Bukan error tapi lagi cari sensasi aja kok mas, meniru jurus mabuk
yang amat kesohor itu lho. Sehingga bisa ngeles, tujuan dia tidak
bisa dipahami orang lain. Cara merontokkan I(n)di(g)o(t) ini:1.
Cuekkin aja setiap bualannya, tidak usah berdebat, apalagi susah2
bikin kuesioner segala, 2. Buka kebobrokan cacat-moralnya didepan
umum.
Sebagai hiburan kita bisa baca filosofi jurus mabok dari Wong Fei
Hong, yang intinya adalah mengelabui musuh: "As a strategy of combat
it is actually really effective, you feign as if you're drunk and
than all of a sudden
Wham! That type of strategy has worked
throughout the ages in martial arts."
------------
Drunken Kung Fu
You don't need booze to perfect your drunken technique
By: Brendan Edwards
From Hong Kong to Hollywood Jackie Chan has become a legendary
figure, overshadowing even the ancient Chinese mythology that has
permeated his films. While Chan is best known among North American
audiences for Blockbuster movies like Rumble in the Bronx, films
released in Hong Kong earlier in his career showcase the actor's most
creative and dynamic performances. Among these, the 'Drunken Master'
series stands alone as a testament to Chan's marvelous ability to
combine stunts,slapstick and spirituality. Directed by Yu En Woo
Ping, who went on to be the fight coordinator for both the Matrix and
Crouching Tiger Hidden Dragon, 'Drunken Master I' provided Chan with
his most spectacular role to date.
In the film, Chan plays renowned Chinese folk hero Wong Fei Hong and
learns the boxing style of the "Eight Drunken Fairies" from an
elderly Kung Fu master. Chan soon realizes that a few sips of wine
will add potency to his new attacks. In 1994 Chan appeared in Drunken
Master II, which grossed over HK$22 million resulting in a new Hong
Kong film industry record. As with the original, the keys to this
film's success are Chan's complex choreography and alcoholic antics.
In one scene Chan uses a Drunken Fist technique to ward off his
opponents while simultaneously balancing jugs of wine that his mother
throws to him from the sidelines. In the final scene, which takes
place in a factory, Chan inadvertently drinks pure grain alcohol
instead of wine and becomes a complete madman, with a technique that
is both furious and fantastic.
Contrary to what the creators of these films would have you believe
Drunken Kung Fu is not generally considered a complete form within
the martial arts.
"Drunken Boxing is a strategy not a style," Says Ron Yamanaka, the
Sensei of Toronto's Budo life Centre. "As a strategy of combat it is
actually really effective, you feign as if you're drunk and than all
of a sudden
Wham! That type of strategy has worked throughout the
ages in martial arts."
--- In psikologi_transform
<kabayangelo@
>
> HIHIHIHIH, KEBONGKAR ATU LAGI ERROR NA !
>
>
>
>
> On 10/23/07, Vincent Liong <vincentliong@
> >
> > e-link:
> >
http://groups.
> >
> > Benediktus Sudjanto wrote:
> >
> > Vincent,
> >
> > Saya ngajak kamu dan mas Leo itu sebagai pribadi,
> > tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya.
> >
> > Soal uang dalam perjalanan kita tempo hari juga bukan
> > masalah bagi saya, kan saya yang menanggung hampir
> > semua biaya termasuk kamu naik kuda di Tawangmangu.
> >
> > Saya tak bingung dan tak perlu bertanya soal
> > kompatiologi, kan sebagai pengamat saya juga mengikuti
> > sambil lalu. Kan kamu yang menerangkan sendiri dan
> > minta bantuan mas Leo menerangkan. Kamu minta masukan,
> > yang kamu Kamu dan mas Leo malah berkomentar kesaya,
> > kalau kamu bagian urusan instinct (bawah) dan mas Leo
> > intuition (atas) dan mendaulat saya di bagian
> > "tengah-2" bagian balancing.
> >
> > Saya kok dikatakan "membentak-bentak seminggu penuh",
> > apa itu benar dalam kenyataan? Saya memang pernah
> > dengan keras mengatakan ke kamu, kalau kamu itu
> > menjalankan kejahatan karena menjual sesuatu yang tak
> > jelas manfaatnya dan mendapatkan uang. Kamu promosi
> > sesuatu ke saya yang saya tahu tak ada manfaatnya,
> > secara terus menerus, menerangkan secara
> > berulang-ulang tanpa diminta, menafikan masukan orang
> > dan merasa
> > terpojok sendiri walau tak ada yang memojokkan. Kalau
> > saya sampai marah itu berarti saya simpati ke kamu,
> > karena merasa bahwa kamu masih muda, kekeliruan yang
> > sudah dialami, bisa diperbaiki dengan rendah hati, eh
> > malah sekarang lebih sombong dari yang mampu saya
> > bayangkan untuk seorang manusia. Kalau tak perduli,
> > kan kamu bisa saya usir, atau saya diam saja,
> > meninggalkan pembicaraan yang "percumtakbergun" alias
> > percuma
> > tak berguna. Paling tidak kamu itu harusnya memiliki
> > sopan santu manusia biasa dalam berkomunikasi, saya
> > rasa sudah cukup. Sebagai penyandang sendiri "penemu"
> > kompatiologi, yang ada kata "empati" nya, saya hanya
> > bisa bilang "wah-wah kok begitu".
> > Bayangkan, orang yang kamu dekon dan membayar, kamu
> > katakan beberapa kali lewat mulutmu sendiri bahwa kamu
> > ingin menjadikan mereka "seperti blackie, anjing gua
> > di rumah". Paling tidak kamu berbelas kasihlah dengan
> > mereka yang mau menjadi kelinci/anjing cobaanmu dengan
> > membayar uang dan waktu dengan segala keluguan,
> > kesopanan, pengharapan, keperluan mereka yang entah
> > apa jenis persisnya. Entah, harus bagaimana lagi saya
> > mesti berkomentar, apa ya ada gunanya secara positif
> > kalau saya berkomentar lagi, kalau waktu lebih
> > seminggu kita bersama kamu katakan bahwa saya
> > membentak-bentak kamu?
> > Setelah sharing berdua dengan saya di penghujung malam
> > masuk pagi waktu di Solo, dengan kejujuranmu dan
> > hampir tangismu dan empatiku kekamu serta rencana
> > baikmu untuk dengan rendah hati memperbaiki untuk
> > dirimu sendiri, lalu kamu menafsirkan bahwa aku hanya
> > dituliskan sebagai yang membentak-bentakmu selama
> > seminggu. So what gitu loh!
> > Yah, bagiku tak apa-2, karena aku tak punya
> > kepentingan apa-2 denganmu, hanya empatiku bagi sesama
> > yang kebetulan salah satunya kamu yang sempat lewat
> > dalam sebagian waktu hidupku, dan kalau itu membuat
> > kamu bahagia dengan gaya dan kata-2 mu, ya teruskan
> > saja apa yang kamu anggap baik bagimu. Begitu saja ya,
> > sudah cukup.
> >
> > B Sudjanto
> >
> > Email sebelumnya..
> > http://groups.
> > --- In vincentliong@
40yahoogroups.
> > "vincentliong"
> >
> > <vincentliong@
> >
> > Mas Leo, inget ngak mas Leo saat elo ngajak gw ke Solo
> > bersama B.Sudjanto yang direkturnya pabrik lensa
> > Policore anak perusahaan Djarum di Karawang. Saat itu
> > gw bilang kalau gw lagi tidak siap uang dan mas Leo
> > aturkan agar dalam 5-6 jam kita dijemput di rumah gw,
> > kata mas Leo tidak perlu bawa uang.
> >
> > Ketika awal mas Leo memperkenalkan ulang saya ke B.
> > Sudjanto yang dulu juga murid kundalini saya dan pak
> > Ngurah Ardika cuma sungkan karena bingung sama
> > perkembangan penelitian saya yang terlalu cepat, maka
> > nanya ke mas Leo.
> >
> > Mas Leo ngomong persis sama dengan kalimat-kalimat mas
> > Leo di bawah ini. Ini yang membuat gw dibentak-bentak
> > seminggu penuh oleh B.Sudjanto gara-gara kalau gw
> > bilang ya maka mas Leo tekankan artinya tidak lalu
> > kalau gw bilang tidak kata mas leo ya lama-lama gw
> > bingung sendiri. Lalu mas Leo juga bilang tentang saya
> > yang binatang banget.
> >
> > Saat itu belum sekalipun saya tegur mas Leo dengan
> > halus maupun kasar dan kalau ditegur secara halus
> > tambah jadi dan menambah penjelasan membingungkan
> > semacam ini dengan dihubungkan dengan intuisi dan
> > hal-hal keTuhanan dimana saya yang dikatakan jadi
> > setannya.
> >
> > Mas Leo masih ingat tidak ?
> > Tulisan di bawah ini hanya mengulang kalimat yang dulu
> > khan ? Sama lho kalimat-kalimatnya, hanya dulu mas
> > ngomong ini ke B. Sudjanto di depan saya, dan saat ini
> > mas Leo ngomong ke maillist, hanya itu bedanya...
> >
> > Saat itu saya setress jadi kalau makan sampai
> > beol-beol sebagai pelarian, karena saya tidak bisa
> > kontrol. B. Sudjantomas Leo panasi bahwa Jin saya yang
> > makan dan juga soal keburukan prilaku saya. Depan mata
> > saya lho mas Leo, saat itu.
> >
> > Lalu siapa yang berani menemani mas Leo sekarang ?
> > Serem atuh resiko dijadikan umpan ikan :) Saya
> > seumur-umur tidak jadikan mas Leo umpan ikan lho,
> > inget itu mas Leo.
> >
> > Ditemani itu mahal mas Leo... Ya jadi umpan buat
> > mancing ikan ?!
> >
> > Ttd,
> > Vincent Liong
> > Jakarta, Senin 22 Oktober 2007
> >
> > Email sebelumnya..
> >
http://groups.
> > --- In
psikologi_transform
40yahoogroups.
> > ,
> > "leonardo_rimba" <leonardo_rimba@
> > wrote:
> >
> > --- In
psikologi_transform
40yahoogroups.
> > ,
> > Timbangan Balance <timbang.balance@
> > > Karena Audifax dan Leonardo Rimba adalah mantan
> > > pendukung Kompatiologi dan teman dari Vincent Liong
> >
> > Hmmm,... perlu saya LURUSKAN disini bahwa saya adalah
> > seorang PRAKTISI KOMUNIKASI EMPATI. Komunikasi yang
> > EMPATIK adalah SPESIALISASI saya. I am VERY MUCH
> > EMPATHETIC, saya bisa langsung baca apa yang ada di
> > diri rekan komunikasi saya.
> >
> > Kompatiologi seperti dipraktekkan oleh Vincent Liong
> > adalah suatu PARODI dari Komunikasi yang empatik.
> > SUATU PARODI. Suatu BANYOLAN, suatu LAWAKAN.
> > Komunikasi yang dipraktekkan oleh Vincent Liong itu
> > adalah KEBALIKAN DARI KOMUNIKASI YANG EMPATIK. Total
> > kebalikannya ?
> > Kok bisa ? Ya bisa saja, namanya kan banyolan.
> > Lawakan. Parodi.
> >
> > Jadi, kalau anda memiliki PENGERTIAN tentang
> > KOMUNIKASI YANG EMPATIK, anda akan otomatis mengerti
> > tentang KOMPATIOLOGI. Kompatiologi itu adalah
> > KEBALIKAN DARI KOMUNIKASI YANG EMPATIK walaupun
> > sesumbar sebagai ILMU PEMECAH RAHASIA ALAM SEMESTA
> > dalam komunikasi menggunakan empati. Hmmm hmmm
> > hmmm.... Astagfirullah
> > alazzim Astagfirullah alazzim (nyebut 100 x
> > dianjurkan).
> >
> > Itu komentar saya. Saya _bukan_ pendukung
> > Kompatiologi. Nama saya dicantumkan dalam IKLAN2
> > Kompatiologi _tanpa_ ijin saya. Saya biarkan saja. Kan
> > saya ini BAIK HATI. Hmmm hmmm hmmm...
> >
> > Hasil dari Kompatiologi Vincent Liong itu apa ? Aduh,
> > liat aja ndiri deh. Malu komentarinnya,
> > cukup banyak comment. Kalo aku bukain RAHASIA yang
> > SEMUA ORANG SUDAH TAHU itu, ntar jadinya gak lucu
> > lagi. Sedangkan, bukankah kelucuan itu yang selama ini
> > dicari, hmmm hmmm hmmm...
> >
> > Kompatiologi kan cuma nama saja. Bisa dinamakan
> > GULALOLOGI. Bisa dinamakan TIPATIPULOGI.
> > dengan nama itu Vincent Liong INGIN BELAJAR bagaimana
> > caranya berkomunikasi dengan empati. Tetapi caranya
> > kan SERBA TERBALIK. Wong dia yang mao belajar kok
> > nulisnya
> > en ngomongnya DIA YANG MAO NGAJARIN ?
> >
> > Segalanya itu SERBA TERBALIK.
> >
> > Untuk mengerti Vincent Liong, SEGALANYA ITU HARUS
> > DIBALIK. Kalau dia bilang dia TAHU RAHASIA ALAM
> > SEMESTA, artinya itu KEBALIKANNYA.
> >
> > Kalau dia bilang dia "diinjak-injak"
> > ya KEBALIKANNYA.
> >
> > Kalo dia bilang dia punya "nurani", artinya ya
> > kebalikannya.
> >
> > Kalo dia bilang dia itu "ilmiah", ya artinya
> > kebalikannya.
> >
> > SEMUA SERBA KEBALIKAN.
> >
> > Untuk mengerti Vincent Liong, segala ucapan dia itu
> > HARUS DIBALIK. Itu kunci dari THE PUZZLE.
> >
> > Vincent itu main TEKA-TEKI. Kunci pemecahannya cuma
> > satu saja, DIBALIK SAJA. Kalau anda balik apa yang
> > dituliskannya, maka ANDA AKAN MENGERTI APA YANG
> > DIMAKSUDNYA.
> >
> > Itu saja komentar saya saat ini. Hmmm hmmm hmmm. Udah
> > ya, jangan tanya2 lagi ya, TANYA LANGSUNG SAMA
> > ORANGNYA AJA.
> >
> > Kalo dijawab, jawabannya DIBALIK AJA. That's THE REAL
> > ANSWER.
> >
> > Leo
> >
> > Send instant messages to your online friends
http://au.messenger
> >
> >
> >
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar