> > >
> > >
> > > _____
> > >
> > > From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto:
> > psikologi_transform
> > > atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of Anwar Haryono
> > > Sent: Thursday, December 06, 2007 7:06 PM
> > > To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> > > Subject: RE: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak bisa lagi
> > > mentertawakan diri sendiri ?
> > >
> > >
> > >
> > > Duluan mana.cerdas dulu baru bisa ngetawain diri ndiri.ato ngetawain
> > diri
> > > ndiri trus jadi cerdas?
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > _____
> > >
> > > From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto:
> > psikologi_transform
> > > atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of ratih ibrahim
> > > Sent: Thursday, December 06, 2007 6:29 PM
> > > To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> > > Subject: Re: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak bisa lagi
> > > mentertawakan diri sendiri ?
> > >
> > >
> > >
> > > butuh kecerdasan tersendiri untuk bisa mentertawakan diri sendiri
> > > pakkkkkkk... ......
> > >
> > > dan kemampuan mengatasi "ego" diri....
> > >
> > >
> > >
> > > best,
> > >
> > > ratih
> > >
> > >
> > > *btw, pecel pincuk itu jebul uenak buangetttttttttt*
> > >
> > >
> > > On 12/4/07, Jusuf Sutanto jusuf_sw@yahoo. co.id
> > > <mailto:jusuf_
> > >
> > >
> > >
> > > Tulisan pendek ini ada dalam buku
> > >
> > > " KEARIFAN TIMUR DALAM ETOS KERJA DAN SENI MEMIMPIN ", Penerbit Buku
> > Kompas,
> > > 2007
> > >
> > > Tertawa adalah cara bijak untuk
> > > mengatasi fanatisme
> > >
> > > Konflik bernuansa agama kini dan semenjak dulu
> > > menjadi masalah utama yang harus diselesaikan karena bisa berkembang
> > menjadi
> > > masalah mengerikan yang berkepenjangan. Upaya Komisi Nasional Hak Asasi
> > > Manusia semata
> > > tidaklah memadai untuk bisa menyelesaikan masalah yang sedemikian sulit
> > > ini.dan
> > > sering kambuh lagi. Satu-satunya jalan adalah melalui pendidikan.
> > >
> > > Pada suatu hari, Konfusius
> > > diprotes oleh murid-muridnya gara-gara menerima anak seorang penjahat
> > yang
> > > terkenal sangat kejam ddan sadis sebagai murid. Setelah semua muridnya
> > > mengukapkan keberatannya, ia mulia angkat bicara dan menjelaskan bahwa
> > > ketika
> > > anak itu datang kepada dia, ia bertanya : untuk tujuan apa kamu datang ?
> > > Anak
> > > itu menjawab berkali-kali bahwa ia mau belajar ! Hanya karena seseorang
> > mau
> > > belajar, maka orang jahat bisa diubah menjadi orang baik ; salah
> > pengertian
> > > bisa dijelaskan ; permusuhan bisa didamaikan. Apakah kamu bisa
> > memberikan
> > > cara
> > > lain yang lebih efektif untuk mengubah manusia jahat menjadi baik selain
> >
> > > belajar ? Semua muridnya diam dan menyadari kekeliruannya !
> > >
> > > Apakah
> > > kamu bisa memberikan cara lain yang lebih efektif
> > >
> > > untuk
> > > mengubah manusia jahat menjadi baik selain belajar ?
> > >
> > > ***
> > >
> > > Ceritera berikut ini yang dikutip
> > > dari buku " Kebijakan Sejati " .karangan Pema Chodron (Penerbit Karaniya
> > )
> > > barangkali bisa membantu
> > > dalam mengatasi masalah yang pelik ini.
> > >
> > > Syahdan
> > > ada seorang Dewa yang tahu bahwa manusia mempunyai sifat yang aneh,
> > yaitu :
> > > sangat suka fanatik pada sesuatu yang dianutnya, lalu membentuk
> > organisasi
> > >
> > > berjalan
> > > baik-baik saja, tapi kemudian sedikit demi sedikit mulai membuat
> > masalah,
> > > misalnya lalu menuliskan namanya besar-besar dalam bendera raksasa,
> > berpawai
> > > di
> > > jalan-jalan sambil berteriak dan mengibarkan panji-panjinya supaya orang
> > > lain
> > > yang berbeda pandangan mau ikut bergabung dengannya. Kemudian Dewa itu
> > > memutuskan untuk mencoba membuktikan keadaan umat manusia agar bisa
> > > menertawakan dirinya sendiri setelah melihat keanehan itu.
> > >
> > > Dewa itu menciptakan sebuah topi
> > > besar, yang sebelah kiri berwarna merah menyala, dan belahan kanan biru
> > > cerah.
> > > Lalu ia pergi ke suatu jalan di mana banyak orang sedang bekerja. Ia
> > > memunculkan diri dengan segala kesaktiannya sehingga semua orang takjub
> > > melihatnya. Berbadan besar dan bersinar, mengenakan topi tersebut, ia
> > > berjalan
> > > menyusuri jalan tersebut, membuat semua orang berhenti untuk
> > memandangnya.
> > > Lalu
> > > Dewa itu mendadak lenyap begitu saja. Semua orang menjerit : " Aku
> > melihat
> > > Tuhan ! Aku melihat Tuhan ! ". Mereka semuanya dipenuhi kegembiraan
> > > sehingga seseorang yang ada di sebelah kiri jalan berkata : " Betapa
> > > agungnya, Ia datang mengenakan topi merahnya ! ". Orang yang ada di
> > kanan
> > > jalan memandangnya dengan heran sambil berkata : " Ia tidak bertopi
> > merah,
> > > melainkan biru ! ".
> > >
> > > Perbedaan
> > > pendapat itu berlangsung terus sehingga masing-masing pihak membangun
> > tembok
> > > dan saling melempar batu ke lawannya. Lalu dewa itu muncul kembali, tapi
> > > kali
> > > ini berjalan berlawanan arah dengan sebelumnya dan kemudian kembali
> > > menghilang.
> > > Sekarang semua orang saling memandang dan orang yang ada di sebelah
> > kanan
> > > berkata : " Ternyata Anda benar. Ia bertopi merah ! Kami minta maaf
> > karena
> > > sudah salah melihat ". Tapi
> > > orang-orang di sebelah kiri mengatakan : " Tidak, tidak.. kalian yang
> > > benar, kami yang salah. Ia bertopi biru ". Saat itu mereka semua
> > bingung,
> > > tidak tahu harus bertengkar atau berdamai. Lalu Dewa itu muncul kembali,
> > dan
> > > kali ini ia berdiri di tengah jalan, berputar ke kiri lalu ke kanan,
> > > kemudian
> > > kembali lenyap.dan semua orangpun akhirnya tertawa !
> > >
> > > Ceritera
> > > ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus menerus
> > digoyang
> > > oleh
> > > konflik bernuansa agama yang seolah sudah kehabisan akal untuk
> > > menyelesaikannya.
> > >
> > > Ceritera
> > > ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus menerus
> > digoyang
> > > oleh
> > > konflik bernuansa agama dan
> > >
> > > seolah sudah kehabisan akal untuk
> > > menyelesaikannya
> > >
> > > ____________ _________ _________ _________ _________ ________
> > > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda!
> > Kunjungi
> > > Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers. yahoo.com/
> > > <http://id.answers.
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > _____
> > >
> > > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di
> > Yahoo!
> > > <http://sg.rd.
> > > Answers
> > >
> >
> >
> >
>
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Fed Lowers Rates Again - $270,000 Mortgage for $1,498/Mo. No Credit Check Needed No Credit Check Needed - Estimate New Payment.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar