tempe bacem:
1. Seberapa yakinkah dengan reliabilitas alat ukurnya (dalam hal initim penguji)? Benar bahwa akan dilakukan kalibrasi, tapi karena timpengujinya juga menggunakan metode yang subyektif (misal: merasakanbadan gemetar kalau ada makhluk halus, kaki kiri semutan, kepalaberdenyut, dsb), maka reliabilitas alat ukurnya menurut saya kurangbagus.
harez:
Pendeteksian (penilaian) tentang keberadaan makhluk halus memang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Apa yang anda kemukakan memang pernah juga saya dengar/baca, tapi kan susah Mas kalau terlalu subyektif begitu, sukar kita menguji bahwa kepala berdenyut karena ada makhluk halus dengan kepala berdenyut lantaran pusing atau sebab lainnya.
Setahu saya, seluruh panca indera memang pernah diklaim dapat dipergunakan untuk mendeteksi keberadaan makhluk halus, ada yang melihat dengan mata, ada yang mencium bau-bauan tertentu (ada yang harum, ada yang busuk), ada yang mendengar suara-suara (dari yang tidak jelas sampai perkataan yang jelas dan mudah dimengerti), ada yang merasa suhu udara mendadak berubah secara signifikan (sampai bulu kuduk merinding), dan sebagainya. Yang relatif jarang / susah untuk dibayangkan adalah penggunaan indera pengecap, makhluk halus itu rasanya pedas, asin, manis atau apa? Tetapi, ada orang-orang tertentu yang mengaku dapat mengetahui apakah suatu minuman ada isinya atau tidak. Nalar sederhananya adalah, seperti kita sering lihat juga di film-film atau berbagai tayangan, air putih (yang "dibacain", dijampi-jampi, atau entah apapun namanya) sering dipergunakan sebagai medium untuk melakukan hal-hal yang "supranatural"
Pendeteksian/
Kalibrasi yang saya maksud, dalam tulisan saya terdahulu, tentu harus berupaya meminimalkan subyektifitas dari penilaian tersebut. Salah satu cara misalnya adalah dengan membatasi penilaian berdasarkan penggunaan indera tertentu saja. Misalnya pada indera penglihatan saja.
tempe bacem:
Lebih bagus kalau digunakan alat ukur yang lebih handal (psikometrik, atau mengukur perubahan fisiologis)
harez:
Sejauh pengetahuan saya, belum pernah ada alat ukur psikometri yang dapat mendeteksi keberadaan makhluk halus, dan tampaknya memang sukar untuk menyusun alat ukur psikometri seperti itu.
Penggunaan alat ukur untuk mengukur perubahan fisiologis memang sudah cukup banyak dipergunakan, misalnya seperti Galvanic Skin Response, ECG, EEG, dan sebagainya. Namun, pengukuran ini kurang atau bahkan tidak dapat dipergunakan untuk mendeteksi perubahan keberadaan makhluk halus di sekitar subyek penelitian.
Alat bantu lain yang mungkin saja dipergunakan adalah foto aura, selain harganya mahal (untuk kamera yang benar-benar berkualitas, bukan yang tricky, kalau dikurs harganya di atas 100 juta), kamera aura sebenarnya juga kurang dapat menangkap keberadaan makhluk tersebut.
Alat bantu yang cukup murah adalah Electro Magnetic Field (EMF) detector. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi perubahan medan elektro magnetic pada suatu lokasi tertentu. Asumsi yang dipergunakan adalah bahwa makhluk halus pada dasarnya memiliki gelembang elektromagnetik tertentu. Harganya berkisar 300ribu - 2 juta rupiah. Alat ini sudah banyak dipergunakan sebagai alat bantu oleh penggemar fotografi hantu, dan dilaporkan cukup banyak membantu.
Saya tidak tahu persis, apakah tayangan-tayang di televisi juga mempergunakan alat bantu ini atau tidak. Kalau dari cara perekaman yang kontinyu selama berjam-jam, tampaknya sih tidak.
Namun, EMF detector ini juga lebih mengukur perubahan medan elektromagnetik, kurang dapat memberikan gambaran apakah makhluk halus bertambah, bertukar, atau mungkin juga sedang berubah emosinya, sehingga mempengaruhi medan elektromagnetik.
Penggunaan tim penilai sebagaimana yang saya kemukakan, merupakan salah satu cara "baru" dalam studi tentang fenomena supranatural, sejauh pengetahuan saya, hal tersebut belum pernah dilakukan dalam studi-studi parapsikologi maupun psikologi transpersonal. Memang pasti, banyak kekurangannya disana-sini. Walaupun demikian, kalau memang hal itu dapat diwujudkan, dari satu studi ke studi lain, kekurangan-kekurang
tempe bacem:
2. Kelompok kontrol sangat penting. Menurut saya, yang ideal adalahdibentuk satu lagi kelompok yang deberi intervensi dengan metode yangngawur (misal: dekon dengan metode yang palsu, bertolak belakang denganmetode dekon baku). Metode intervensinya harus disepakati dulu dengantim intervensi, yaitu metode yang diyakini TIDAK AKAN menghasilkanapa2.
harez:
Setuju sekali Mas. Dan pengelompokan subyek penelitiannya dilakukan secara random (random assignment), biar lebih mantap.
tempe bacem:
3. Kira2 siapa yang mau ngerjain penelitian aneh ini ya? Dan siapa pulayang mau jadi sponsor.... hehehehe... haute mungkin? hehehehhe
harez:
Ha....ha....
salam,
harez
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar