Dari: "sunari" <sunari@ssp.co.
Makasih pak Hud atas penjelasannya tentang kesadaran, sedari awal saya memang menduga bahwa akan demikian yang pak Hud akan jelaskan.
Karena belum aware dan masih memiliki penasaran, maka perbolehkanlah saya menyampaikan uneg-uneg lanjutannya.
Pada awalnya pak JK mengetahui Rosalind mengalami penderitaan kesepian karena diabaikan oleh suaminya, JK yang tinggal serumah lalu... bukan sekedar tahu/aware mengamati secara pasif, JK lalu keluar dari ketinggian kesadarannya dan menimbang-timbang.
Dan karena pak Hud menyebut bahwa orang yang dalam keadaan aware tidak [mungkin] bisa ereksi, maka kita jadi heran bagaimana perbuatan tersebut dapat terjadi sementara pak Hud menduga (?) JK dalam keadaan [selalu] aware.
Sementara yang namanya penderitaan, bahkan yang lebih berat daripada yang diderita Rosalind tentu ada dimana-mana, bukan hanya masalah penderitaan kesepian karena diabaikan suami. Namun dalam hal ini, JK sebagai seorang yang aware agaknya justru memilih pain relieve yang jenis ini. Kita mendapatkan pengajaran bahwa jenis penderitaan yang disadari [yaitu oleh sebab berlakunya hukum karma], dapat diterima dengan ikhlas akan merupakan enerji yang dapat menjadi sarana pendorong untuk 'menaikkan tingkat', enerji penderitaan, terpaan kerunyaman dalam kehidupan ditransformasikan menjadi De dan Gong. Agaknya jenis pertolongan yang terbaik adalah memberikan pengajaran [Dana Dharma] yang dapat memberikan penyadaran (pencerahan) akan prinsip-prinsip kebenaran / hukum semesta ; dharma atau fa. Betapa banyak istri yang karena satu dan lain hal ditinggal mati suami dan mereka menjanda demi menjaga kesucian diri, menjaga kehormatan suami. Dalam pengajaran keutamaan, istri yang demikian disebut sebagai istri yang mulia.
Sang Sadar, Buddha, Boddhisatva, Tuhan, Malaikat, Dewa Langit, dls. sangat banyak dan berada dimana-mana, mendengar penderitaan para makhluk tetapi kenapa tidak sertamerta menolong, adalah karena mereka melihat pada lingkup yang sangat luas atas sesuatu perkara, memahami yin yuan guan xi (sebab pokok dan sebab samping), bahwa segala kemujuran dan kerunyaman hidup adalah akibat ulah makhluk itu sendiri. Kita diberitahu dalam pengajaran bahwa mereka para tercerahkan melihat bahwa segala yang terjadi adalah sempurna adanya, mereka sadar, tahu namun tidak terusik, tetap dalam kondisi ru ru wu tong (?) ; ding, tidak ringan tangan gampang cawe cawe urusan yang terjadi diantara makhluk hidup.
Dalam agama Islam ada Nabi Khidir a.s. seorang yang bahkan nabi besar Musa a.s. pun tidak lulus untuk diterima sebagai muridnya, yang melakukan pembunuhan anak kecil, merusak perahu orang susah.. , itu dapat diterima, namun rasanya tidak akan diterima kalau ada orang suci yang melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh pak JK dengan alasan karena rasa maîtri karuna. Saya belum pernah mendengar baik dari sejarah ataupun dedongengannya.
Dalam posting ke rekan yang lain, pak Hud menyunting ucapan guru Buddha bahwa memikir-mikir fikiran orang tercerahkan kita akan menjadi gila <<Hudoyo: Sekali lagi saya ingatkan ucapan Sang Buddha, bahwa kalau Anda memikir-mikir keadaan batin seorang tercerahkan, Anda akan menjadi gila. (Acinteyya-sutta)
------------
Saya tidak percaya kalimat ini. Ataukah sudah ada buktinya? Lha wong mikirnya hanya sekedarnya, kenapa menjadi gila, paling-paling yang dapat dibenarkan adalah ; bagaimanapun kita memikirkan keadaan batin .. tidak akan mendapatkan keberhasilan, tidak akan dapat memahami.. gila hanya terjadi kalau pemikirnya terobsesi, secara intens dan melampaui kemampuan otaknya. Jangankan memikirkan hal yang tidak nyata, sedang memikirkan keruwetan hidup sehari-hari dapat juga menjadi gila. Ini banyak faktanya. Bagaimana menurut Pak Hud?
Salam,
Sunari
============
HUDOYO:
Mas Sunari,
Anda membuat rekonstruksi menurut pemahaman Anda sendiri mengenai apa kira-kira yang berlangsung dalam kesadaran K ketika melihat penderitaan Rosalind. Ya, itu hak Anda sepenuhnya, silakan saja, sekalipun "rekonstruksi" saya sangat berbeda dengan rekonstruksi Anda dan saya menolak rekonstruksi Anda.
Pertama-tama, saya tidak tahu persis apa yang terjadi dalam kesadaran K pada peristiwa itu. Saya hanya dapat mengumpulkan beberapa inferensi yang relevan, antara lain:
(1) seperti saya mempunyai keyakinan bahwa Buddha adalah orang tercerahkan karena ajarannya yang luar biasa dapat saya buktikan dalam batin saya sendiri (ehipassiko)
(2) K sering mengajarkan bahwa dalam batin yang hening/aware, PERSEPSI itu LANGSUNG menghasilkan TINDAKAN, tanpa melalui --dengan kata lain, "mem-bypass"
(3) Kalau K tercerahkan, maka tentu tindakannya sesuai dengan ajarannya, juga mengenai 'tindakan langsung tanpa melalui pikiran' itu.
(4) Saya menggunakan salah satu sumpah Bodhisattva yang kontroversial dalam Mahayana & Vajrayana, yakni sumpah untuk tidak menghindari pelanggaran Sila demi Welas Asih, untuk mencoba memahami 'tindakan-tanpa-
(5) Saya mengatakan "orang yang dalam keadaan aware tidak [mungkin] bisa ereksi" itu kan pengalaman Anda dan saya, orang biasa. Saya tidak tahu bagaimana awareness seorang tercerahkan.
Akhirnya, sekali lagi perlu saya tekankan, bahwa sesungguhnya saya tidak tahu apa yang terjadi dalam kesadaran K ketika berhubungan seksual dengan Rosalind. Hal-hal yang saya sampaikan di atas hanyalah sekadar spekulasi saya, yang memahami ajaran K.
***
>Dalam agama Islam ada Nabi Khidir a.s. seorang yang bahkan nabi besar Musa a.s. pun tidak lulus untuk diterima sebagai muridnya, yang melakukan pembunuhan anak kecil, merusak perahu orang susah.. , itu dapat diterima, namun rasanya tidak akan diterima kalau ada orang suci yang melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh pak JK dengan alasan karena rasa maîtri karuna. Saya belum pernah mendengar baik dari sejarah ataupun dedongengannya.
------------
Kalau seorang nabi membunuh bisa diterima, mengapa orang tercerahkan berzina tidak bisa diterima? Apa bedanya membunuh dan berzina dilihat dari segi moralitas manusia biasa? Dalam agama Buddha ada dedongengannya, nanti akan saya tayangkan secara tersendiri.
***
><<Hudoyo: Sekali lagi saya ingatkan ucapan Sang Buddha, bahwa kalau Anda memikir-mikir keadaan batin seorang tercerahkan, Anda akan menjadi gila. (Acinteyya-sutta)
>-----------
>Saya tidak percaya kalimat ini. Ataukah sudah ada buktinya? [...]
------------
Yang tidak percaya apanya: tidak percaya sutta seperti itu ada? atau tidak percaya sutta itu dikatakan oleh Sang Buddha?
Bagi saya, sederhana saja memahaminya: orang yang terobsesi memikir-mikir tentang batin orang tercerahkan, bukankah obsesi itu suatu bentuk kegilaan?
Salam,
Hudoyo
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar