Selamat siang DKN,
--- In psikologi_transform
atif@yahoogroups .com, don kenow <donkenow@...> wrote:
>
> Selamat pagi Pak Goen, Ratih, Swastinika dan semuanya.
>
> Mungkin ada perbedaan dalam memahami apa yang disebut dengan ego atau tepatnya egoisme, selfishness alias keterpisahan yang kadang disingkat saja sebagai ego.
Pertama2, saya tidak cukup paham mengenai definisi Anda tentang "ego". "Ego" (yang saya gunakan kemarin) memang mengacu pada definisi yang lebih cocok saya sebut sebagai "egoism" atau "selfishness"
Jadi, sebelum dilanjutkan, sebenarnya Anda sedang bicara tentang egoism atau alienation ;)?
DKN wrote:
> Swastinika :
> Keterpisahan atau selfishness atau kadang disingkat saja sebagai ego tidak akan hilang oleh karena otoritas, misal otoritas ortu pada anak. Kenapa saya katakan demikian ? karena manusia toh terpisah dari Allah, terpisah dari otoritas. Manusia memilih utk terpisah dari Allah (berbuat dosa).
Yang ini kita bahas nanti saja ya, menurut saya tidak terlalu nyambung jika kita membicarakan "egoism". Mungkin bisa dicoba jika nanti2 kita bicara tentang "alienation" :)
> Apa yang terjadi pada anak swastinika (berhenti meraung-raung/
minta-minta) bukanlah hilangnya atau lenyapnya egoisme/keterpisaha n/selfishness.
>
> Selfishness atau keterpisahan itu berubah bentuk saja atau berubah orangnya/tujuannya, tidak pada ibunya tapi pada yang lain, bukan lagi minta mainan atau sejenisnya tapi yang lainnya.> Ego (selfishness) bahkan bisa tertransform menjadi lebih halus, semakin tidak terlalu kelihatan. Kalau tadinya dibilang : "jelek loe !" sudah akan mencak-mencak/
kalap, maka yang lebih halus lagi adalah manipulatif to gain something from someone
Sebenarnya saya malas bicara terlalu detil atau terlalu teoritis. Tapi kalau dibutuhkan.. ok-lah :)
Pertama2, Anda terlalu judgmental mengucapkan kalimat ini: > Apa yang terjadi pada anak swastinika (berhenti meraung-raung/
Kedua, benar, bahwa sesuatu yang sudah tertancap bisa bertransformasi menjadi lebih halus atau tidak kelihatan. Namun.. kembali lagi, ini adalah salah satu kemungkinan yang bisa (tidak pasti) terjadi, jika ada gangguan pada "learning process"nya.
So, kalau kita kembali ke topik utama: apakah ada hasilnya? Saya setuju pada kata Mas Goen: hasilnya mulai tampak. Namun.. kembali lagi, learning is a process, bukan instan. Tidak bisa satu kejadian mengubah keseluruhan orang. Kembali lagi itu tergantung juga pada proses berikutnya. Yang jelas sekarang mulai menunjukkan hasil, tinggal bagaimana melanjutkan prosesnya sehingga tidak terjerumus menjadi apa yang DKN katakan :)
> Perihal cara....
>
> Tentu saja cara bisa jadi "sumber masalah".
> Bahkan pesan yang baik atau pemberian yang baik apabila salah cara penyampaiannya maka bukan saja pesan atau pemberian itu tidak diterima bahkan bisa menimbulkan salah sangka yang berujung ke konflik.
Betul, cara bisa menjadi masalah :). Tapi dalam kasus ini, menurut saya ini adalah cara yang paling efektif. Setidaknya sudah menunjukkan "sedikit" hasil.
Cara lain sudah pernah dilakukan, bukan? Seperti apa yang dikatakan Adhi Purwono beberapa kali, bahwa ia sudah memberi masukan secara baik2 sebagai teman? Pernah dilakukan juga oleh member2 di milis lain yang terganggu. Hasilnya? Sejauh ini yang paling menunjukkan sedikit hasil nyata adalah yang dilakukan oleh Haute dkk :)
So.. kalau dilihat dari begitu banyak cara yang sudah dilakukan, saya melihat masalahnya bukan pada cara lagi. Masalahnya lebih kepada niat dan kemauan untuk berubah :)
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar