Dari thread J. Krishnamurti di www.kaskus.us:
JUDAZZ:
@semar
salam knal balik pakdhe semar.nice topic bozz
lha terus orang kl gak nyari JALAN pulang i2 trus tujuan urip sak nyatane eng alam ndonya niku kados pundi pakdhe?
trus yg di maksud sadar/eling i2 sendiri yg pegimana pakdhe?
mohon di beri tetesan embun supaya otak ini rada mletik pakdhe!
sembah sungkem
SEMAR:
Nah, ini pertanyaan yang sangat polos. :) Kepada batin yang polos seperti ini, gampang menjelaskannya.
Lain lagi kalau batin sudah dipenuhi dengan segala macam teori spiritualitas ... semua itu harus dibongkar dulu, sampai menjadi polos kembali.
***
Mas Judazz, yang mengajari Anda ada "jalan pulang" itu siapa?
Wong, kalau mau jujur, kita kan ndak tahu, "rumah" di mana, seperti apa, bagaimana "jalan" yang benar ke sana, supaya tidak kesasar, dsb dsb. :)
Lalu, tampaknya Anda pernah diajari juga, ada suatu prinsip yang disebut "tujuan hidup" ... ada "sangkan-paraning dumadi" ... ada "alpha" dan "omega" ... dsb ... entah apa lagi namanya. :)
Lalu sibuklah orang berdiskusi, bersarasehan, bahkan berdebat, tentang itu sampai pagi. :)
Nah ... melihatkah Anda bahwa semua itu adalah ciptaan pikiran, ciptaan si aku? Pikiran/si aku yang selalu tidak puas, yang selalu mencari sesuatu yang tidak dimilikinya sekarang ...
Mula-mula, Pikiran/si aku ini sibuk mencari harta duniawi: kekayaan, istri/suami, anak cucu, pangkat, gelar, kekuasaan, pengetahuan dst. Di situ si aku selalu berpikir di dalam alur yang saya sebut "mental proyek": aku punya tujuan di masa depan, aku punya cara, metode, jalan untuk mencapai tujuan itu, dan aku berusaha untuk mencapainya. ... Di balik semua itu, yang tidak bergeming adalah si aku.
Lalu, setelah ia jenuh dengan semua itu, mulailah ia mencari sesuatu yang lebih lestari, yang dikiranya abadi, kekal. ... Di sinilah mulai muncul agama, spiritualitas, jalan-jalan tarekat dsb, ...
Tetapi dalam berpikir tentang spiritualitas itu sebetulnya orang tidak berubah, sebetulnya orang tetap sama saja, yakni ber-"mental proyek": spiritualitas pun dilihat dalam kerangka tujuan, cara/jalan, dan usaha. ... Itulah yang saya sebut bahwa spiritualitas telah dikooptasi oleh pikiran manusia ... Dari situlah muncul ide-ide tentang "tujuan hidup", "sangkan-paraning dumadi" dsb. ...
Lalu, Anda mungkin bertanya: Jadi, bagaimana seharusnya? ... Jawabannya: tidak harus begini-begitu. ... Sadari saja kondisi batin Anda pada saat ini sedalam-dalamnya ... sadari setiap kali "mental proyek" ini muncul dalam batin Anda. ... Itu cukup. ... Jangan "pergi" ke mana-mana, sekalipun itu Anda namakan "pulang ke rumah". ... Jangan mencari sesuatu, sekalipun itu Anda namakan "tujuan hidup" ...
***
Jadi, alih-alih bertanya, "Apa tujuan hidup ini?", bertanyalah, "Apakah hakikat hidup ini?"
Jawabannya dapat Anda lihat dengan mudah di sekeliling Anda: hidup adalah mengejar sesuatu, berkeinginan, mempunyai cita-cita, harapan, puas sebentar kalau itu tercapai, tapi cuma sebentar, lalu menginginkan lagi yang lain, frustrasi, kecewa, putus asa, iri hati, sakit hati, dendam, nikmat sesaat, menderita, sengsara, berkelahi, cinta, cemburu, benci dst dst. ... Itulah hidup, kalau mau jujur.
Lalu, apakah sumber dari hidup yang seperti itu? ... Sumbernya tidak lain adalah: pikiran yang menciptakan si aku, yang terus berputar, terus bergerak.
Jadi, bagaimana sekarang? ... Tidak ada "jalan" lain daripada berhenti, diam di dalam sadar/eling.
Tapi, berhenti/diam itu tidak bisa diupayakan, tidak bisa dikejar, tidak bisa dicita-citakan. Kalau diupayakan juga, bukan berhenti/diam namanya. ... Jadi jangan berpikir tentang "jalan pulang", tentang "tujuan hidup". :)
Itulah MMD. ... Kalau Anda bisa begitu ... akan muncul suatu keheningan ... dan dalam keheningan itu ada suatu Gerak dari Yang Mahaluas, Yang Tak Dikenal. (Bukan apa yang dikenal sebagai "Tuhan" oleh pikiran manusia, lho.) ... Dikatakan "Tak Dikenal", karena di situ tidak ada lagi pikiran/si aku untuk mengenalinya!
Tapi hati-hati: paragraf terakhir di atas jangan dipikir-pikir, terlebih lagi jangan dibahas, didiskusikan. Memang orang senang sekali mendiskusikan dan berspekulasi tentang apa yang tidak dialaminya sendiri. ... Sia-sia ... karena kalau demikian, itu bukan berhenti/diam namanya. :)
Orang yang sudah berhenti/diam tidak berteori apa-apa lagi. :)
Salam,
semar
Mas Judazz, ada satu pertanyaan Anda yang belum saya tanggapi. :)
> trus yg di maksud sadar/eling i2 sendiri yg pegimana pakdhe?
Untuk melengkapi tulisan saya pada berbagai posting yang membahas sadar/eling, berikut ini ringkasannya:
Seperti kasus orang yang tengah melamun, lalu tiba-tiba eling, eling itu datang begitu saja, tanpa dicita-citakan, tanpa diusahakan, tanpa ada jalan menuju eling. Pada waktu eling, lamunan itu langsung berhenti.
Ilustrasi lain, tentang orang yang bermimpi. Orang yang bermimpi tidak sadar bahwa ia bermimpi. Segala sesuatu yang dialaminya dalam mimpinya dirasakannya, dianggapnya sebagai kebenaran. ... Tapi begitu ia bangun dari tidurnya/mimpinya, ia baru sadar bahwa tadi ia bermimpi, dan ternyata mimpi itu "tidak nyata", ternyata itu cuma pikirannya saja.
Nah ... bangun itulah sadar/eling. Dalam mimpi orang tidak bisa berusaha untuk bangun, tidak bisa mencari jalan untuk bangun, tidak bisa bercita-cita untuk bangun. Semua itu "mental proyek". ... Padahal bangun itu datang dengan sendirinya.
Nah, kesadaran kita sehari-hari itu ibarat orang bermimpi, tidak sadar bahwa kita sedang bermimpi. Ketika kita sadar/eling, kita masuk ke dalam keheningan. Keheningan itulah ibarat orang bangun dari mimpinya.
Itulah sebabnya Pangeran Siddhartha Gautama, ketika mencapai Pencerahan, disebut "Buddha". "Buddha" berarti "The Awakened One", "Orang yang Telah Bangun."
Jadi ... Anda jangan memikir-mikir tentang sadar/eling, jangan berteori tentang sadar/eling ... Selama pikiran Anda bergerak, Anda tidak sadar/eling ... Kalau Anda sadar/eling, pikiran Anda akan berhenti. ...
Oleh karena itu, Anda tidak mungkin mengenali, tidak mungkin menceritakan, seperti apa sadar/eling itu. ... Kalau Anda sadar/eling -> lalu Anda berpikir/mengenali bahwa Anda sedang sadar/eling, maka sadar/eling itu hilang, sadar/eling itu telah menjadi lampau, karena pikiran Anda bergerak lagi.
Bagaimana ... pusing tidak? :) Kalau Anda pusing, berarti pikiran Anda masih berputar terus. ... Kalau pikiran Anda berhenti, Anda tidak pusing lagi. ... Dan itulah sadar/eling.
Salam,
semar
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar