Mas Tomy yang baik,
> mbak soal telepon itu bisnis wong lanang....:) jadi karena mbak bukan lanang ya.....saya ga mungkin kasi tahu...ahahaha
Ya nggak papa nggak dikasih tahu. Cuma karena tulisan tentang telepon itu tercantum di email yang menjawab saya, ya saya kemarin bertanya :)
> asli Lol aq baca tulisan mbak....
> kesimpulan sementara saya, mbak enggak mengerti tentang apa yang saya tulis (maksud). tanggapan mbak kadang iya kadang tidak. but...no problem. karena saya tidak sedang memeriksa sebuah karya ilmiah, so...lompat lompat dan enggak nyambung di banyak hal gapapa.
> contoh: mbak membawa perasaan mbak dalam berdiskusi....bukan berdasarkan tulisn yang mbak buat ("...walaupun saya nggak merasa lompat2...." ).
Saya ikut senang jika Mas Tomy bisa laugh out loud membaca tulisan saya :) Buat saya, bisa membuat orang tertawa adalah sebuah kebaikan :) Daripada bikin orang ngomel atau maki2.. iya kan ;)
Tentang kesimpulan sementara Mas Tomy bahwa saya nggak mengerti apa yang Mas Tomy tulis.. well, sah2 saja jika Mas Tomy berpikir begitu. Mungkin memang saya nggak mengerti apa yang mau Mas Tomy tulis :). Dan pada dasarnya apa yang saya jelaskan pada Mas Tomy kemarin adalah apa penjelasan ulang terhadap pendapat saya; terhadap tulisan yang saya buat dan kemudian Anda komentari. Tulisan yang menurut Anda lompat dari si pengamat ke logika :). Ya kalau nggak nyambung pada pertanyaan Mas Tomy, well, sebabnya bisa macam2 :)
Mengenai membawa perasaan... darimana Mas Tomy mendapat kesan itu? Hanya dari sekedar mengatakan "walaupun saya nggak merasa lompat2" ;)? Waah.. Anda mudah terkecoh dengan kata2 "merasa" ya.. :) Mosok hanya dengan kata "merasa" lalu Anda mengklasifikasikan bahwa dalam tulisan itu saya membawa perasaan :)
> - lompat lagi, apa hubungan - logika -manusia - intregasi dengan pendapat Mbak? pendapat mbak itu integrasi yang berlogika yang dilihat oleh mausia? nah ini lah yang saya tidak lihat! makanya kemaren saya balas...(lompatnya mbak merasa tulisan mbak itu integrasi-berhubung
an-berlogika yang di lihat oleh manusia). mbak...lompat itu berarti tidak ada intregasi yang baik, kurang berlogika dst....(yang ada sekaligus yang tiada....? )
Komentar awal Anda adalah "yup...setuju banget di sini memang letak beda pendapat kita....kalau Mbak perhatikan tulisan mbak, mbak menekankan si pemandang (manusia) dan mbak lompat ke logika.....Mmmmm. ratusan tahun lalu pendapat (yang ekstrim lho) ini di sebut dengan relativisme."
Tulisan awal saya yang Anda komentari mempertanyakan apakah komentar Mas As As & Mas Wendi dibuat berdasarkan apa yang mereka baca di email terkait, atau lebih ke arah bahwa penulisnya Hendrik Bakrie (sisi pemandang), dan lantas saya jelaskan dengan apa yang kemudian dikatakan oleh Nala sebagai "logika", bahwa membaca itu perlu melihat isinya, jangan melihat siapa yang bicara :) Sampai sini sama atau enggak pemahamannya? Kalau nggak sama yaaaa.. maaf :)
Yang ingin saya jelaskan kemarin adalah: dalam berpendapat, saya tidak pernah murni menggunakan logika. Antara logika & conscience itu terintegrasi sedemikian rupa. Makanya kalau untuk orang2 yang menekankan logika, pendapat saya bisa dikatakan [meminjam kata2 Mas Tomy] "tidak ada integrasi yang baik, kurang berlogika" :) Dan saya nggak bawa perasaan kok, saya maklum sekali kalau orang2 melihat saya demikian. Wong kenyataannya memang demikian ;)
> - satu lagi mbak membuat contoh soal membunuh! mbak kembali ke pernyataan saya semula (relativisme)
, padahal mbak tidak mengakuinya. ..
> membunuh adalah membunuh! satu contoh memperjelas pernyataan mbak. apakah racun itu baik atau buruk? racun kadang di gunakan untuk obat, (imunisasi, inseksida dst.....), tapi mbak harus ingat racun adalah racun karena dalam dirinya adalah racun!
> ..................... .
> gini aja mbak, kalau mbak merasa bingung dengan tulisan saya (kesan saya).
> saya hanya mau bilang: yang salah adalah salah! yang benar adalah benar! manusia dan logika hanya sebagai pengungkap bukan "penentu".
Membunuh adalah membunuh. Racun adalah racun. Itu saya setuju. Tapi Anda yang tampaknya kurang memahami apa yang saya tuliskan: apakah dua orang yang membunuh dapat dikatakan sebagai sama atau setara? Saya setuju bahwa yang salah adalah salah, dan yang benar adalah benar. Tapi... kesalahan dan kebenaran itu ada pada tingkatan yang hakiki, bukan pada tingkatan perilaku sehari2 :) Pada perilaku sehari2 lebih banyak merupakan kasus interpretasi :)
Betul, manusia dan logika hanya pengungkap, bukan penentu. Penentunya (in my opinion) adalah Tuhan. Manusia & logika itu hanya bisa menginterpretasikan
Hehehe.. sebenarnya, from my point of view, sebenarnya pendapat kita tidak berseberangan. Hanya belum menemukan kecocokan titik pangkal :) CMIIW :)
> maka kebenaran dan kesalahan juga tidak tergantung PREJUDICE. prejudice itu kan cuma "cara" manusia.
> kata mbak: tidak begitu!
> nah itu lah beda kita.....iya kan?
> kalau mau di perpanjang juga boleh....tapi makasih atas diskusinnya
Seperti yang saya katakan dalam paragraf di atas, kalau kita bicara pada level HAKIKI, saya setuju sepenuhnya pada Mas Tomy. Kebenaran dan kesalahan adalah milik-Nya, tidak tergantung prejudice atau apa pun alat yang digunakan manusia :)
Tapi.. seperti saya katakan juga di atas, kebenaran yang hakiki itu tidak pada level perilaku sehari2. Perilaku manusia sehari2 bisa tampak salah, tapi benar secara hakiki; atau sebaliknya kelihatan benar, tapi salah secara hakiki :) Dan kita sebagai manusia terlalu sering terjebak pada interpretasi kita sendiri, pada prejudice kita sendiri, sehingga mengatakan sesuatu salah atau sesuatu benar, padahal secara hakiki mungkin sekali belum begitu :)
Gituuu.. Mas Tomy. Perbedaan kita adalah pada titik tolaknya :) But I have the feeling that we're on the same side.. hehehe...
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar