Namun, akhirnya saya "gatel" juga untuk ikutan komentar dalam topik :
Benarkah Negeri AKHIRAT Tidak Kekal?.....Apakah SURGA dan NERAKA
benar-benar ada?
GG: Surga itu dianggap banyak orang sebagai dunia setelah kita mati,
saya mengerti mengapa persepsinya jadi begitu, karena sewaktu kita
mati maka body kita menjadi tidak significant, jadi tinggal jiwa
kita. maka sebenarnya surga itu adalah dunia jiwa kita.
nah, bagi yang telah memiliki jati diri, atau istilahnya telah
mendewasakan jiwanya, dengan banyak memberi makan jiwanya, maka
kehidupan jiwanya pun sudah ada di surga. jadi surga itu adalah
sekarang, kehidupan kekal itu sekarang, kehidupan penuh damai, penuh
berkat, bebas hambatan, berkelimpahan rejeki, dan pahala.
masalahnya adalah kemana kita mencari surga itu? surga bagi jiwa
kita?
untuk itu sebelumnya kita harus paham mengenai perilaku jiwa. jiwa
itu sifatnya [softwarenya] adalah menolong jiwa-jiwa lainnya.
oleh karena itu ketika Mother Theresa menolong jiwa-jiwa yang
sekarat, ternyata jiwa-jiwa itu tidak butuh banyak hal, paling butuh
dekapan, kasih, dan perhatian, sehingga ketika sekarat jiwanya tidak
melaknat Tuhan.
banyak orang lain yang mencari surga lewat jalan menolong mayat-
mayat korban tabrak lari,
menurut saya, menemukan surga adalah dengan menolong orang lain
dengan membangkitkan hidupnya, menyelamatkan orang lain supaya mampu
menemukan jati dirinya, itu jauh lebih mulia secara dunia akherat.
kalau ditanya ini ada di ayat mana? di ayat goen 1.0
salam,
goen
--- In psikologi_transform
<sinagahp@..
>
>
> --- In psikologi_transform
> <swastinika@
> >
> > Nggak apa2 kok Bang. Memang dasarnya saya juga dari sana kok ;).
Cuma
> > yang di-link yang sudah berbentuk artikel.. hehehe.., karena saya
> > menghindari mengutip ayat2 untuk diskusi dengan teman yang bukan
> muslim.
> > Nggak enak aja.. belum tentu semua orang senang dikutipkan ayat2
bukan
> > dari kitab sucinya :)
> >
>
> harez:
>
> Wajar aja Swas kalau kamu punya perasaan nggak enak. Diskusi soal
agama
> memang topik yang sensitif, baik antar agama maupun se agama. Aku
juga
> pernah merasa begitu. Bahkan kalau jujur, faktor yang turut menjadi
> penyebab mengapa aku sempat "non aktif" di milis ini selama
beberapa
> waktu, selain faktor kesibukan ya faktor "nggak enak" itu. Jujur
saja,
> tadinya saya cenderung menghindari diskusi yang terkait dengan
agama,
> teologis dan sejenisnya. Bukan saya tidak suka, tapi saya pikir di
milis
> ini bukan itu fokus utamanya. Dalam diskusi-diskusi aawal dengan
Mang
> Iyus, saya sudah menyatakan hal itu.
>
> Namun, akhirnya saya "gatel" juga untuk ikutan komentar dalam
topik :
> Benarkah Negeri AKHIRAT Tidak Kekal?.....Apakah SURGA dan NERAKA
> benar-benar ada?
>
> yang dikirim oleh Wuryanano Raden
>
http://groups.
>
<http://groups.
>
> terutama melihat ketidaknyaman yang dirasakan oleh rekan-rekan
> (khususnya yang Muslim), apalagi setelah Wuryanano Raden
mengeluarkan
> ayat-ayat Quran
>
http://groups.
>
<http://groups.
>
> yang saya rasa seakan-akan semakin memojokkan rekan-rekan yang
Muslim.
> Karena itulah kemudian, saya ikutan nimbrung dengan mengemukakan
hal-hal
> yang saya ketahui.
>
http://groups.
>
<http://groups.
>
> Kemudian, dengan sadar saya mengajukan pertanyaan "Dimanakah Tuhan
> Ketika IA Belum Mencipta?". Pesan yang ingin saya sampaikan
sebenarnya
> cuma satu, "Pemahaman Manusia Terhadap Tuhan Sangat Terbatas,
manusia
> memiliki banyak keterbatasan untuk memahami IA yang tak terbatas".
>
> Tapi responsnya kan sangat beragam. Salah satu tanggapan yang saya
rasa
> adalah respons tidak langsung adalah artikel yang dikirim Pak
Hudoyo
> yang berjudul "Penginjilan yang tidak sehat!" di:
>
http://groups.
>
<http://groups.
>
> Ha...ha...ha.
saya
> hindari...:) Bisa mucul topik "Penginjilan yang tidak sehat atau
> PemBudhaan yang tidak sehat". Itulah yang kemudian menjadi
precipitating
> factor, akhirnya saya non aktif dulu, karena kerjaanku numpuk,
keasyikan
> berdiskusi kan menyita waktu dan perhatian juga (seperti kata Mas
Goen).
>
> Ikutan diskusi lagi gara-gara ada yang mengundang secara personal
tapi
> dimasukkan ke milis.
> http://groups.
> <http://groups.
>
> Seetelah saya pelajari ternyata ada beberapa perkembangan baru,
kemudian
> saya secara perlahan mencoba mulai ikut terlibat lagi.
>
> Jadi .... ya wajar saja kalau kamu merasa nggak enak/sungkan. Tapi,
> berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, kalau diskusi/dialog
dengan
> rasa saling menghormati, maka ia bukan saja sekedar dapat menjadi
> diskusi yang "tidak meng-uenegg-
> diskusi/dialog yang "mencerahkan" dan "menyejukkan"
> diskusi/dialog kita ini dapat menjadi diskusi/dialog yang demikian.
>
> Swas:
> > Betul, kalau dilihat kata per kata, ayat per ayat, memang ayat2
Al
> Quran
> > itu banyak yang [seolah2] bertentangan. Maka dari itu saya
sendiri
> > menghindari pengutipan ayat, khawatir justru misleading. Itu
juga yang
> > sering saya himbau dari teman2 sesama muslim (paling tidak dulu
> himbauan
> > ini pernah saya ajukan pada Hendrik Bakrie ;)) untuk tidak
sepotong2
> > mengutip dan memaknai ayat.
> >
>
> harez:
> Ha....ha....
> milis ini yang paling saya hargai. Dengan gaya urakan, serampangan,
> impulsif, konyol .... dsb, sejauh yang saya lihat dia tidak punya
> "kepentingan apapun" selain berusaha "membagikan apa yang ia yakini
> sebagai sesuatu yang baik dan benar". Kalau orang mau percaya
silahkan,
> kalau tidak ya abaikan saja. Yang mangkel mungkin banyak sih.
Tetapi,
> apa dia jual jasa .... ? Apa dia mendapatkan uang/keuntungan dari
apa
> yang dia lakukan itu? Apa ada orang yang pernah merasa tertipu
olehnya
> .... ? Apa ada orang stress gara-gara dia ....? (Eh..., kalau yang
ini
> malah Mas As As kayanya yang pernah stress (enggak enak hati)).
> He....he....
>
> Swas:
> > Back to topic.. :)
> > ....
> > Yang saya tangkap dari segala tafsir ini adalah: dalam masa
manusia
> > belum diciptakan, yang ada hanya alam roh saja. Secara gampang
disebut
> > sebagai "malaikat", yang diciptakan dari cahaya. Tapi.. selain
> malaikat
> > "standard", ada juga malaikat "limited edition" yang dibuat dari
> "sumber
> > cahaya", yaitu api atau nyala api. "Malaikat dari sumber cahaya"
> inilah
> > yang punya kemampuan lebih dari "malaikat2 standard".
>
> harez:
> Koq kaya mobil saja, pake "limited edition" segala ... :)
>
> Swas:
> > Itu yang menurut saya menjelaskan mengapa ketika ada perintah
terhadap
> > malaikat, lantas seluruh malaikat bersujud, sementara iblis
menolak
> dan
> > muncul kalimat "dia adalah dari golongan jin, maka..". Mungkin
kalimat
> > ini setara dengan kalimat seperti ini (ketika Timor Leste masih
jadi
> > bagian dari RI), "Seluruh bangsa Indonesia menyanyikan lagu
kebangsaan
> > Indonesia Raya ketika diperintahkan, kecuali si X. Si X ini
berasal
> dari
> > Pulau Timor bagian timur, maka.. ".
> >
>
> harez:
> Saya menggarisbawahi uraianmu pada paragraf terakhir. Sepenangkapan
> saya, selintas kamu ingin menyatakan bahwa "gaya tutur" atau "gaya
> penyampaian" perlu diperhatikan. Menurut saya, ini justru salah
satu hal
> penting yang perlu diperhatikan.
>
> Sebagai contoh saya ambil salah satu ayat saja. Jika kita simak QS
Al
> Baqarah 2:34 (mohon perhatikan kata illa) :
> "Wa-ith qulna lilmala-ikati osjudoo li-adama fasajadoo illa
ibleesa aba
> waistakbara.
>
> Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat:"Sujudlah kamu
> kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan
takabur
> ..."
> Sejauh pengetahuan saya, makna asli kata "illa" adalah "kecuali".
Kata
> ini umumnya dipakai dalam arti istisna (pengecualian) dan terkadang
> dipakai juga dalam arti istisna munqatthi, yang pemahamannya adalah
> pengecualian yang terpisah (terpotong). Artinya sesuatu yang
> dikecualikan itu tidak harus sama jenisnya dengan sesuatu yang
> disebutkan pertama.
>
> Contohnya, perkataan "jaal-qaumu illa himaran", artinya adalah
> "orang-orang telah datang, terkecuali himar". Padahal orang dan
himar
> (sejenis keledai) adalah dua jenis makhluk yang berlainan.
Kejadian ini
> (dengan perkataan tersebut) sering ditemui dalam kisah ketika
seseorang
> atau sekelompok orang sedang menunggu rombongan dagang. Rombongan
> orangnya sudah sampai, tapi rombongan keledainya (ya pastinya
dikawal
> juga oleh orang) belum sampai.
>
> Barangkali bisa digambarkan dalam suatu peperangan, komandan
berteriak
> "bertiarap ...". Semuanya bertiarap, kecuali si Broni. Dalam hal
ini,
> Broni misalnya adalah anjing atau binatang apa keq (kuda), atau
yang
> lainnya...
>
> Bukankah begitu Swas?
>
> Pemahaman denagn memperhatikan gaya tutur ini, tampaknya justru
menarik
> untuk diperhatikan bukan?
>
> Mudah-mudahan dapat lebih memperjelas dan bermanfaat.
>
> salam,
> harez
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar