Makasih Mas Harez untuk pencerahannya. Ya, saya sepakat dengan penjelasan Anda.
Memang tak semua cabang psikologi terserang virus IPA. Sejauh yang saya
ketahui, psikolog-psikolog seperti Fromm dan Erickson masih memberi tempat yang
lapang pada aspek manusia tanpa terjebak dalam behaviorisme maupun
determinisme. Pertanyaan saya berikutnya, kalo yang di UI ini orientasinya
lebih ke mana ya? Apa bedanya dengan F Psi yang ada di Ubaya, misalnya? Sekadar
ingin tau, biar bisa nambah ilmu.
manneke
Quoting sinagahp <sinagahp@yahoo.
> Mas Manneke dan Mas Alex,
>
> Sejarah yang cukup panjang dalam perkembangan psikologi menunjukkan
> wajah psikologi itu sendiri sangat beragam, tidak bisa digeneralisasi.
> Dari 4 aliran besar yang berkembang dalam psikologi (psikoanalisa,
> behavioristik, humanistik dan transpersonal)
> behavioristiklah yang paling dekat dan paling banyak mengadopsi metode
> dan teknik-teknik ilmu alam.
>
> Sejarah perkembangan behavioristik sendiri, sebenarnya agak berbeda
> dengan "kulit" yang banyak dikenal selama ini. Sebagai contoh, kalau
> kita kaji pemikiran-pemikiran
> gambaran bahwa Skinner yang tadinya dikenal sebagai penganut positivisme
> Machian (mengadopsi induktifime anti metafisik dari Mach) dan bersikap
> positif terhadap pandangan Bridgman (1927) serta Carnap (1932), justru
> berbalik arah setelah bertemu Carnap pada tahun 1936. Skinner menilai
> bahwa operasionisme Bridgman dan empirisme logis Carnap terlalu formal
> dan fisikalistik. Setelah pertemuan itu, Skinner justru mengabaikan
> kedua pendekatan tersebut. Selain itu, Skinner juga tidak pernah mau
> menggunakan teknik-teknik penghitungan statistika.
>
> Dengan gambaran seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa pada awal
> perkembangan psikologi, banyak tokoh-tokoh psikologi justru agak menjaga
> jarak dengan teknik-tenik ilmu alam. Walaupun demikian, perkembangan
> pesat behaviorisme menyebabkan perhatian terhadap mentalisme jadi
> berkurang. Sejumlah tokoh menilai bahwa behavioristik (dan juga
> psikoanalisa) bersifat reduksionistik, mekanistik dan mengabaikan unsur
> kemanusiaan (dehumanizing) dalam melihat manusia secara keseluruhan.
> Waters (1958) menyindir hal tersebut dengan mengatakan "American
> psychology first lost its soul, then its mind, and finally its
> consciousness, but it still behaved". :)))))
>
>
> > Manneke:
> > Makasih Alex atas tambahannya. Saya setuju dengan point Anda soal
> kelatahan
> > ilmuwan sosial itu. Gara-gara ngebet ingin diakui kelimuannya, lalu
> memaksa dri
> > mengadopsi stadar-standar keilmiahan ilmu alam. Sebagai orang luar,
> saya kok
> > agak cemas memperhatikan perkembangan ilmu psikologi mutakhir, yang
> makin lama
> > makin meng-IPA. Semuanya dibuatkan meterannya (psikometrik)
> manusia
> > bisa diklasifikasi dan diukur secara eksak, lalu disimpulkan siapa
> dia.
> > Sementara psikolog-psikolog yang tak terlalu ketagihan meteran,
> seperti Jung
> > dan Freud, yang berusaha menyelam lebih jauh ke dalam "jiwa" manusia
> yang tak
> > terukur secara kuantitaif, malah nggak laku.
> >
>
> harez:
> Setahu saya, model psikoanalisa, psikologi humanistik dan psikologi
> transpersonal dengan ciri fenomenologinya yang relatif besar unsur
> subyektifitasnya lebih banyak memiliki peran dalam klinik. Sementara
> itu, model pendekatan behavioristik dan psikologi kognitif lebih banyak
> berpengaruh dalam bidang akademis. Beberapa kondisi nyata yang
> menyebabkan kurang berkembangnya model-model psikologi klinik antara
> lain adalah:
>
> 1. Howard Gardner (1985) mengemukakanbahwa pendekatan multidisiplin
> seperti dalam cognitive sciencemenyebabkan psikologi (khususnya
> psikologi kognitif) akan terlebur danterserap. Lebih lanjut ia
> mengemukakan bahwa bidang-bidang psikologilainnya akan terbatas pada
> berbagai aktifitas terapan (di klinik,lembaga pendidikan dan
> perusahaan), dan sedikit sekali studi tentangkepribadian dan motivasi.
>
> 2. Berkembang pesatnya kebutuhan akan psikologi dunia usaha/industri dan
> pendidikan, dimana unsur "kecepatan", "efisiensi" dan "standardisasi"
> seringkali menjadi pertimbangan utama.
>
> 3. Imbalan dan dana pada dunia usaha/industri dan pendidikan relatif
> lebih besar jika dibandingkan dengan bidang klinik, sehingga relatif
> lebih banyak sarjana psikologi yang akhirnya terjun dan menekuni bidang
> ini.
>
> Ke tiga hal tersebut kiranya dapat menggambarkan secara garis besar,
> mengapa apa yang disebut Mas Manneke sebagai "meteran" menjadi lebih
> laku dibanding yang "tidak terlalu ketagihan dibuatkan meteran".
>
> Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain
> adalah mengembangkan dan menawarkan "employee assistance program" (EAP)
> kepada perusahaan. Pada prinsipnya, EAP adalah "klinik psikologi" yang
> berada di lingkungan perusahaan/organisa
> "klinik kesehatan mental" yang diharapkan dapat mendampingi "klinik
> kesehatan fisik" yang pada umumnya secara nyata sudah ada dan bahkan
> merupakan kewajiban perusahaan dalam bentuk tunjangan/asuransi
> kesehatan. Namun, masih diperlukan banyak upaya agar EAP ini dapat
> berkembang dan diterapkan di perusahaan-perusaha
>
> Apabila EAP dapat berkembang, maka minat orang untuk mendalami
> kajian/prinsip/
> meningkat pula. Pada akhirnya, hal-hal tersebut diharapkan memberikan
> "nuansa lain" terhadap perkembangan psikologi, khususnya di Indonesia.
>
> Topik/masalah inilah yang saya ajukan dalam tugas akhir saya di pasca
> psi UI, sebagai salah satu alternatif solusi praktis untuk pengembangan
> psikologi di Indonesia. :)
>
> salam,
> harez
>
> NB:
> Tes-tes proyektif pada dasarnya dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
> psikoanalisa. MBTI sebagai salah satu tes yang cukup banyak dipakai saat
> ini, dikembangkan berdasarkan teorinya Jung.
>
>
> --- In psikologi_transform
> >
> > Makasih Alex atas tambahannya. Saya setuju dengan point Anda soal
> kelatahan
> > ilmuwan sosial itu. Gara-gara ngebet ingin diakui kelimuannya, lalu
> memaksa dri
> > mengadopsi stadar-standar keilmiahan ilmu alam. Sebagai orang luar,
> saya kok
> > agak cemas memperhatikan perkembangan ilmu psikologi mutakhir, yang
> makin lama
> > makin meng-IPA. Semuanya dibuatkan meterannya (psikometrik)
> manusia
> > bisa diklasifikasi dan diukur secara eksak, lalu disimpulkan siapa
> dia.
> > Sementara psikolog-psikolog yang tak terlalu ketagihan meteran,
> seperti Jung
> > dan Freud, yang berusaha menyelam lebih jauh ke dalam "jiwa" manusia
> yang tak
> > terukur secara kuantitaif, malah nggak laku.
> >
> > Saya mungkin salah menilai psikologi, berhubung saya orang awam dalam
> bidang
> > ini. Jadi, jika ada rekan-rekan dari psikologi yang bersedia
> meluruskan atau
> > mengisahkan lebih lanjut soal ini, saya amat berterima kasih. Dengan
> harapan,
> > semoga tak ada yang tersinggung. Ini dimaksudkan untuk saling belajar,
> bukan
> > mengkritik ilmu psikologi. Kalau saya keliru, itu karena
> ketidaktahuan, bukan
> > niat jelek.
> >
> > manneke
> >
> > Quoting Alexander alexanderkhoe@
> >
> > >
> > > Pak, indigo ini memang tidak tahu apa yang telah ditulisnya..
> paling
> > > itu uraian dari ci... jadi tidak usah dikomentari saja.
> > >
> > > Tetapi perbedaan pokok antara sains sosial dan alam memang ada,
> yaitu
> > > perbedaan relasi antara dunia konseptual dan dunia nyata yang
> diamati.
> > > Karena dalam sains alam yang dominan adalah: dunia nyata akan
> > > mempengaruhi dunia konseptual (Persepsi-->
> > > dalam metode ilmiah yang baku beserta alat matematika yang
> digunakan.
> > > Sedangkan dalam sains sosial ada proses terbalik yang signifikan
> yaitu
> > > pengaruh dunia konseptual yang diciptakan ke dalam dunia nyata yang
> > > diamati (Konsep --> Konsepsi). Contohnya adalah penerapan Konsep
> > > Marxisme yang kemudian mau tidak mau akan mempengaruhi realitas
> ekonomi
> > > dan psikologis. Sayangnya Sains sosial masih mengadaptasi metode
> ilmiah
> > > dari sains alam berikut filosofi alat matematikanya. Hal ini
> merupakan
> > > kelemahan utama Sains sosial, sehingga sampai saat ini belum dapat
> > > menghasilkan teori dan konsep yang konvergen. Akibatnya dalam sains
> > > sosial, kemampuan prediksinya masih lemah sampai saat ini.
> > >
> > > [Btw definisi dari istilah sains=science itu sendiri sebenarnya
> hanya
> > > sesuai untuk sains alam saja. Karena dalam Sains sosial seperti
> ekonomi
> > > dan psikologi, fenomena yang teramati tidak benar-benar bersifat
> > > berulang (kalimat dalam bold perlu dipertanyakan)
> > >
> > > ------------
> > >
> > > Science (from the Latin scientia, 'knowledge')
> sense,
> > > refers to any systematic knowledge or practice.[1] In a more
> restricted
> > > sense, science refers to a system of acquiring knowledge based on
> the
> > > scientific method, as well as to the organized body of knowledge
> gained
> > > through such research.[2]
> restricted
> > > use of the word.
> > >
> > > Fields of science are commonly classified along two major lines:
> > >
> > > Natural sciences, which study natural phenomena (including
> biological
> > > life), and
> > > Social sciences, which study human behavior and societies.
> > > These groupings are empirical sciences, which means the knowledge
> must
> > > be based on observable phenomena and capable of being experimented
> for
> > > its validity by other researchers working under the same conditions
> > >
>
>
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar