Ayooooo mas gotho ...
sekali serangan balik tuh dari trio ibu2,,,
hehehehe...
/Lu2
non_sisca <non_sisca@yahoo.co.in> wrote:
non_sisca <non_sisca@yahoo.
sip Lu !
Nyai Ontosoroh di dalam kyai Gotholoco lagi ngambeq, gak bisa
nyeberang jalan sendiri, padahal ayam aja bisa, cape deh
hehe..
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups , lulu <lu2_mm@...>.com
wrote:
>
> kangmas gotho..
> hanya mau minta kejelasan aja, bener gak kata `menyunyu` itu ??
> apa memang ada kata2 baru dari kamus besar bahasa indoensia ???
> yang gak penting, mau BULU,BUCA,BUBLIS gak peduli yang penting
masih akan tetap dan selalu MANIEEEEEEZZZZZZZZZ
>
> salam manis dari yang selalu manis
> /Lu2
>
>
> gotholoco <gotholoco@...> wrote:
> untung ayam tidak menyunyu...
> coba kalo harus menyunyu kasian deh, anak ayam akan susah nyari
nyunyu
> terhalang oleh bulu-bulu.
>
> kalau ntar menikah lulu dipanggil: Bulu, kalau non_sisca: Buca
> Kalau ratih: Bublis hahahahaha....haha... .hah
> [hendrik kambuh lagi]
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups , "non_sisca".com
> <non_sisca@> wrote:
> >
> >
> > hihihihi...kalo gak bertelur, ayam nya gak bisa nyeberang jalan,
Lu,
> > keberataaaaaan telur.
> >
> >
> >
> > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups , lulu <lu2_mm@>.com
> > wrote:
> > >
> > > ``Mengapa lebih banyak orang yang ingin menikah ketimbang yang
> > tidak?``
> > > ====
> > > mungkin untuk jawaban yang ini, kita harus melihat kembali diri
> > kita, dengan kata lain balikin lagi ama yang bersangkutan, dengan
> > tidak melihat gendernya, dan dengan seribu alasan yang
mendasarinya
> > kenapa memilih satu diantara dua pertanyaan itu ..
> > >
> > > kalo melihat dari kacamata agama, mungkin `tuhan menciptakan
> > manusia secara berpasang2an` kita akan terpicu untuk melihat kalo
> > standard dari kebahagiaan itu adalah pernikahan, tapi benerkah
> > demikian ???
> > > kita jawab dari kacamata kita sendiri sebagai manuasia yang
telah
> > memilih satu diantara dua pertanyaan itu...
> > > orang pasar turi sih pernah bilang... percuma uang banyak, akan
> > selalu menjadi yang paling rugi dan nelongso kalo gak menikah, la
> > wong ayam aja masih terus bertelur...!!!
> > >
> > > salam
> > > /Lu2
> > >
> > >
> > >
> > > Nana P <fe36smg@> wrote:
> > >
> > http://serbaserbikehidupan.blogspot .com/2007/ 08/menikah. html
> > >
> > > Mengapa lebih banyak orang yang ingin menikah ketimbang yang
tidak?
> > (masih merunut ke artikel yang sama Ã`Istri yang Ingin
IndependenÃ')
> > > Jawabannya adalah kultur patriarki yang mengagungkan perkawinan
> > masih lebih terkenal dibandingkan kacamata memahami diri
sendiriÃÂ
> > misal seseorang pun bisa menggapai kebahagiaan yang hakiki dengan
> > hidup sendiri. Ayat Alquran yang mengatakan bahwa Allah
menciptakan
> > makhluk hidup ini secara berpasangan diinterpretasikan secara
Ã`apa
> > adanyaÃ' tanpa melihat konteks mengapa ayat tersebut turun
semakin
> > mengukuhkan pandangan bahwa melalui perkawinan lah seseorang akan
> > mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia ini. Juga
mengartikannya
> > secara sempit, bahwa berpasangan berarti semua manusia diciptakan
> > memiliki pasangan di dunia ini. (Bukankah banyak orang yang
keburu
> > meninggal sebelum menikah?)
> > > Dalam tulisan ini aku ingin menuliskan tentang dua temanku yang
> > lain, yang bisa dikategorikan Ã`menikah dalam usia yang
terlambatÃ',
> > sekitar pertengahan tiga puluh. Sebelum menikah, aku yakin mereka
pun
> > terprovokasi Ã`anggapanÃ' bahwa perkawinan akan membawa mereka
ke
> > satu kehidupan yang paripurna. Keduanya mengenakan jilbab, yang
> > biasanya berkonotasi bahwa mereka memahami ajaran agama lebih
> > mendalam dibandingkan mereka yang telanjang kepala. :)
> > > Aku mulai dari seseorang yang kuberi nick Lia di sini. Dia
pernah
> > memiliki seorang pacar, sekitar sepuluh tahun yang lalu. Semenjak
> > putus itu, dia tidak pernah memiliki pacar lain, karena tetap
> > berharap bahwa mantan pacarnya ini akan kembali kepadanya. Dulu
dia
> > kukenal sebagai seseorang yang pro poligami. Mungkin dia benar-
benar
> > mencintai mantan pacarnya yang telah menikahi perempuan lain itu
> > (cinta sejati ataukah cinta buta?) sehingga berkeyakinan bahwa
dia
> > tidak keberatan untuk menjadi istri kedua. Sayang, si laki-laki
ini
> > benar-benar menghilang dari kehidupannya.
> > > Setelah berkawan akrab dengankulah kutengarai dia mulai
berpikir
> > bahwa poligami merupakan salah satu kejahatan manusia tingkat
tinggi.
> > FYI, ini bukan ideku, melainkan ide seorang kawan lain yang
beragama
> > Kristen namun menikahi seorang laki-laki Muslim yang berdarah
Arab.
> > Mungkin juga karena akhirnya Lia mulai bosan menunggu sang mantan
> > pacar pujaan untuk kembali kepadanya, untuk menjadikannya sebagai
> > istri kedua.
> > > Aku mengenal Lia sebagai seorang perempuan yang (nampaknya)
> > menikmati kesendiriannya, sehingga tidak mudah terusik dengan
> > pertanyaan-pertanyaan jail orang sekitar, Ã"Kapan kamu menikah?
Ã"
> > ataupun gunjingan orang, Ã"Kasihan deh dia belum laku di usianya
yang
> > telah lebih 30 tahun.Ã" Namun mungkin anggapanku ini salah
tatkala
> > satu hari aku mendengarnya berbicara kepada seorang rekan kerja,
> > Ã"Eh, kenalin aja dia padaku.Ã" Tatkala rekan kerjaku ini
menawarkan
> > seorang laki-laki yang sedang mencari calon istri.
> > > Singkat kata tak lama setelah rekan kerja ini memperkenalkan
Lia
> > kepada laki-laki tersebut, dia berkata padaku bahwa mereka akan
> > menikah. GUBRAK. Apakah diam-diam ternyata Lia pun mengidap
penyakit
> > yang biasa menghinggapi para lajang perempuan di sekitarkuÃÂ
tidak
> > pede dengan kesendiriannya, dan termakan omongan orang bahwa
> > perkawinan akan membawanya ke gerbang kebahagiaan? Dia bilang
setelah
> > shalat istikharah dia serasa mendapatkan petunjuk dari Allah
bahwa
> > laki-laki itu dikirim oleh Allah untuk menjadi pendamping
hidupnya.
> > > (FYI, aku tipe orang yang percaya bahwa Ã`petunjukÃ' semacam
itu
> > merupakan refleksi apa yang sebenarnya kita inginkan dari alam
bawah
> > sadar. Dalam alam bawah sadarnya, Lia mungkin ingin segera
menikah.
> > Dan keinginan ini muncul dalam mimpinya, ataupun menguasai
> > kesadarannya yang kemudian dia baca sebagai petunjuk dari Allah.)
> > > Setelah menikah, dan mendapati ternyata suaminya menderita
> > schizophrenia yang akut, pernah masuk ke rumah sakit jiwa selama
> > beberapa waktu, Lia merasa marah kepada keluarga suami yang
menutup-
> > nutupi keadaan itu. Namun tatkala dia ingin menceraikan suaminya,
> > keluarga suami mengatakan, Ã"Tolong jangan ceraikan dia saat
ini,
> > tunggu sampai dia sembuh.Ã" Setelah Lia berkonsultasi dengan
dokter
> > yang pernah merawat suaminya, dia mengetahui bahwa kemungkinan
sembuh
> > itu sangatlah kecil.
> > > Sekarang Lia tinggal di sebuah kota yang terletak di Jawa
Timur,
> > (dia pindah kesana bulan April 2006, setelah mendapatkan
pekerjaan
> > yang mapan disana) sedangkan suaminya tetap tinggal di Semarang.
Lia
> > telah mengubur impiannya bahwa perkawinan akan membawanya ke satu
> > kehidupan yang penuh kebahagiaan.
> > > Temanku yang kedua, sebut saja namanya Uni. Berbeda dengan Lia
yang
> > (dulu) nampak pede dengan kelajangannya, Uni selalu nampak ingin
> > segera menikah. Ã`KacamataÃ" patriarki bahwa perkawinan akan
membawa
> > seorang perempuan ke gerbang kebahagiaan membuatnya benar-benar
ingin
> > segera dipinang oleh sang pangeran. Itulah sebabnya tatkala ada
> > seorang laki-laki yang melamarnyaÃÂmeskipun berusia 9 tahun
lebih
> > muda, dan jenjang pendidikan yang berada di bawahnyaÃÂUni
segera
> > menerimanya. Dia telah benar-benar gerah dengan pertanyaan usil
orang-
> > orang sekitar, Ã"Kapan kamu menikah?Ã" Dengan menikah, dia
berharap
> > bahwa dia akan segera mengakhiri Ã`penderitaannyaÃ', tudingan
sebagai
> > seseorang yang tidak diinginkan.
> > > Apa yang dia katakan tak lama setelah dia menikah? Ã"Aku
tertipu.
> > Kata orang menikah itu enaknya hanya 10%, sedangkan yang 90%
uenak
> > banget. Kenyataannya? Yang 90% itu adalah perjuangan dan
harapan.Ã"
> > Di saat lain dia mengatakan, Ã"Kata siapa pernikahan hanya
membawa
> > kebahagiaan?Ã" beberapa waktu lalu dia mengatakan, Ã"Masih
mending
> > tidak menikah, paling kita cuma merasa terganggu saja tatkala
orang
> > dengan usilnya menanyakan kapan kita menikah. It was not a big
deal.
> > Setelah menikah? Uh ... banyak sekali permasalahan yang
timbul.Ã" Hal
> > ini lebih diperburuk lagi dengan ucapan misoginis adiknya yang
laki-
> > laki, Ã"Udahlah mbak, diterima saja. Udah untung ada yang mau
> > menikahimu!Ã" ucapan yang bisa dikategorikan KDRT, kekerasan
secara
> > psikis, karena hal ini bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan
diri
> > seseorang.
> > > Tatkala Uni setengah menggugat ibunya yang dulu terus menerus
> > menyuruhnya segera menikah, ibunya mengatakan, Ã"Masak dulu Ibu
> > menyuruhmu begitu?Ã" dia tidak mau mengakuinya.
> > > Hal ini jelas terlihat bahwa Uni menikah karena dia masih
> > menggunakan Ã`kacamataÃ' publik yang patriarki bahwa Ã`menikah
itu
> > harus dan perluÃ'. Tatkala dia mulai mencoba menggunakan
> > Ã`kacamataÃ'nya sendiri untuk melihat dan memahami diri
sendiri, dia
> > pun menyesal. Namun tatkala aku bercerita tentang kasus Lia
> > kepadanya, Uni mengatakan, Ã"Aku masih lebih beruntung.Ã"
> > > Akan bertahan berapa lama lagikah kacamata yang dipakai oleh
kultur
> > patriarki untuk menilai sebuah perkawinan di Indonesia ini? Masih
> > sangat lama kukira. Di negara-negara Barat dimana kesadaran kaum
> > perempuan akan kesetaraan diri mereka dengan kaum laki-laki yang
jauh
> > lebih tinggi dari Indonesia pun, masyarakatnya masih tetap
> > mengidolakan perkawinan.
> > > PT56 17.20 260807
> > >
> > >
> > > Minds are like parachutes, they only function when they are
open.
> > > (Sir James Dewar)
> > > visit my blogs please, at the following sites
> > > http://afemaleguest.blog.co. uk
> > > http://afeministblog.blogspot. com
> > > http://afemaleguest.multiply. com
> > >
> > > THANK YOU
> > > Best regards,
> > > Nana
> > >
> > >
> > > --------------------- --------- ---
> > > Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join
Yahoo!'s
> > user panel and lay it on us.
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --------------------- --------- ---
> > > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda
di
> > Yahoo! Answers
> > >
> >
>
>
>
>
>
>
> --------------------- --------- ---
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di
Yahoo! Answers
>
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar