Quote: Mana yang masuk surga lebih dulu?? Seorang sopir ugal-ugalan dijalan atau seorang rohaniwan/pastur?
Tuhantu: Proyek pengembangan yang bernama ½surga½ itu sudah diterminkan belon?... Kalau sudah diterminkan, siapa pemenang tendernya?..
Quote: mengenai bangsa besar??? bukannya sudah menjadi.....
Tuhantu: Yah, lupa Bangsa Indonesia itu memang bangsa yang ½besar½.... Bangsa yang besar korupsinya atas nama Tuhan YME? (apa ini sejenis adonan kue?:-)... Mereka yang korup itukan pada bersumpah sebelum dilantik ta´iye... Hihihihi... Mangkanya, Tuhan YME, merestui mereka nampaknya... Wakakakakaka.
Be Fun
Tuhantu
--- In psikologi_transform
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Karena berkaitan dengan rohaniwan, ada satu pertanyaan; Mana yang masuk
> surga lebih dulu?? Seorang sopir ugal-ugalan dijalan atau seorang
> rohaniwan/pastur?
> coklat
hehehehee
>
> mengenai bangsa besar??? bukannya sudah menjadi.....
> ndak mudah marah, ramah tamah, suka menolong, memaafkan, takwa pada
> Tuhan YME,........
>
> Smile with me
>
> Nala
>
> --- In psikologi_transform
> tuhantu_hantuhan@ wrote:
> >
> >
> > Tuhantu: SULIT MENJADI BANGSA YANG BESAR...???.
> >
> > Ayo, gimana nih Mbak Nala, Mbak Sisca, Mas Gotho... WHAT WENT
> WRONG?...
> > UNFORTUNATE CULTURE?... N.A.T.O.?...
> > CHEERLEADERS?
> >
> > Tell me...
> >
> > Be Fun
> >
> > Tuhantu
> >
> > http://hole-
> >
> > Dari ½FPK½:
> >
> > Jakarta, Kompas - Hingga saat ini Indonesia masih belum mampu menjadi
> > bangsa yang solid, besar, dan punya "mimpi besar" bersama untuk
> > diwujudkan, seperti yang terjadi pada bangsa-bangsa lain semacam
> > China, Jepang, dan India.
> >
> > Menurut Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat,
> > seluruh bangsa yang dicontohkannya tadi sama-sama punya kepercayaan
> > diri serta etos kerja yang tinggi lantaran mereka masing-masing
> > merasa menjadi bangsa pilihan.
> >
> > Pernyataan itu disampaikan Komaruddin, Selasa (28/8), saat berbicara
> > dalam diskusi "Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan dalam Kehidupan
> > Berdemokrasi" yang digelar Kementerian Koordinator Politik, Hukum,
> > dan Keamanan.
> >
> > "Tembok Besar China dibangun ratusan tahun oleh dinasti yang
> > berbeda-beda. Pembangunannya bisa berkesinambungan karena bangsa
> > China sama-sama punya mimpi besar untuk diwujudkan. Begitu juga Jepang
> > yang
> > menyatakan bangsanya keturunan Dewa Matahari," ujar Komaruddin.
> >
> > Menurut Komaruddin, bangsa Indonesia masih hanya sebatas mampu
> > bernegara, namun dengan kemampuan membangun bangsa (state building)
> > yang terus bermasalah. Belum lagi soal rasa keindonesiaan yang
> > terbilang rapuh. Akibatnya, dalam bernegara, Indonesia seolah tidak
> > punya agenda yang jelas.
> >
> >
> > Tuhantu: Lalu kemana saja UIN selama ini? Mengapa bukan mereka yang
> > menyusun ½Agenda Jelas½-nya?..
> >
> > Komaruddin juga menyayangkan sikap masyarakat yang masih selalu
> > mengacu pada masa lalu. Akibatnya, tanpa sadar mereka alpa, tidak
> > pernah memikirkan bagaimana cara untuk bisa bertahan hidup (survive)
> > di tengah persaingan global.
> >
> > Tuhantu: Mengacu pada masa lalu? (Kopitalistic term: Flinstonians) ...
> > Lalu apa upaya dari institusi UIN dalam meminimalisir salah satu dari
> > -what I called as- ½unfortunate culture½ tersebut?
> >
> > Kondisi itu diperparah dengan kenyataan bangsa Indonesia masih
> > bermental agraris yang individual dan komunalistik, sementara pada
> > saat yang sama bangsa Indonesia juga harus hidup di era globalisasi
> > dan informasi. Untuk bisa bertahan, bangsa Indonesia harus mampu
> > hidup dalam suatu jaringan kerja yang mensyaratkan adanya kepercayaan,
> > keterampilan, dan wawasan global.
> >
> > Tuhantu: Mental agraris? Apa mesti disalahkan? Mengapa tidak menyodok
> > ½mental instant½, instead? ... Individualistik & Komunal?...
> Lalu
> > bagaimana UIN memetakan apa yang mereka maksud dengan ½jaringan
> > kerja½ - ½trust½ - ½skills½ dan ½wawasan
> > global½?...
> >
> > Masih transisi
> >
> > Berbeda dengan Komaruddin, Siswono Yudo Husodo, Ketua Dewan
> > Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI),
> > menilai, bangsa Indonesia masih dalam masa transisi dari suatu
> > masyarakat pedesaan, agraris, tradisional, dan paternalistik menjadi
> > masyarakat perkotaan, industri dan jasa, modern, serta demokratis.
> >
> > Tuhantu: Masa transisi menuju dan menjadi perkotaan, industri dan
> jasa,
> > modern serta demokratis..
> > mana?... Maksudnya contoh yang pantas adalah ½Jakarta½? ...
> > Institusi intelektual di sanalah sumbernya... HASILNYA: 70%
> > masyarakatnya hidup dalam POVERTY, green space-nya sebesar KUTU... ?
> >
> > "Kita patut menghargai berbagai kemajuan yang telah dicapai 10 tahun
> > terakhir. Indonesia mengalami perubahan luar biasa dalam banyak hal,
> > seperti demokratisasi dan transparansi,
> >
> > Tuhantu: Mengelus rasa bertukar kata...:-)
> >
> > Namun begitu, Siswono mengingatkan, proses demokratisasi tetap tidak
> > akan berhasil tanpa diikuti kemampuan negara menyetarakan warga
> > negaranya, terutama secara ekonomi.
> >
> > Tuhantu: Even ½tukang becak½ knows that phrase...
> >
> > Sedangkan rohaniwan Benny Susetyo, yang menjadi peserta diskusi,
> > menekankan persoalan utama yang dialami sekarang adalah tidak adanya
> > jaminan kesamaan dalam memperoleh kesempatan di kalangan berbagai
> > suku bangsa di Indonesia. Hanya suku tertentu saja yang punya
> kesempatan
> > lebih besar. (DWA)
> >
> > Tuhantu: Rohaniawan kok, ngomongnya begini?... Sebagai rohaniawan kok
> > nggak melihat dimana sumber kisruhnya?..
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar