Melampaui, Mentransformasi
Oleh:
Audifax
Penulis buku "Imagining Lara Croft" (2006, Jalasutra) dan "Semiotika Tuhan" (2007, Pinus)
"Teka-teki: Superman, Batman, Robin, siapa paling bodoh di antara ketiganya?
"Ga tau, emang siapa?"
"Begini...Batman itu bodoh."
'Lho?"
"Iya...karena dia pake jubah tapi ngga bisa terbang"
"Ooo..."
"Tapi Robin lebih bodo lagi!"
"Kok bisa?"
"Udah tau Batman bodo malah ditemenin"
Teka-teki banyolan di atas, bagi saya adalah sebuah contoh menarik untuk menjelaskan Übermensch. Kata ini biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Superman. Ada pula yang menerjemahkan menjadi Overman. "Over" barangkali lebih dekat dengan Über, karena memiliki makna "melampaui". Pelampauan manusia, itulah yang diajarkan Nietzche lewat 'Also Sprach Zarathustra'. Melalui tokoh Zarathustra, Nietzche mengucapkan pandangannya yang termasyhur: "Ich lehre euch den übermenchen. Der Mensch ist etwas, das überwunden werden soll" (Aku mengajarkan kepada kalian mengenai manusia-manusia atas. Manusia adalah sesuatu yang seharusnya dilampaui).
Tak gampang menjelaskan maksud Nietzche dengan Übermensch tersebut, namun barangkali contoh sederhana "Superman, Batman, Robin" itu bisa kita gunakan sebagai jembatan pemahaman. Banyak orang terendam dalam 'kebodohan' ala Robin dalam teka-teki di atas, yang ikutan pakai jubah dan menemani Batman yang pakai jubah tapi tidak bisa terbang. Barangkali banyak orang malah lebih parah dari contoh 'Robin' di atas karena mengira 'Batman' yang ditemaninya bisa 'terbang'. 'Batman sontoloyo' inipun juga berkoar bahwa dirinya bisa terbang sehingga para 'Robin' yang dungu ini percaya begitu saja. Mereka tak tahu bahwa 'Batman' ini sebenarnya adalah 'Bad Man'.
Bad Man? Ya, itulah gambaran orang-orang dekaden yang hidupnya terendam dalam kerendahan yang menyamakannya dengan binatang. Orang-orang ini sibuk mengingkari kelemahan diri yang dititipkan alam padanya. Alih-alih berkata "Ya" pada pemberian Alam, mereka justru mengutuki orang-orang lain yang diberi kelebihan yang tidak dimiliki para Bad Man ini. Lalu, para Bad Man ini mengemis dan menyebut perilaku hina itu sebagai 'memohon pada alam' atau 'berdoa pada Tuhan'. Persis inilah yang bisa kita lihat pada orang-orang yang menghalalkan segala cara atas nama 'Tuhan' atau 'Alam', orang-orang yang mengemis untuk sebuah kehidupan 'lebih baik' yang tak layak dimilikinya. Orang-orang ini bahkan tak tahu beda antara 'mengemis' dan 'berdoa memohon pada alam'.
Orang-orang semacam inilah yang dijelaskan oleh Nietztche sebagai der letzte mensch atau orang-orang terbelakang atau orang-orang dekaden. Mereka ini adalah penumpang gelap kehidupan, sejatinya mereka bahkan tak pantas untuk hidup itu sendiri. Orang-orang dekaden ini memiliki moralitas kawanan, mereka berkumpul atas dasar inferioritas dan menuhankan seorang (Bad Man) tempat mereka menggantungkan harapannya. Inilah yang disebut Nietzche sebagai tuhan-tuhan yang terlalu manusia dan karenanya tuhan-tuhan ini pun dapat mati.
KEBUDAYAAN SEBAGAI RUANG TRANSFORMASI
Nietzche mengemukakan kebudayaan-lah ruang yang mampu mentransformasi. Untuk menjelaskan ini lebih jauh, kita melihat gagasan awal Nietzche mengenai kebudayaan. Tujuan kebudayaan sesungguhnya adalah menghasilkan manusia-manusia atas (Übermensch) yang memberi makna kepada kehidupan ini. Ruang kebudayaan mesti mampu menghasilkan transformasi yang menumbuhkan bunga-bunga indah dari kebudayaan itu. Jadi, tujuan kebudayaan bukanlah 'kemanusiaan' atau mengasihani manusia lemah yang tak mampu berdiri di atas kakinya sendiri.
Lalu apa itu Übermensch? Nietzhche melukiskan Übermensch sebagai perpaduan antara Napoleon dan Goethe, bahkan perpaduan antara Caesar dan Yesus, atau perpaduan-perpaduan orang besar lainnya. Orang-orang besar ini jelas adalah orang yang mampu berdiri di atas kaki sendiri dan bukan para 'Bad Man'. Tapi di atas itu semua, Übermensch adalah yang dibayangkan Nietzche sebagai teladan Ja-Sagen (Berkata 'Ya') terhadap kehidupan ini dengan segala isinya.
Bagi anda yang berminat mendiskusikan esei ini, saya mengundang anda bergabung mendiskusikannya di milis Psikologi Transformatif
Bagi mereka yang ingin bergabung dengan milis Psikologi Transformatif, ketik:
www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total member telah melebihi 1900, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai wacana muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi "Di mana ada manusia, di situ psikologi bisa diterapkan" di sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di Fakultas Psikologi Indonesia.
Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia "Lia" Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis Kartika, Ratih Ibrahim, Sartono Mukadis, Nurudin Asyhadie
Jika anda ingin bergabung namun tidak ingin inbox e-mail anda dipenuhi oleh posting message (yang sangat padat, rata-rata 2500 perbulan), anda bisa men-setting no e-mail dan menyaksikan bagaimana tragedi ini berlangsung via message archive di web Psikologi Transformatif.
Caranya:
- Gunakan ID yahoo
- Join dengan milis Psikologi Transformatif di: www.groups.yahoo.
com/group/ psikologi_ transformatif - Klik "join" yang ada di web Psikologi Transformatif
- Pada pilihan menu, pilih web only
- setiap kali anda ingin melihat apa yang terjadi di milis Psikologi Transformatif, anda tinggal ketik: www.yahoogroups.
com , lalu masuk dengan ID dan password Yahoo anda - Di pojok kiri anda dapat melihat daftar milis yang anda ikuti, pilih milis Psikologi Transformatif
- Jika anda sudah masuk ke web induk milis Psikologi Transformatif, pilih menu message.
- Selamat menikmati suguhan di message archive
Boardwalk for $500? In 2007? Ha!
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar