Wah wah ..! bude Tih kena batunya lagi .. ketanggor sama tuyul ....
Komentar Erie Setiawan, Kompas 25 Maret 2007 atas buku *Matinya Efek
Mozart* oleh Djohan Salim .... mendengarkan sonata Mozart .."
Nah ini dieeey ...! Djohan Salim manusia nyang kagak tau apa2, tapi
berani bicara, sampe berani mengarang buku dan kasi ceramah didepan
umum tentang sesuatu yang tidak dimengertinya. Disini tuyul
bukannya berniat membela bukunya Don Campbell nyang berjudul "the
Mozart Effect", nyang sakbenernya memang cuma bernilai POP tidak
serius (cuma manusia2 guoblog saja yang menganggapnya serius). Tapi
jelas disini bahwa baik Ratih Ibrahim maupun Djohan Salim tidak
mengerti musik Mozart, dan belum pernah mendengar musik Mozart,
kecuali barangkali sonatanya yang tidak cukup berarti. Tapi
anehnya, koq berani berlagak menulis tentang Mozart yang tidak
diketahuinya, malah kalian brani2nya menggelar ceramah didepan
umum????
Tidak ada orang yang bener2 mengerti musik akan menyebut *sonata*
sebagai karya yang khas dan patut dikagumi dari Mozart (atau dari
komponis yang manapun juga). Kalo mo tau ciptaan2 Mozart nyang
bernilai, itu samasekali bukannya sonata, melainkan karya2 orkestra
nya, misalnya simfoni2nya terutama nyang nomer 41 (Jupiter) dan
nomer 39 (Haffner), konserto2nya (sudah tentu dengan iringan
orkestra), seperti misalnya konserto piano nomer 21 (diantara 27
konserto pianonya) dengan bagian tengahnya (adagio) nya yang
termashur, konserto biolanya yang nomor 3 (paling puitis diantara 5
konserto biolanya), konserto untuk harpa dan suling yang
keindahannya patut disebut surgawi, konserto klarinetnya yang
berjiwa matang (mature), serta opera2 nya, terutama the Magic Flute
(die Zauberfloete, satu2nya opera Mozart yang dinyanyikan dalam
bahasa Jerman) dan the Marriage of Figaro (Le Nozze di Figaro) yang
dinyanyikan dalam bahasa Itali (seperti juga semua opera nya yang
lain2).
Dalam bukunya *Meruntuhkan Keampuhan Efek Mozart*, Djohan Salim
mengoceh terus: *Musik Mozart dikategorikan sebagai musik klasik
abad ke-18, yang berbeda bentuknya dengan musik Jazz atau pun Rock
misalnya, yang berkembang pada abad ke-20.* Huahahahaaaa …. ! Lha
kok musik Jazz dan Rock disamakannya dengan Mozart, ini sih dimana
otaknya????? Jelas disini Djohan Salim bener2 buta akan musik,
tetapi koq ya brani2nya menulis tentang musik …! Sekali lagi
hauahahahaaaa ….! Pertama, musik klasik tidak bisa disamakan dengan
musik Jazz atawa Rock, sebab yang disebut oleh si Djohan yang
berlagak pintar itu tidak termasuk musik seni, melainkan musik
hiburan atawa entertainment yang tidak punya nilai seni. Kedua, dan
ini yang terpenting, musik klasik, meskipun merupakan standard dalam
musik, tetapi tidak diwakili oleh banyak komponis yang termashur
(a.l. Joseph Haydn dan Johann Christian Bach, puteranya Johann
Sebastian Bach). Yang paling banyak diwakili oleh ber-ratus2
komponis yang termashur adalah musik dari jaman Romantik, yaitu
mulai dari Beethoven (1800-an) sampai dengan Tschaikovsky (akhir
abad ke-19), yang diteruskan sampai dengan abad ke-20 oleh komponis2
*late romantic*, seperti misalnya Antonin Dvorak (wafat 1904) dan
Sergei Rachmaninoff (wafat 1943). Perkembangannya sejalan dengan
musik modern yang dirintis oleh komponis2 Perancis Claude Debussy
(wafat 1918) dan Maurice Ravel (wafat 1937), dan juga komponis2
Rusia seperti Moussorgsky, Borodin, dsbnya. Musik modern yang
sesungguhnya mulai dengan Richard Strauss (meninggal 1949; bukan
kerabat Johann Strauss) , Alban Berg (wafat 1935), dan Arnold
Schoenberg (wafat 1951), kemudian diteruskan oleh Sergei Prokofiev
(wafat 1953), Dmitri Shostakovich (wafat 1975), Benjamin Britten
(wafat 1976), Aaron Copland (wafat 1990), Leonard Bernstein (wafat
1990), Philip Glass (lahir 1937, sekarang masih hidup), dan masih
banyak lagi yang lain2. Semua komponis ini adalah komponis2 yang
termashur yang pasti dikenal oleh mereka yang benar2 mengerti musik
(silahkan verifikasi dengan Google), bukannya yang pura2 mengerti
musik guna menipu khalayak ramai, seperti bangsanya Djohan Salim.
Orang seperti Djohan Salim yang mengira bahwa musik modern itu cuma
Jazz dan Rock (yang oleh para seniman musik justru tidak diakui
sebagai musik) jelas dia itu samasekali BUTA akan musik. Lha ko ya
brani2-nya menulis & mengajari orang lain, ibaratnya orang buta
mengajari orang buta-tuli (pantesan saja Indonesia kagak maju-
maju). Bukti bahwa Jazz dan Rock tidak diakui sebagai musik, karya2
demikian tidak pernah dipentaskan di Lincoln Center dikota New York
City, yang khusus disediakan hanya untuk pementasan musik2 tingkat
canggih, dari Antonio Vivaldi (1700-an) sampai dengan Shostakovich
(meninggal 1975) dan Philip Glass (sekarang masih hidup dan aktif).
Kalau kalian tidak tau, yah mesti sadar dan mawas diri, jangan
belagak tau dan menipu khalayak ramai …...
Sekali lagi ... wakakakaaakk ...!
Ttd.
tuyul dari nusakambangan
(dipesen sama babah Yun Hok, lantaran Timbangannya dah ruksak)
--- In psikologi_transformatif@yahoogroups , "ratih ibrahim".com
<personalgrowth@...> wrote:
>
> Selama ini, ketika bicara tentang Terapi musik, kita terkondisi
untuk
> menghubungkannya dengan musik serta tokoh-tokoh musik Barat.
> Padahal bukankah di negeri ini sendiri, kita punya begitu banyak
musik lokal
> yang jauh lebih menyentuh hati dan hidup kita sendiri?
>
> Nah, pada................. ..
>
> Tanggal 8 Desember 2007,di Hotel Santika, Jakarta,
> Pukul 09.00-16.00,
> Fakultas Psikologi UKRIDA bekerja sama dengan INTISARI
> Menyelenggarakan Dialog Interaktif dan Workshop : MUSIC THERAPY -
> memanfaatkan musik tradisional untuk terapi, pengembangan
spiritual dan
> hiburan
> Pembicara :
> DR. Djohan Salim (Music Therapist - peneliti & praktisi)
> DR. G.Budi Subanar SJ (Budayawan)
> DR. Monty P. Satiadarma, MsCC, MS/AT (Art & Music Therapist)
> Iman Arif Setiadi MPsi (Counsellor & Therapist)
>
> Moderator :
> Ratih Ibrahim, psikolog
>
> Workshop :
> DR. Djohan Salim (Membongkar Mitos Efek Mozart - Workshop 3)
> DR. Monty P. Satiadarma (Musik untuk Katalisator Peak Performace -
Workshop
> 1, Musik sebagai Sarana Pengembangan Kreativitas - Workshop 2)
> Maslikathun Nissa SSn (Terapi Improvisasi Untuk Anak dengan
Autisma -
> Workshop 4)
>
> Pendaftaran untuk partisipasi dalam acara ini
> Sunardy - 0859 59 443 555
> Clara/ Rani - 021 5666952 ext 202
>
> Investasi dialog dan 2 workshop
> sebelum 23 Nopember 2007 : Rp 250.000,-/ 1 orang atau Rp.
900.000,-/ 4
> orang
> 24 Nopember - 8 Desember 2007 : Rp. 300.000,-/ 1 orang atau Rp.
1.000.000,-/
> 4 orang
> (sudah termasuk di dalamnya Intisari edisi terbaru, seminar kit dan
> sertifikat, lunch, coffee break)
>
>
> Best,
> Ratih Ibrahim
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar