Mengapa diskusi yang katanya mengenai Kompatiologi tidak mampu
menyentuh Kompatiologi-
Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong
Tempat, hari& tanggal: Jakarta, Minggu, 16 September 2007
Kompatiologi adalah ilmu yang bisa diperjualbelikan yang bekerja untuk
memasukkan suatu jenis sistem pemerosesan informasi ke dalam diri
seseorang. Sistem ini bukan suatu komoditas yang ada pola birokrasi
kegiatannya dengan pola hasil tertentu yang sudah dipastikan di awal
seperti ilmu kebanyakan yang sudah pasti dan tidak bisa dibelokkan
tujuan dari masing-masing produknya.
Sesuatu yang bersifat sistem pemerosesan informasi itu sifatnya
seperti ilmu matematika. Ilmu matematika saja bukan psikometri,
accounting, tekhnik, dlsb ;yang sudah bebentuk komoditas / produk
tertentu, hanyalah sistem pemikiran yang memiliki hubungan
sebab-akibat bukan komoditas atau produk tertentu. Karena ilmu
matematika bersifat sistem pemerosesan informasi maka matematika
bersifat umum.
Ketika seseorang menghitung bahwa sepasang babi (jantan dan betina)
rata-rata menghasilkan sekian anak dalam jangka waktu tertentu. Maka
ada produk / komoditas berupa cara mengukur jumlah anak babi tsb dalam
jangka waktu tertentu. Tetapi matematikanya sendiri umum. Matematika
bisa diterapkan pada apa saja, rumus sebab-akibat yang diberlakukan
sebagai satu produk / komoditas bisa diubah secara bebas menjadi
produk dan komoditas lain.
Masalahnya, ilmu yang ada saat ini terlanjur mendidik orang untuk
memperlakukan sesuatu sebagai produk / komoditas, bukan sebagai
matematika yang umum. Ketika seorang ahli matematika diberi pertanyaan
yang bersifat khusus / produk / komoditas tertentu maka jawabannya
juga bersifat khusus. Sama halnya seperti bagaimana anda mendiskusikan
produk / komoditas keluaran kompatiologi tetapi diskusi anda tetap
tidak mampu mencapai ilmu umumnya sendiri yaitu kompatiologi (seperti
matematika yang bersifat umum). Lalu kalau anda kesal maka anda
mencari kesalahan dari hal yang bersifat khusus / produk / komoditas
tertentu tsb, masalahnya satu jenis khusus / produk / komoditas
tertentu itu hanyalah satu contoh penerapan diantara sekian banyak
versi penerapan, seperti ketika seseorang menghitung kemungkinan anak
babi yang lahir dalam setahun, maka itu hanyalah satu versi penerapan
yang sangat kecil artinya sehingga tidak mampu mencapai matematika
secara umum.
Bagaimana anda bisa berdiskusi soal logika / sistem pemerosesan
informasi seperti matematika kalau anda hanya belajar satu jenis
penerapan pertukangan dari sebuah kegiatan seperti menghitung
kemungkinan anak babi yang lahir dalam setahun, lalu bertengkar soal
salah benarnya, tepat tidaknya secara khusus di bagian menghitung
kemungkinan anak babi yang lahir dalam setahun itu saja. Lalu anda
bilang anda menguasai matematika. Mama saya S2 matematika di
Netherland, orang yang S2 matematika punya satu keunggulan yaitu mudah
memahami dan menguasai kerja birokrasi sebab-akibat baru, yang berbeda
dengan cepat, sebab yang dibaca adalah sistemnya. Cornelia Istiani,
juga S1 Matematika S2 Psikometri, maka dari itu dia tertarik dengan
kompatiologi yang matematika banget.
Jadi kalau mau berdiskusi kompatiologi ya pertama-tama anda harus
menguasai kompatiologi dulu. Ikut sebagai terdekon-kompatiolo
ikut pendekon-kompatriol
kompatiologi kalau belum turun ke penerapan, atau selama proses dekon
memaksakan diri sebagai pengamat objective untuk menyambungkan logika
formal dan logika ala kompatiologi secara teoritis dan konseptual lalu
membuat judgement.
Seperti kalau anda belajar matematika setelah belajar psikometri maka
anda tidak mendapatkan logika matematika yang bersifat umum karena
terbatasi keterikatan pada produk / komoditas yang terbatas tsb.
Tetapi kalau anda belajar matematika baru belajar psikometri maka anda
memahami benar bahwa psikometri hanya satu bentuk birokrasi prosedural
baru yang memiliki aturan mainnya sendiri, sedangkan matematikanya
masih bersifat umum.
Audifax dan Leonardo Rimba baru sampai pada mempermainkan ketertarikan
orang pada produk / komoditas, semacam kegiatan menghitung kemungkinan
anak babi yang lahir dalam setahun, tetapi belum sampai pada
kompatiologi-
teoritisi dan Leonardo Rimba hanya membahas akibat-akibat buruk
kompatiologi yang dikarang sendiri oleh Leonardo Rimba.
Namanya ilmu umum seperti kompatiologi, seperti matematika secara umum
tidak ada hasil baik atau buruk, melainkan ketepatan dari sistematika
sebab-akibat logika tsb dan kelihaian si individu mengubahnya dalam
fungsi yang lain. Urusan urutan dan bentuk bangunan sebab-akibatnya
mau dibangun seperti apa, itu urusan kreatifitas si pengguna
masing-masing.
Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Minggu, 16 September 2007
Email sebelumnya..
http://groups.
--- In psikologi_transform
<tuhantu_hantuhan@
>
>
> Quote: Psikologi_Transform
> mati. Setelah Vincent Liong mati atau tidak bisa dibunuh lagi maka
> semangat Psikologi_Transform
>
> Tuhantu:
>
> Pertama: Vincent, argumentmu selalu menempatkan dirimu sebagai victim.
> Sikap begini ini, bukanlah sikap yang luar biasa seperti imajinasi yang
> kamu bangun sendiri dengan jargo-jargo kompatiologimu itu. Sikap
> menganggap diri sebagai victim, adalah sikap yang sudah sangat biasa
> terjadi di masyarakat, alias kampungan, alias murahan, alias pasaran.
>
> Kedua: Contoh produk dari dagangan kompatiologi, adalah karakter,
> pribadi-pribadi, yang kamu jaring sebagai konsumenmu. Dengan contoh
> produk sebagai karakter dan atau pribadi-pribadi, maka orang-orang yang
> ingin menguji sejauh mana sih kehebatan kompatiologi itu, tentu saja
> argumen mereka akan menyentuh (mengganyang) karakter atau pribadi
> pribadi (sebagai produk dari kompatiologi) Itulah konsekwensinya.
>
> Saya sebagai penonton menganggap pengganyangan tersebut tak lebih dari
> test mutu produk, atau katakanlah Quality Control... Lucunya, ketika hal
> ini terjadi, kamu sepertinya ngacir, tiarap, dll. Dan lebih buruk lagi,
> argumenmu selalu menempatkan diri sebagai korban/victim. Mental model
> demikian itu yang kamu terus pertahankan, dengan alsan survival for the
> fittest. (Apa bedanya dengan menggarong sebuah super market, toh
> penggarong itu juga demi survival for the fittest?) Kampungan bukan? Ini
> yang tidak kamu sadari. Apakah kamu bisa menggali bahwa argumen survival
> for the fittest juga pada tahap tertentu tak lebih dari sebuah
> Paradogma? Saya yakin dengan mentalmu itu, kamu tidak mampu.
>
> Ketiga: Saya mencoba menguji kompatiologi dgn berusaha tidak menyentuh
> pribadi-pribadi atau karakter-karakter, tetapi menganalogikan
> kompatiologi sebagai commodity dagangan, yang pernah saya tuliskan dalam
> thread Commoditiology. Di situ suaramu tidak ada. Apakah karena kamu
> tidak bisa menempatkan dirimu sebagai victim?
>
> Tuhantu
>
> http://hole-
>
> (Zero Tolerance for Stupidities)
>
>
>
>
>
>
>
> --- In psikologi_transform
> <x69xx96x@> wrote:
> >
> > Usaha untuk saling menghancurkan antara dua pribadi tidak layak
> > disandingkan dengan judul `transformatif'
> > membuat tema yang berjudul atau menggunakan kata "melampaui":
> >
> > * Permainan bernama "Hidup"
> > "jauh melampaui jamannya"
> > http://groups.
> > * Resensi: "Semiotika Tuhan"di Kompas
> > " Setidaknya, Tuhan adalah suatu daya (energi) yang mahakuat sampai
> > melampaui batas keterbatasan manusia."
> > http://groups.
> > * SKIZOANALISIS: MEMBACA ULANG [melampaui] MODERNISME
> > "skizoanalisis justru mengenali batasan-batasan bukan untuk berhenti
> > melainkan untuk melampauinya.
> > http://groups.
> > * Melampaui, Mentransformasi
> > "Aku mengajarkan kepada kalian mengenai manusia-manusia atas. Manusia
> > adalah sesuatu yang seharusnya dilampaui"
> > http://groups.
> > * PERANG, KEMATIAN DAN PARA KSATRIA
> > "manusia selalu dapat untuk tetap tegak, menantang para dewa, bahkan
> > melampaui Sang Nasib"
> > http://groups.
> > * Tuhan (Fana) Yang Berdarah Daging
> > "dan manusia yang menatap melampaui manusianya"
> > http://groups.
> > * Ksatria Penjelajah Waktu
> > "Manusia yang menatap melampaui manusianya yang sejatinya fana."
> > http://groups.
> > * TRANSFORMASI (PENGETAHUAN) DIRI
> > "Mengenali diri kita, berarti juga berdisiplin atas diri kita sendiri,
> > menaklukkan diri kita, mampu melampaui diri kita, dan tak terjebak
> > hanya soal kenyamanan hidup, sex dan kekuasaan."
> > http://groups.
> >
> > Melampaui di sini menjadi suatu imajinasi baru tentang suatu berhala
> > yang lebih tinggi. Tetapi apakaha yang bisa dibanggakan ketika dua
> > orang gladiator harus "melampaui" dengan saling membunuh teori, lalu
> > saling mengacau keluarga, lalu saling menyantet, dlsb tsb
Bagi
> saya
> > membahas ini semua sebagai stau keindahan adalah onani bagi yang tidak
> > menjalani hidup saja.
> >
> > Ini tidak ada hubunganya dengan postmoderen, the author is dead, or
> > not, dlsb
Sebab ini hanya sekedar dua binatang yang membunuh,
> dimulai
> > seekor Audifax yang melampaui merasa harus melampaui semuanya
> > sendirian. Untuk melampaui harus ada tema yaitu memberantas Vincent
> > Liong hingga habis. Lalu ketika Vincent Liong sudah habis atau sudah
> > tidak bisa dibuat ulah lagi maka melampaui ini menjadi kehilangan
> > arti, bentuk bahkan keberadaannya sendiri karena ini semua ada bukan
> > karena suatu contain yang berbentuk seperti misalnya cinta ideology,
> > cinta keluarga, cinta negara, dlsb melainkan ego untuk melampaui
> > musuhnya yang harus terus diada-adakan.
> >
> > Psikologi_Transform
> > Setelah Vincent Liong mati atau tidak bisa dibunuh lagi maka semangat
> > Psikologi_Transform
> >
> > Suatu transformasi, melampaui, dlsb yang ada bentuknya at least ada
> > sesuatu yang diperjuangkan, dibela, dicintai, dilindungi
Bukan
> > sekedar seperti masuk ke sebuah konser dan berteriak-teriak
> > melampiaskan emosi tanpa tujuan yang ditinggikan dengan nama yang
> > indah-indah. Bumi tidak hidup oleh seseorang yang sekedar
> > berteriak-teriak tanpa tujuan.
> >
> >
> > Ttd,
> > x69xx96x x69xx96x@
> >
> >
> >
> >
> >
> > Email sebelumnya..
> > e-link:
> > http://groups.
> > "ayodolan" ayodolan@ wrote:
> >
> >
> > Salam Kenal Mas2 dan Mba2,
> > Saya baru di sini. Semoga berkenan dan mohon restunya.
> >
> > Untuk perkenalan ijinkan saya mencantumkan postingan pertama saya di
> > sini. Maafkan kalau jadinya tampak seperti 'ngrusuhi'. Ini milis
> > memang transformatif. Saya baru liat-liat sedikit sudah merasa
> > bertransformasi (walau saya tak tahu pasti apa artinya itu..). Paling
> > tidak, sekarang saya jadi semakin yakin kalau Barthes itu salah waktu
> > dia menyimpulkan bahwa kita sekarang hidup di dunia di mana 'The
> > Author Is Dead'. Melihat begitu sepenuh hatinya argumentasi2 yang
> > saling melayang antara Vincent dan Audifax, saya jadi yakin kalau
> > sebenarnya 'The Author' is not really dead. Dying, perhaps, but
> > certainly not dead.
> >
> > Saya jadi teringat Derrida dan Searle, kalo melihat apa yang terjadi
> > di sini antara Vincent dan Audifax: bukan isi perdebatannya, tapi
> > tingkat kegetolannya dalam mempertahankan argumentasi masing-masing.
> > Sungguh, The Author is not Dead! Coz, somebody got hurt there, and
> > isn't hurt, or pain, a sign of life?
> >
> > Saya jadi mikir: kalau 'the Author Is Not Dead', kenapa ada saja
> > pribadi-pribadi yang bilang dan bahkan percaya banget kalau 'the
> > Author Is Dead' (seperti Barthes dan sedikit Kristeva dan kaum
> > postmodern/poststru
> > semacam gejala 'scizophrenia' di sini? Mungkin.
> >
> > Mungkin mereka bilang "the Author Is Dead" sebagai semacam proklamasi
> > kemerdekaan. Kemerdekaan dari apa? Ya..ngga tahu juga saya. Mungkin
> > kemerdekaan dari sesuatu yang selama itu membuat mereka merasa tidak
> > merdeka, tidak bebas. Proklamasi the Death of the Author menandai
> > mulainya sebuah pesta, sebuah perayaan, yang di dalamnya menyusul
> > pula seruan-seruan seperti the Death of the Signified, the Death of
> > the Meaning, dan akhirnya the Death of Man. Sebuah perayaan kebebasan
> > dari kebebasan, hari jadi tekstualitas, intertekstualitas, writing,
> > signifiers-signifie
> > more and more!)
> >
> > Tapi...gimana ya, manusia itu ya manusia, walau mau dibilang apa, dan
> > walau manusia itu sendiri mau bilang apa tentang dirinya sendiri.
> > Sakit hati ya tetep sakit hati dan ya tetap sakit rasanya. Waktu
> > Searle bilang sama Derrida 'lu ngaco', ya sakitlah hati Derrida
> > sehingga dia bales bilang ama si Searle 'lu yang salah baca tulisan
> > gua' dan sampai segitu sajalah makna 'the Author Is Dead' buat
> > Derrida (The Author is Dead, but not Derrida!!)
> >
> > Buat saya sendiri, apa yang terjadi antara Vincent dan Audifax
> > (sejauh yang saya tahu lewat milis ini) memberi saya pencerahan
> > tentang sejauh apa keabsahan beberapa prinsip postmodernisme.
> > Postmodernism is not that post- enough.
> >
> > Salut untuk Vincent dan Audifax karena mereka pribadi-pribadi yang
> > jelas, tegas, dan berada tanpa tedeng aling-aling. 'Perseteruan' yang
> > ada sekarang, bagi saya, adalah sebuah komunikasi yang manusiawi,
> > sebuah perjalanan yang seru dan adventurous menuju kebenaran di sana.
> > Sip! Top! Dan, sekali lagi, salut!!
> >
> > Salam Kenal dan Damai untuk Semua
> >
> > Ivan.
> >
> > NB: ijinkan saya mencantumkan imannuelivan.
> > yang mau kenal lebih jauh dengan saya.
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar