Fenomenologi Kisah dari Sirikit Syah
Oleh:
Audifax
Penulis buku "Mite Harry Potter" (2005) dan "Imagining Lara Croft" (2006)
Ketika membaca kisah-kisah dalam kumpulan cerpen "Sensasi Selebriti", saya seolah diajak untuk berfenomenologi. Fenomenologi muncul sebagai bentuk ketakpuasan pada kecenderungan manusia untuk mengonstruksi (sosial) apapun yang dilihatnya, sehingga realitas tak menampakkan diri apa adanya. Konstruksi itupun tak jarang dimuati anggapan atau tafsiran sehingga realitas itu menjadi terpasung dalam bangunan benar-salah, pantas-tidak pantas, boleh-tidak boleh dan seterusnya. Dalam fenomenologi dihadirkan sebuah pendekatan deskriptif murni, bukan normatif. Pendekatan inilah yang dalam amatan saya, juga dihadirkan oleh Sirikit Syah dalam 'Sensasi Selebriti'.
Secara sederhana, fenomenologi bisa kita pahami sebagai ilmu (logos) tentang hal-hal yang menampakkan diri (phainomenon). Phainomenon adalah kata dalam bahasa Yunani yang berakar pada kata phainesthai atau'yang menampakkan diri'. Apa yang menampakkan diri? Bisa macam-macam: perasaan, benda, peristiwa, tubuh, pikiran, lembaga, dsb. Segala yang menampakkan diri itu disebut fenomen. Dalam 'Sensasi Selebriti', fenomen itu ada dalam 13 cerita pendek yang bertutur tentang hati seorang laki-laki, pembelaan terhadap poligami, perslingkuhan hingga potret buram kebebasan pers.
Berfenomenologi, bersikap sebagai pemula
Apa maksudnya berfenomenologi? Berfenomenologi pada dasarnya adalah ajakan untuk bersikap sebagai pemula. Pemula yang bagaimana? Pemula yang 'tidak merasa sudah selalu melihat' dan merasa apa yang sudah selalu terlihat memang seharusnya terlihat seperti itu. Titik pembahasan fenomenologi terletak pada persoalan ketika melihat sesuatu, kita seringkali sudah yakin dengan tafsir taken-for-granted atas apa yang terlihat, misalnya ketika melihat fenomen poligami atau perselingkuhan. Lalu, kitapun menempatkan realitas itu dalam konstruksi benar-salah, boleh-tidak boleh, pantas-tidak pantas, dst dan kehilangan esensi realitas yang sebenarnya. Pada titik inilah fenonenologi bukan mau membaca dalam konstruksi sosial melainkan mencoba membiarkan menampak asal-usul dari realitas yang menampak.
Bersikap sebagai pemula, berarti dengan rendah hati meragukan konstruksi yang kita buat atas suau realita. Seperti ketika saya membaca kisah berjudul: "Dia ingin dimadu", "Hati Lelaki", "Lelaki dari Masa Lalu"; pada kisah itu pembaca diajak untuk membaca deskripsi realita dan bukan mengonstruksi realita itu dengan label: 'Menyeleweng', 'Dosa', 'Mengumbar Nafsu' dan sejenisnya. Melalui deskripsi itulah pembaca diajak untuk menyadari bahwa di luar konstruksi sosial atas realita, terdapat hal yang sejatinya manusiawi. Hal yang manusiawi inilah yang jika kita renungkan kerap terpinggirkan ketika realitas tak dibiarkan menampak apa adanya. Di sinilah diperlukan kebijakan untuk bersikap sebagai pemula.
Membiarkan 'Ada' menampak
Menampaknya fenomen ini juga sempat dibahas Martin Heidegger sebagai upaya membiarkan 'Ada' menampak pada diri 'Ada' itu sendiri. Artinya, kita tak memaksakan penafsiran-penafsiran begitu saja, melainkan membuka diri, membiarkan 'Ada' terlihat (Sehenlassen). Pada titik ini, cara berpikir sejatinya juga dipersoalkan, karena ciri utama berpikir adalah penciutan pluralitas 'Ada' di antara manusia menjadi sebatas 'Aku-bersama-diriku'. Ketika 'Aku-tengah-Berpikir' (Ego Cogito), maka saat itu juga 'Aku' memisahkan diri dari orang, benda, dan peristiwa di sekitarku dan masuk dalam orang, benda, dan peristiwa yang sebatas ada dalam pikiranku.
Titik di mana 'Aku-tengah-Berpikir' inilah yang mesti disertai keterbukaan pada kemungkinan 'Ada'-nya yang lain dari yang bisa kupikirkan. Kemawasan bahwa bagaimana 'Aku-Berpikir' tak lepas dari konstruksi yang kumiliki sebagai hasil pembelajaran di masa lalu. Dengan fenomenologi, kita diingatkan bahwa kita juga leluasa membolak-balik semua konstruksi ketertiban sehari-hari sehingga bisa kuhadirkan masa lalu yang sudah lenyap sekaligus bisa kuimajinasikan kemungkinan dari masa depan yang belum ada.
Pengalaman 'Aku-Berpikir' (The Thinking Ego) inilah yang agaknya coba dieksplorasi dalam fenomenologi kisah demi kisah di buku 'Sensasi Selebriti'. Sirikit mengajak pembaca untuk keluar dari 'Aku-Berpikir' yang terbatas dan menyentuh the never neverland alias dunia yang tak kita alami sebatas konstruksi sosial, seperti tampak dalam kisah "Hadiah" dan "Perempuan Suamiku". Di sinilah kegiatan berpikir mengikutsertakan dunia yang menampak dalam kisah tetapi dengan terlebih dulu menanggalkan materialitas konstruksi, lalu barulah memunculkan kembali penampakan realitas itu dalam ingatan serta menatanya secara leluasa dalam imajinasi kita sebagai pembaca.
Secara umum, kisah-kisah dalam 'Sensasi Selebriti' ini bertutur mengenai peristiwa yang bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja. Namun, peristiwa-peristiwa itu juga yang kerapkali kemenampakkannya selalu terjerat dalam konstruksi sosial atas realita. Ketika anda membaca 'Sensasi Selebriti' dengan menggunakan konstruksi sosial anda, bisa jadi andapun akan terjebak untuk membenarkan-menyalahkan entah tokoh dalam cerita atau malahan penulisnya. Namun, ketika pembacaan itu dilakukan dengan berfenomenologi, maka akan ditemukan menampaknya kemungkinan yang lain dari apa yang selama ini diterima secara taken-for-granted. Baik membaca dengan konstruksi sosial ataupun berfenomenologi, keduanyapun adalah pilihan bebas pembaca, tak ada benar-salah atau mana yang lebih baik, namun pilihan andalah yang menampakkan siapa anda sebenarnya.
Bagi anda yang berminat mendiskusikan esei ini, saya mengundang anda bergabung di milis Psikologi Transformatif. Klik: www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total member telah melebihi 1900, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai wacana muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi "Di mana ada manusia, di situ psikologi bisa diterapkan" di sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di Fakultas Psikologi Indonesia.
Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia "Lia" Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis Kartika, Ratih Ibrahim, Sartono Mukadis, Nurudin Asyhadie
Jika anda ingin bergabung namun tidak ingin inbox e-mail anda dipenuhi oleh posting message (yang sangat padat, rata-rata 2500 perbulan), anda bisa men-setting no e-mail dan menyaksikan bagaimana tragedi ini berlangsung via message archive di web Psikologi Transformatif.
Caranya:
- Gunakan ID yahoo
- Join dengan milis Psikologi Transformatif di: www.groups.yahoo.
com/group/ psikologi_ transformatif - Klik "join" yang ada di web Psikologi Transformatif
- Pada pilihan menu, pilih web only
- setiap kali anda ingin melihat apa yang terjadi di milis Psikologi Transformatif, anda tinggal ketik: www.yahoogroups.
com , lalu masuk dengan ID dan password Yahoo anda - Di pojok kiri anda dapat melihat daftar milis yang anda ikuti, pilih milis Psikologi Transformatif
- Jika anda sudah masuk ke web induk milis Psikologi Transformatif, pilih menu message.
- Selamat menikmati suguhan di message archive
Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar