Baru selesai membalas yang kedua, yang pertama sudah dibalas :)
> Anda agak kurang pas menafsirkan pendapat saya. Yang dimaksud bukan sebagai kerja beneran di bagian penerangan.
> Yang saya maksud adalah orang belajar di psikologi dikasih berbagai derivat aliran2 nya sehingga fasih menguraikannya seperti layaknya kita ketemu resepsionis sebuah pameran. Tapi kalau orang itu masuk dan menjaga salah satu stand, maka dia tidak perduli kiri kanannya.
Anda kurang pas menafsirkan pendapat saya. Saya tidak pernah bermaksud harafiah "kerja beneran di bagian penerangan". Saya menangkap dengan pas maksud Anda, dan tidak setuju dengan itu. Harez dan nama2 lain saya sebut sebagai contoh bagaimana seorang lulusan pendidikan psikologi menerapkan trans-disipliner ;)
> Ada yang mulai sadar dan menggunakan pendekatan inter-disipliner, tapi yang terjadi hanya penjumlahan, bukannya trans-disipliner.
> Inilah perlunya memahami the hidden connections , sehingga kita bisa menjadi the specialist for the construction of the whole !
> Dalam kedokteran cina : sakitnya bisa di kepala, tapi yang ditusuk jarum justeru kakinya.
> Kalau pendekatan barat, yah segera discan aja otaknya.
Inilah mengapa saya kemarin mempertanyakan pendapat Anda tentang milis yang isinya "debat pepesan kosong', yang Anda sebut berharga hanya sebagai sumber informasi ;). Buat saya, apa yang terjadi di milis ini adalah semacam "menusuk kaki supaya sakit kepala sembuh" ;)
> Kalau anda mengaharapkan saya bisa menuliskan semua pikiran saya dalam millis ini sehingga bisa menjadi semacam Juklak, maka seperti seorang anak sedang main di pantai dan membuat lubang lalu menciduk air laut untuk dimasukkan ke dalamnya.
> Lalu ada orang terpelajar yang bertanya : lagi ngapain lu ? Ia menjawab : mau memindahkan laut ke lubang ini.
> Padahal rasa cabe aja tidak bisa dituliskan, tapi harus dimakan sendiri.
> Meski sudah makan, kita juga tidak mampu menuliskan dengan kata-kata. Lalu hrs bagaimana dong pemecahannya ?
Saya tidak meminta Anda menuliskan semua pikiran Anda menjadi juklak ;). Saya hanya ingin Anda menunjukkan bahwa Anda bisa lebih spesifik dalam langkah yang nyata :)
Tampaknya langkah yang lebih spesifik sudah Anda tuliskan di jawaban email selanjutnya sih, tapi baru saya baca sekilas. Jadi rasanya yang ini tidak saya perpanjang lagi :)
> Yang paling realistis adalah kalau kita kumpul dan saya akan jelaskan secara verbal maupun dng body language.
> Itupun akhirnya hanya menjadi seperti telunjuk yang menunjuk ke bulan, bukan bulan itu sendiri !
> Para pendengarnya harus mengunyah sendiri !
> Secara garis besar hal itu saya sudah jelaskan dalam buku Kearifan Timur !
Saya garis bawahi pendapat Bapak: para pendengarnya harus mengunyah sendiri ;)
Yup! Ini adalah sesuatu yang sangat saya percayai sebagai jalan untuk mendapatkan "pencerahan"
Itu sebabnya saya ragu apakah kita bisa meng-klaim hal ini sebagai tujuan pendidikan formal :) Tetap, dalam sebuah pendidikan formal, kita perlu ukuran2 yang bisa berlaku universal atas pengajaran yang kita lakukan :)
> Memang semua harus dimulai dulu dari belajar ayat, tapi puncak penguasaannya adalah bukan menjadi seperti sebuah tape.
> Dikatakan dalam Zen bahwa ketika pedang musuh sudah mendekati dan kamu masih mencari-cari ayatnya, maka berarti kematian sedang menjemputmu.
Yang ini saya setuju: puncak penguasan bukan menjadi sebuah tape yang hanya hafal ayat :). Saya tidak bertentangan dengan Bapak mengenai hal ini. Namun saya rasa ini adalah masalah kemauan dan kemampuan mengunyah masing2 individu, sehingga agak sulit jika sebuah institusi pendidikan formal meng-klaim hal ini sebagai tujuan pendidikannya :)
Yang saya perhatikan sekarang: pendidikan formal psikologi menunjukkan banyak pohon, dan selanjutnya terserah mereka bagaimana mengembangkannya. Toh, kita tidak bisa memaksa semua orang untuk mau belajar lebih banyak :)
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar