Awliya Electric Shock, Jangan Sakiti Siapapun
Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani ar-Rabbani (qs)
Zawiyah Oakland, Suhbat Tanggal 17 Februari 2008
Audzu billah himinas syaithonirRojim, Bismillah hirRohmaanirRohim.
Allahumma shalli `ala Sayyidina Muhammad hatta yarda Sayyidina
Muhammad sallallahu alayhi wasalam.
Kami terpukau dengan apa yang Grandsyaikh Abdullah Faiz qs (
almarhum) dan Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani qs pernah katakan
bahwa satu kata atau satu halaman yang mereka katakana, maka kalian
dapat menuliskan sebanyak ribuan buku dan ribuan halaman dari apa
yang mereka katakan, meskipun mereka hanya membuka satu halaman.
Allah tidak menciptakan suatu makhluk dengan tujuan untuk menyakiti
manusia. Allah swt tidak menyukai manusia yang menyakiti makhluk
lain. Apa yang dibukakan kepada Awliyaullah ( Wali & Saints ) adalah
samudera dari satu kata atau satu kalimat Burdah ( Puisi Cinta
kepada Nabi Muhammad Salallahu alayhi wasalam). Maka ketika kau
bukakan cahaya-cahaya dari burdah itu maka pusi itu memukau pikiran
jutaan manusia.
Spiritualititas adalah dengan mencicipi. Demikian pula kecintaan
kepada sang Nabi Muhammad saw adalah lewat mencicipi. Seperti aliran
listrik pada lampu-lampu dan kau dapat melihatnya, namun saat kau
menyentuh listrik yang mengalirinya, maka kau dapat merasakan
seberapa besar energi yang ada sehingga akan mengagetkanmu. Loncatan
energi itu akan membuatmu koma selama beberapa saat atau bahkan
dapat membunuhmu.
Awliyaullah melalui kesungguhan dan keshalehan mereka, maka mereka
dapat mencicipi spiritualitas Nabi Muhammad saw.
Saat ini kita bicara mengenai kesungguhan dan keshalehan, tetapi
apakah kita benar-benar bersungguh-sungguh atau shaleh? Tidak!!.
Kesungguhan dan keshalehan Awliya ( Para Wali Allah ) bukanlah
dengan lidah, tetapi kesungguhan atau keshalehan mereka adalah
dengan emosi yang dengannya seluruh tubuhmu akan berguncang, seperti
ketika engkau meminta cinta kepada seorang yang dicintai.
Seperti seseorang yang mencintai seseorang, maka dia selalu
memikirkan tentang kekasihnya. Nabi Muhammad salallahu alayhi
wasalam selalu berada dalam situasi Mi'raj, senantiasa mengalami
kenaikan menuju sang Kekasih. Menuju Allah Azza wa Jalla. Cinta
beliau tidak pernah berhenti. Sebagai contoh: ketika manusia
mencintai seseorang dan mereka tidak bisa menggapai orang tersebut,
atau saat mereka terpisah jauh atau cintanya terhalangi, maka mereka
mempunyai emosi dari Cinta itu. Dengan emosi Cinta itu, maka mereka
selalu, selalu dan selalu memikirkan orang yang dicintai namun saat
mereka bertemu maka emosi itupun mereda.
Namun dalam spiritualitas, emosi Cinta itu senantiasa meningkat.
Ketika mereka bersama, ketika mereka mendekat, seperti semakin
mendekatnya Awliyaullah ke hadirat sang Nabi (saw), maka cinta
mereka semakin meningkat. Saat sang Nabi saw melakukan Mi'raj ,
ketika beliau semakin mendekat dengan sang Kekasih, maka cinta
beliau semakin naik tidak pernah berkurang. Banyak orang bicara
tentang cinta dengan gampangnya, cinta dalam makna spiritualitas
bukanlah begitu mudah untuk dipahami, seperti ketika kalian
mengunyah permen atau gula- gula, atau sesuatu yang sederhana. Dalam
kenyataan spiritual tidaklah semudah itu. Kalian harus terus memakan
gula-gula spiritual, jangan pernah berhenti.
Ketika kau makan sesendok madu, apa yang terjadi? Kau menyukainya.
Kau ambil lagi karena rasanya enak, kemudian kau ambil lagi dan
lagi. Lalu apa yang terjadi? Akhirnya kau kenyang dan bosan. Tetapi
Spiritualitas bukanlah seperti itu. Dalam Spiritualitas, meskipun
kau tetap memakan madu, maka mereka mengangkatmu ke tingkat yang
lebih tinggi dimana disana ada madu jenis lain yang tidak serupa
dengan jenis pertama, dan memiliki rasa yang jauh lebih enak dari
madu yang pertama.
Kemudian kalian naik lagi untuk menemukan madu yang lebih enak dari
kedua jenis pertama, dengan jenis yang lain dan lain dan kau pun
naik semakin tinggi dan tinggi untuk semakin mencicipi kemanisan
spiritual. Oleh sebab itu, Cinta kepada sang Nabi Muhammad salallahu
alayhi wasalam adalah jenis spiritualitas yang selalu naik dan
semakin naik (Mi'raj), hal ini seperti energi listrik yang kalian
dapat merasakan getarannya .
Ketika kalian mencari cahaya Nabi saw, maka kalian bukan hanya
mencicipi manisnya cinta itu, namun kalian akan merasakan cinta itu
dan energi itu datang dari Sayyidina Muhammad Salallahu alayhi
wasalam. Saat kalian naik dalam tingkatan-tingkatan "mencicipi
kemanisan spiritual", maka kau akan merasakan semakin meningkatnya
cinta yang kalian rasakan, cinta kepada sang Nabi (saw). Awliyaullah
selalu berada dalam kenaikan itu. Itu yang mereka rasakan.
Mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka. Itulah mengapa mereka
kadang tidak duduk bersama orang-orang karena mereka tidak bisa,
karena hati mereka bersama Allah dan bersama Nabi Muhammad saw.
Keberadaan orang-orang akan mengalihkan keberadaannya bersama Allah
sehingga mereka akan kehilangan situasi dimana mereka berada
brersama Allah dan Nabi saw.
Hanya mukamaliin atau mukamaluun, al-Kummal, atau hanya bagi mereka
yang sudah mencapai "tingkatan kesempurnaan" maka mereka mewarisinya
dari Nabi Muhammad saw dimana didalam hadits disebutkan " lii
sa`atun ma al-khaliq was lii sa`atun ma al-khalq - Aku memiliki satu
wajah, satu sisi bersama Tuhan-ku dan satu sisi lainnya bersama
manusia. Awliya Allah memiliki dua sisi wajah, satu di Hadirat
Ilahiah, satunya bicara dengan manusia, dari sinilah mereka
mewarisinya dari Nabi Muhammad saw.
Lihatlah saat ini, bagaimanakah mereka mengajari anak-anak menghafal
Qur'an sejak masa kanak-kanak? Masihkah kalian mengajari? Dan kini
di Amerika, mereka berkata kepadamu "Bawalah anak-anakmu dan kami
akan mengajari mereka menghafal Qur'an." Dimasa lalu, sebelum mereka
diajarkan menghafal Qur'an, maka mereka terlebih dahulu diajarkan
menghafal Burdah, dan berjenis-jenis puisi Salawat tentang kecintaan
kepada sang Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam.
Kemudian saat mereka berusia 12 tahun, mulailah diajarkan tentang
spiritualitas, tasawwuf. Kini hal semacam itu sudah tidak terlihat
lagi. Oleh karenanya dimasa lalu mereka lebih bijaksana dalam
masalah dunya. Saat ini anak-anak muda terlihat lebih sekuler dalam
pemahaman agamanya, kalian dapat membandingkan apa yang diajarkan
kepada anak-anak oleh orang tua mereka sat ini.
Lihatlah apa yang diajarkan oleh para guru, mereka pergi ke sekolah
dan ke masjid yang mana didalamnya tidak ada hal lain yang
dipikirkan dan dibicarakan kecuali politik. Aspek ini tidaklah ada.
Itulah kenapa mereka yang berada di Wilayah Teluk di Saudi , mereka
berkata, "Tidak ada lagi Awliya. Mereka sudah musnah." Padahal
Awliya ada disana namun kau begitu butanya sehingga kalian tidak
bisa melihat.
"Wa man kaana fii haadzihii dunya a'maa fa huwa fil-aakhirati a'maa
wa adhallu sabiilaa". Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia
ini, niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta pula dan lebih
tersesat dari jalan yang benar. [Al Israa' (17):72]
Awliyaullah dimasa lalu dan Awliya dimasa kini mempunyai gaya
berbeda. Awliyaullah tahu bahwa Allah swt tidak menciptakan mahluk
apapun untuk menyakiti para hamba-Nya. Dengan kata lain dengan cara
menghindari dari menyakiti hambaNya, maka Allah akan menaikkanmu.
Grandsyaikh Abdullah Faiz (alm) qs berkata bahwa Allah
berfirman, "Aku mengumumkan perang kepada siapapun yang memusuhi
para hamba-Ku." Inn Allah la yarda li `ibadihi adh-dhulm - Allah
tidak menerima penganiayaan kepada para hamba-Nya.
Tapi lihatlah saat ini, kita menganiaya diri kita sendiri. Ketika
Allah berfirman,"Jangan menganiaya". Bagaimana cara kita menganiaya
diri kita sendiri? Dengan tidak shalat. Dengan tidak mematuhi apa
yang telah Allah berikan kepada kita. Saat ini orang-orang sangat
sulit melakukan shalat. Mereka lupa membaca Qur'an. Setidaknya
bacalah satu halaman Qur'an atau satu juz setiap hari. Mereka lupa
membaca surat ini atau surat itu. Jenis kehidupan apakah ini?
Kehidupanmu seperti seekor binatang. Kini orang-orang hanya
memikirkan materi, kehidupan binatang. Adakah yang lainnya? Tidak
ada. Mereka tidak lagi tertarik kepada kehidupan beragama.
Perhatikan apa yang Muhammad al-Busayri qs jelaskan dalam puisinya,
dalam puisi Burdah, Beliau menuliskan- nabiyuna al-aamiru an-naahi -
Nabi kita adalah seorang pemimpin, aamir, yang memberikan perintah,
dan apa yang dilarang." Fala ahadun abbara fee qawlin "lam" wa
la "na`m" - tidak ada yang lebih baik dari beliau yang
berkata 'tidak' atau yang berkata 'ya'. Hanya beliaulah ketika
mengatakan tidak' adalah berarti 'tidak' dan ketika berkata 'ya'
berarti 'ya'.
Itu artinya ketika beliau berjanji bahwa hal ini 'ya', dan saat
beliau mengucap 'tidak' tetaplah bermakna 'tidak'. Beliau
menuliskan - "Nabiyuna al-aamirun-naahi - Nabi (saw) kita adalah
yang memberi perintah dan larangan." Itu artinya kita berada dibawah
batas-batas perintah dan larangan. Apa yang Nabi saw perintahkan
harus kita turuti dan apa yang beliau larang, maka tidak boleh
dikerjakan.Sangat sederhana.
Grandsyaikh Abdullah Faiz qs (alm) pernah berkata bahwa Allah swt
mengumumkan perang kepada siapapun yang memusuhi para hamba-Ku." Dan
beliau menjelaskan, Allah swt tidak suka siapapun menyakiti para
hamba-Nya. Saat kau menyakiti para hamba-Nya, maka Dia mengumumkan
perang kepadamu."
Tetapi lihatlah saat ini, berapa banyak dari kita yang menyakiti
hati istri kita dan berapa banyak istri yang menyakiti suaminya?
Terjadi dikedua belah pihak. Dalam satu kata, hal tersebut bisa
terjadi. Kau mungkin mengatakan satu kata yang menyaikiti hati
pasanganmu. Sekarang lihatlah pelajaran mengapa setiap Negara
mempunyai diplomat ditiap negara, duta-duta besar? Mereka diajarkan
berdiplomasi dengan menggunakan kata-kata yang sangat diplomatis
agar tidak membuat semua orang naik darah. Tasawwuf mengajarkan kita
hal tersebut.
Jangan kalian menggunakan kata-kata yang kasar. Dalam tasawwuf,
mereka biasa mengajarkan anak berusia 12 tahun semua jenis kata-kata
halus untuk menggantikan kata-kata yang kasar, 200-300 buah kata,
agar tidak membuat orang lain marah. Apakah hal seperti itu
diajarkan lagi saat ini? Tidak, ajaran seperti itu sudah lama hilang.
Jadi apa yang beliau katakan? "Nabi kita adalah seseorang yang
memberi perintah dan larangan." Apakah kita mengikuti perintah-
perintah beliau saw? Jika iya alhamdulillah. Apakah kita patuh untuk
berhenti membangkang atau melakukan hal-hal yang tidak beliau sukai?
Jika tidak maka kita harus berusaha menyempurnakan diri kita sendiri
semampunya.
Dan Nabi Muhammad saw berkata, fa la ahadaun abarrah fee qawl 'lam'
wa la 'na`m'. Berapa kalikah sang Nabi (saw) berkata 'tidak' dalam
hidupnya dan berapa kalikah beliau mengucap 'ya'? Sang Nabi (saw)
berkata 'tidak' hanya di satu tempat dan berkata 'ya' dibanyak
tempat. Dimana beliau berkata 'tidak'? dan dia berkata. "Ma qaala la
qattan -beliau tidak pernah berkata 'tidak' selama hidupnya kecuali
dalam syahadah - Illa fii syahadatihi. "
Hanya sewaktu mengucap itulah beliau berkata 'tidak'. ma qaala la,
qattun illa fii tasyahudihi. Kecuali ketika beliau mengucap
syahadah - Asyhadu an La ilaha ill-Allah - satu kali. Tetapi
lihatlah berapa banyakkah ketika seseorang meminta sesuatu kepada
kita dan kita berkata 'tidak'? Baru saja mereka berargumentasi,
sebelum kau datang. "La, la, tidak, tidak," mereka berargumentasi,
sebagai sebuah contoh. Wa la n`am qattun illa wa ja'ahu ni`am
"Tidak pernah beliau berkata 'ya' kecuali datanglah rahmat dan
pahala."
Beliau saw tidak pernah menyangkal apapun. Hanya satu hal dalam
hidup beliau yang disangkal yaitu tidak menyekutukan apapun dengan
Allah. Untuk sisa semuanya beliau berkata 'ya', dan dengannya Allah
melimpahkan pada manusia semua jenis rahmat. Jadi bagaimana
memperoleh pemahaman ayat itu, dan dari baris puisi burdah itu?
Didalamnya adalah harta karun bagi para murid.
Ketika Muhammad al-Busayri berkata, nabiyuna al-aamirun-naahiyu. Itu
artinya beliaulah yang dapat berkata tidak boleh melakukan sesuatu
kepada seorang. Bashiirun wa nadhiirun. Beliaulah satu-satunya yang
memberikan kabar gembira dan peringatan. Hanya beliau satu-satunya
yang memberikan perintah. Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita
harus mendengarkan perintah-perintah beliau saw. Apakah perintah
beliau saw ?
Pada masa Grandsyaikh Abdullah Faiz alm, semoga Allah merahmati
jiwanya, kita kembali ke masa Grandsyaikh, ketika kami masih muda.
Dan beliau biasa mengucapkan banyak hal. Beliau berkata, "Aku hanya
mempunyai 2 orang murid." Dua orang murid? Padahal kita mengetahui
Grandsyaikh Abdullah qs mempunyai murid ratusan bahkan ribuan. Dari
semua yang beliau katakan "Aku mempunyai 2 orang murid yaitu Mawlana
Syaikh Nazim qs dan Mawlana Syaikh Husayn qs." Apakah maksud beliau?
Inilah yang penting. Apakah makna penting dari ayat: nabiyuna al-
aamirun-naahiyu.
Beliau berkata: "Mengapa aku hanya mempunyai 2 orang murid? Karena
jika dikatakan sesuatu kepada mereka, mereka akan menerimanya tanpa
keraguan dan keengganan, bidun taraddud. Aku minta apapun kepada
mereka, mereka akan melakukannya tanpa keengganan." Itu artinya dia
mewarisi rahasia, dia mewarisinya rahasia al-aamiru wan-nahiyu dari
sang Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam.
Ketika Grandsyaikh Abdullah qs (alm) bicara, ketika mulutnya terbuka
untuk bicara, setiap wali harus mendengarkan. Mereka mempunyai
headset spiritual, informasi surgawi, yang telah Allah berikan
kepada awliya-Nya. Beliau berkata, "Aku satu-satunya yang diijinkan
oleh Nabi Muhammad (saw) untuk bicara pada zaman ini dan awliya
dimanapun wajib mendengarkan. Bukan hanya awliya namun ta'ifatul-
jinn dengan rajanya harus mendengarkan. Karena aku mewarisi rahasia
itu dari sang Nabi (saw)."
Setetes dari samudera itu adalah bersama sang Nabi (saw). Awliya
memperoleh setetes. Beliau berkata, "Aku hanya keran yang dapat
bicara dari tingkat itu. Maka seluruh awliya harus mendengarkan apa
yang aku katakan." Jika kita membahas apa yang beliau katakan, aku
selalu membawa satu buku catatan, jika kita membahas tiap malam, ada
hal-hal yang tidak bisa kita pahami karena melampaui pikiran/nalar
kita saat itu. Kau akan paham namun akan terkejut bahwa hal seperti
itu memang ada. Beliau memperolehnya dari Nabi Muhammad (saw), min
al-amr wan-nahiyy dari apa yang telah diperintahkan dan apa yang
dilarang.
Beliau berkata, "Aku mempunyai 2 orang murid." Kemudian bagaimana
dengan sisanya? Murid sejati adalah dia yang tidak mempunyai
keraguan kepada Syaikhnya. Yang lain mungkin berkata, "Bisa saja
benar, bisa salah." Murid sejati adalah seperti Abu Bakr ash-Shiddiq
ra. Tanpa syak [keraguan]. Kapan pun Nabi Muhammad (saw) bicara, dia
akan berkata, sadaqta ya rasulullah, kau bicara yang sesungguhnya Ya
Nabi Allah!" Saat sang Syaikh bicara apapun, maka jangan bertanya.
Ketika saya berada di Indonesia, bersama Mawlana Syaikh Nazim qs di
tahun 2001, itu adalah pertama kali Mawlana Syaikh Nazim qs datang
ke Indonesia. Dan alhamdulillah kami mempunyai banyak pengikut
disana. Ratusan ribu. Dan sebelum beliau datang, aku sudah datang
sebanyak 5 atau 6 kali. Dan mereka memiliki satu slot program TV
untukku pada sebuah TV Nasional, sebelum waktu Fajr, dan itu
merupakan siaran langsung, dimana Mawlana bicara dan mereka
melontarkan pertanyaan-pertanya an.
Jadi, ketika saya datang, mereka bertanya apakah Mawlana dapat turut
datang ke studio dan siaran itu merupakan siaran langsung dan kami
berada disana pada waktu Fajr; kami shalat Fajr dahulu baru kemudian
acara dimulai. Jadi Mawlana berkata 'ya'. Dan saya bicara dengan si
pewawancara. , "biar saya disini saja, dan Mawlana Sayikh Nazim qs
yang akan mengambil alih seluruhnya, kalian bertanya apapun
kepadaku, maka saya tidak akan bicara didepan Mawlana Syaikh Nazim
qs "
Orang-orang TV itu berkata, "Jangan, orang-orang menginginkan
anda.Syaikh Hisyam, jadi, kita akan bagi pertanyaan itu, kami
bertanya kepada anda dan kepada Syaikh Nazim qs."
Jadi, mereka memperkenalkan Mawlana Syaikh Nazim qs sebagai "Syaikh
dari Syaikh Hisyam", seperti yang mereka tahu siapa aku dan kemudian
sebagai "Syaikh Thariqah Naqsybandi yang Termasyur." Kemudian mereka
melontarkan pertanyaan-pertanya an kepada Mawlana Syaikh Nazim . Dan
kalian tahu, bahwa ini siaran langsung. Lalu pewawancara
bertanya, "Syaikh Hisyam, kami ingin bertanya sebuah pertanyaan
kepada sang Syaikh."
Mawlana Syaikh Nazim menatapnya dan berkata, "Ketika aku disini,
maka tidak ada Syaikh; dia tidak akan bicara didepanku." Jadi aku
memberitahukan kepada pewawancara agar hati-hati. Kini siaran
langsung, dipancarkan kemana-mana ke Malaysia dan Indonesia. Apakah
yang dilakukan? Tetap diam, menyelamatkan situasi. Dan si
pewawancara malu dan aku malu. Kemudian seseorang menelpon
[berkata,] "Aku ingin bertanya." Mawlana Syaikh Nazim qs berkata,
saat siaran TV langsung, "Ketika sang Syaikh bicara, maka tidak
seorangpun boleh bertanya. Ketika Aku bicara maka kalian dengarkan!"
Kemudian pewawancara bertanya, "Kami mempunyai pertanyaan lain."
Lalu Mawlana berkata, "Pertanyaan, berikan kepada Syaikh Hisyam."
Sebelumnya saya akan bercerita hal lain, ketika Syaikh al-Azhar-
Mesir, saat kami bicara tidak seorangpun diijinkan bertanya. Kau
ingat ketika kita bertemu Syaikh Buhairi dan pergi ke kediaman Dr.
Zaki bersama Syaikh Ahmad Aamir? Apakah yang dikatakan oleh Syaikh
Buhairi? Beliau berkata, "Saat para Syaikh dari al-Azhar berada
disini, maka tidak seorangpun diperbolehkan untuk melontarkan
pertanyaan!"
Hal ini adalah suatu Adab [tata krama yang baik]. Adab yang baik
adalah tidak bertanya meski satu pertanyaan pun. Sang Nabi (saw)
tidak pernah melontarkan pertanyaan dalam Qur'an Suci. Beliau tidak
pernah berkata 'tidak' kecuali dalam syahadah. Banyak nabi lain yang
bertanya, contohnya Sayyidina Musa (as). Jadi, awliyaullah dari
pengetahuan ini dan dari cintanya, mereka mengambilnya dari Nabi
Muhammad (saw). Maka bagi Awliya Allah haqiqat-haqiqat terbuka dan
tingkat-tingkat pemahaman baru akan diberikan dan mereka akan terus
naik, naik, naik tidak pernah berdiam disatu tempat. Mereka selalu
bergerak. Sehingga Grandsyaikh biasa berkata, "Jangan melawan Allah."
Bagaimana caranya melawan Allah? Dahulu hanya Raja Namrud yang
berperang secara fisik, melemparkan anak-anak panah. Lalu Allah
mengirimkan seekor elang, seekor burung dan Namrud melihat darah
pada anak-anak panah [anak panah itu mengenai elang dan elangpun
jatuh meluncur turun dan dia berkata, "Oh aku telah membunuh
Allah. " Itulah yang dia bunuh, apapun itu adalah hanya hewan.
Jadi artinya, "Jangan menyakiti para hamba-Ku. Jangan mencemarkan
nama baik mereka. Jangan berkomplot melawan siapapun. Perlihatkan
tingkah laku yang baik kepada semua orang." Kau ingin Allah senang,
Allah senang ketika kalian membuat senang para hamba-Nya. Semoga
Allah ridho dengan kita dan membuat kita ridho dengan para hamba-
Nya, membuat Nabi Muhammad (saw) ridho dengan kita dan membuat
syuyukh kita ridho dengan kita. Demi kemuliaan Sayyidina Muhammad
salallahu alayhi wasalam, Bihurmati habib, Fatihah.
Wa min Allah at Tawfiq
Wasalam, arief hamdani
www.mevlanasufi. blogspot. com
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar