Budaya VS Norma Agama
Ada seorang rekan berkeluh kesah tentang keadaan di jaman sekarang, begini keluhannya :
�Saya ingin sedikit mengkritisi perubahan sosial. Saat ini seks tidak lagi identik dengan pernikahan, dan seks bebas dimana-mana, mengapa hal itu terjadi?
Apakah di negeri indonesia ini memang dari dulusudah bebas dalam hal hubungan seks tanpa
terikat perkawinan, atau baru-baru saja hal ini masuk dalam budaya kita? dan dari waktu-kewaktu masyarkat semakin permisif?
Jika budaya itu dari media massa kenapa tidak ada tindakan dari yang memiliki otoritas?seolah merupakan sesuatu yang harus diterima?
Mengapa kaum wanita saat ini semakin terbuka pakaiannya dan tidak menutup aurot?
semakin telajang mereka dihadapan umum justru semakin bangga dan merasa berharga?
Mengapa terjadi pergeseran nilai-nilai dimasyarakat? Apakah pergeseran nilai-nilai ini datang
dari kesadaran diri masyarakat itu sendiri yang ingin mengubah arah nilainya? atau semacam perubahan nilai yang dipaksakan?
Apakah ini adalah proses yang acak dan tercipta secara alami (random dan chaos), atau semacam kerja teroganisir yang berbentuk jaringan struktural dan menciptkan perubahan nilai di masyakarat..
-o0o-
Dalam kehidupan ini yang terkungkung akan ruang dan waktu, maka semuanya terpengaruh olehnya.Kalau digambarkan waktu itu seperti spiral, jadi dia bergerak berputar pada
loop yang berbeda walaupun pada posisi yang se lajur. Waktu itu tidak
pernah sama, detik sekarang dengan detik nanti tidak akan sama posisi
noktahnya. Dus, nilaipun menjadi tidak seragam lagi.
Ruang juga punya pengaruh, dalam hal ini diciptakan oleh manusia yang
menempatinya, mereka menyebutnya budaya (hasil budi daya manusia).
Seiring dengan berjalannya waktu, manusia merubah nilai-nilai yang
dianutnya untuk sesuatu yang mudah, praktis dan tidak berbelit, serta nyaman.
Oleh karenanya akan terjadi aliran-aliran perubahan di dalamnya, aliran ini
sama dengan situasi dan kondisi yang meliputi kehidupan manusia sendiri,
sebagai acuan manusia untuk terlepas dari kesulitan.
Di jaman modern, yang semuanya terkungkung pada materialistik, budayapun
menjadi produk yang bisa diperdagangkan.
Lalu bagaimana menyikapinya? Pahami dulu apakah budaya itu akan
mempengaruhi 'aturan baku kitab suci' atau justru sebaliknya 'kitab suci
dipengaruhi budaya'?
Semestinya kita juga introspeksi memahami makna yang dikandung kitab suci
dengan kritis, mempertanyakan bagaiamana sekiranya Rosul lahir pada abad
ini, atau baru meninggal kemarin? Tentu penyelesaiannya akan berbeda.
Apabila kita memahami sesuatu seperti jaman dulu, maka kita akan dikatakan
'kolot'. Biarkan ayat yang diatur agama tetap, tetapi tafsirnya yang mengalir.
Itu barangkali yang bisa aku sarankan, sekedar untuk membantu memecahkan masalah
atau membantu bikin kusut? : )
Salam Selalu,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar