Namanya juga makhluk halus, artinya ia tidak mempunyai massa atau
kandungan benda/zat. "sesuatu" apapun itu bila tidak mempunyai massa
maka ia akan "bergerak" seperti cahaya(kecepatannya setara dengan
kecepatan cahaya), pasti tidak akan tampak dengan kasat mata.
Contoh "sesuatu" yang ada tidak mempunyai massa misalnya mautan medan
magnet plus dan minus (u/s). Ketika ada gaya tarik atau gaya tolak
maka secara visual ada tukar menukar muatan sampai jarak tertentu,
ibarat bola(muatan) yang berloncatan dari satu magnet ke magnet/besi
lain. "bola" muatan itu tidak tampak tapi ada dampak(tertarik atau
terdorong).
Jadi mengukur "makhluk halus" sepertinya tidak mungkin, yang mungkin
adalah mengukur dampaknya. Seperti pergerakan suatu benda(botol) tanpa
ada gaya yang deberikan terhadap benda(botol) tersebut, atau
gerakan-gerakan lainnya yang menyalahi hukum newton I, II, dan III.
(kelebaman, aksi dan reaksi, Gerak lurus beraturan)
Jadi menarik sekali ide Bung Singamangap eh.. sinaga harahap ini.
Perlu kolaborasi psikolog, fisikawan dan dukun metu serta tentunya
soal sponsor yang bisa digaet melalu media tv yang lagi bersaing.
Salam mangap
--- In psikologi_transform
<sinagahp@..
>
>
> tempe bacem:
> 1. Seberapa yakinkah dengan reliabilitas alat ukurnya (dalam hal
initim
> penguji)? Benar bahwa akan dilakukan kalibrasi, tapi karena
> timpengujinya juga menggunakan metode yang subyektif (misal:
> merasakanbadan gemetar kalau ada makhluk halus, kaki kiri semutan,
> kepalaberdenyut, dsb), maka reliabilitas alat ukurnya menurut saya
> kurangbagus.
>
> harez:
> Pendeteksian (penilaian) tentang keberadaan makhluk halus memang dapat
> dilakukan dengan berbagai cara. Apa yang anda kemukakan memang pernah
> juga saya dengar/baca, tapi kan susah Mas kalau terlalu subyektif
> begitu, sukar kita menguji bahwa kepala berdenyut karena ada makhluk
> halus dengan kepala berdenyut lantaran pusing atau sebab lainnya.
>
> Setahu saya, seluruh panca indera memang pernah diklaim dapat
> dipergunakan untuk mendeteksi keberadaan makhluk halus, ada yang melihat
> dengan mata, ada yang mencium bau-bauan tertentu (ada yang harum, ada
> yang busuk), ada yang mendengar suara-suara (dari yang tidak jelas
> sampai perkataan yang jelas dan mudah dimengerti), ada yang merasa suhu
> udara mendadak berubah secara signifikan (sampai bulu kuduk merinding),
> dan sebagainya. Yang relatif jarang / susah untuk dibayangkan adalah
> penggunaan indera pengecap, makhluk halus itu rasanya pedas, asin, manis
> atau apa? Tetapi, ada orang-orang tertentu yang mengaku dapat mengetahui
> apakah suatu minuman ada isinya atau tidak. Nalar sederhananya adalah,
> seperti kita sering lihat juga di film-film atau berbagai tayangan, air
> putih (yang "dibacain", dijampi-jampi, atau entah apapun namanya) sering
> dipergunakan sebagai medium untuk melakukan hal-hal yang "supranatural"
> Mandi air kembang juga sering dipergunakan untuk tujuan yang sejenis.
> Kalau teh atau minuman lainnya? Ada kemungkinan juga kan?
>
> Pendeteksian/
> batin atau bayangan yang melintas begitu saja di pikiran seseorang.
> Walaupun hal ini mungkin tipis bedanya dengan fantasi/imajinasi, cara
> seperti ini sering juga diklaim sebagai salah satu cara untuk mendeteksi
> keberadaan makhluk halus.
>
> Kalibrasi yang saya maksud, dalam tulisan saya terdahulu, tentu harus
> berupaya meminimalkan subyektifitas dari penilaian tersebut. Salah satu
> cara misalnya adalah dengan membatasi penilaian berdasarkan penggunaan
> indera tertentu saja. Misalnya pada indera penglihatan saja.
>
> tempe bacem:
> Lebih bagus kalau digunakan alat ukur yang lebih handal (psikometrik,
> atau mengukur perubahan fisiologis)
>
> harez:
> Sejauh pengetahuan saya, belum pernah ada alat ukur psikometri yang
> dapat mendeteksi keberadaan makhluk halus, dan tampaknya memang sukar
> untuk menyusun alat ukur psikometri seperti itu.
>
> Penggunaan alat ukur untuk mengukur perubahan fisiologis memang sudah
> cukup banyak dipergunakan, misalnya seperti Galvanic Skin Response, ECG,
> EEG, dan sebagainya. Namun, pengukuran ini kurang atau bahkan tidak
> dapat dipergunakan untuk mendeteksi perubahan keberadaan makhluk halus
> di sekitar subyek penelitian.
>
> Alat bantu lain yang mungkin saja dipergunakan adalah foto aura, selain
> harganya mahal (untuk kamera yang benar-benar berkualitas, bukan yang
> tricky, kalau dikurs harganya di atas 100 juta), kamera aura sebenarnya
> juga kurang dapat menangkap keberadaan makhluk tersebut.
>
> Alat bantu yang cukup murah adalah Electro Magnetic Field (EMF)
> detector. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi perubahan medan elektro
> magnetic pada suatu lokasi tertentu. Asumsi yang dipergunakan adalah
> bahwa makhluk halus pada dasarnya memiliki gelembang elektromagnetik
> tertentu. Harganya berkisar 300ribu - 2 juta rupiah. Alat ini sudah
> banyak dipergunakan sebagai alat bantu oleh penggemar fotografi hantu,
> dan dilaporkan cukup banyak membantu.
>
> Saya tidak tahu persis, apakah tayangan-tayang di televisi juga
> mempergunakan alat bantu ini atau tidak. Kalau dari cara perekaman yang
> kontinyu selama berjam-jam, tampaknya sih tidak.
> Namun, EMF detector ini juga lebih mengukur perubahan medan
> elektromagnetik, kurang dapat memberikan gambaran apakah makhluk halus
> bertambah, bertukar, atau mungkin juga sedang berubah emosinya, sehingga
> mempengaruhi medan elektromagnetik.
>
> Penggunaan tim penilai sebagaimana yang saya kemukakan, merupakan salah
> satu cara "baru" dalam studi tentang fenomena supranatural, sejauh
> pengetahuan saya, hal tersebut belum pernah dilakukan dalam studi-studi
> parapsikologi maupun psikologi transpersonal. Memang pasti, banyak
> kekurangannya disana-sini. Walaupun demikian, kalau memang hal itu dapat
> diwujudkan, dari satu studi ke studi lain, kekurangan-kekurang
> ada tentunya perlu diperbaiki. Secara metodologi, penggunaan beberapa
> penilai (rater) sekaligus, diharapkan dapat mengurangi subyektifitas.
> Analisa dapat diperkaya dengan bantuan dokumentasi foto/video.
>
> tempe bacem:
> 2. Kelompok kontrol sangat penting. Menurut saya, yang ideal
> adalahdibentuk satu lagi kelompok yang deberi intervensi dengan metode
> yangngawur (misal: dekon dengan metode yang palsu, bertolak belakang
> denganmetode dekon baku). Metode intervensinya harus disepakati dulu
> dengantim intervensi, yaitu metode yang diyakini TIDAK AKAN
> menghasilkanapa2.
>
> harez:
> Setuju sekali Mas. Dan pengelompokan subyek penelitiannya dilakukan
> secara random (random assignment), biar lebih mantap.
>
>
> tempe bacem:
> 3. Kira2 siapa yang mau ngerjain penelitian aneh ini ya? Dan siapa
> pulayang mau jadi sponsor.... hehehehe... haute mungkin? hehehehhe
>
> harez:
> Ha....ha....
> yang berminat, mungkin tidak perlu sponsor. Ha....ha....
>
> salam,
> harez
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar