Dari: "yoko santoso" <marginalized_
Barangkali dulu saya juga punya kesan yang serupa ketika membaca
novel Musashi(tulisan EijiYoshikawa)
paralel dengan praktek meditasi - harus ada konsentrasi penuh/fokus
(jangan menghiraukan penonton) dan badan harus relax(karena kalau
kaku gerakan menjadi tidak sempurna). Mindfulnes sebelum, saat, dan
usai duel(dan dalam Musashi duel-nya tak berkepanjangan seperti
kartun Samurai X, tetapi hanya beberapa gebrakan saja - bahkan konon
pertempuran sudah terjadi sebelum pertarungan dimulai). Tapi dari
kasus ini, saya lalu bertanya2 - kalau mindfulnes sudah cukup,
bagaimana dengan sila? Atau bagaimana bila dikaitkan dengan
moralitas? Apakah memenggal orang dengan mindfulnes itu dibenarkan?
Ada kisah sejenis yang muncul dari seorang officer SS
(Schutztaffel/
rasakan ketika mengeksekusi tahanan di kamp, ia menjawab bahwa
ia 'tak merasakan apa-apa', tak ada emosi terlibat - tidak takut
ataupun benci. Ia hanya memungut senapan, mengisi pelornya,
mengokang, membidik, lalu menembak - sesimpel itu; bukankah ini
praktek mindfulness?
Saya punya pendapat pribadi, 'sekedar' mindfulness tidaklah cukup.
Mindfulness hanya mengatasi 'twist' - hanya mengatasi puntiran
akibat nafsu(mengingini) ataupun marah/benci(
belum tentu mengatasi kebodohan. Orang yang mindful tetapi ignorant
justru menjadi makhluk yang sangat berbahaya(kalau tak salah jaman
feodal Jepang, laskar biksu adalah laskar yang elit dan
ditakuti).Karenanya
============
HUDOYO:
Yang perlu diluruskan adalah pengertian 'mindfulness' itu sendiri. Apa yang ditampilkan oleh perwira SS itu BUKAN 'mindfulness'
Bahwa dalam sejarah Jepang 'mindfulness' pernah mengilhami ilmu pedang, lagi-lagi itu adalah distorsi dari pengertian 'mindfulness' yang sebenarnya. 'Mindfulness' dalam ilmu pedang itu adalah 'mindfulness' yang SEMPIT, yang tidak berbeda dengan KONSENTRASI. Dalam berperang dengan pedang si samurai tidak menyadari ego-nya (atta) sama sekali. Sedangkan 'mindfulness' yang sejati, justru menyadari gerak-gerik batin ini sebagai perwujudan dari ego/atta, sehingga hasilnya justru adalah berhenti/diamnya ego/atta, bukan malah menebas dengan pedang.
'Mindfulness' (sati) sering ditampilkan dalam kombinasi dengan 'sampajannya' (pemahaman jernih, clear comprehension)
Salam,
Hudoyo
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar