Selamat siang Swas,
Walau sudah ditutup, saya mo nambahin sedikit.
Metode atau cara adalah sesuatu yang bisa kita kendalikan, di bawah kendali kita, sementara niat atau readiness itu ada di vincent sendiri. Sehingga buat kita ya kita bahas metodenya dong :-)
Prihal no-self ke anak, faktor penentunya bukan waktu (lamanya saya bicara/berkomunikasi) tapi di saya sendiri, di kondisi bathin saya.
Saya udah ajak vincent latihan, dan sekali lagi melalui milis ini saya ajak lagi.
Ketika saya menyerang Audi beberapa waktu lalu, (sekaligus menyerang vincent dengan menyebut mereka : "setali tiga uang") saya mendapat balasan dari Audi : Donny dogol :-), Audifax "ngamuk" pake tulisan warna merah... :-), salahnya saya sendiri.. he...he..he.., maaf ya Audi...padahal Morihei udah bilang sbb :
---------------------------------
The Art of PeaceThe Art of Peace
Morihei Ueshiba (1883-1969)
Morihei Ueshiba (1883-1969)
Excerpted from The Art of Peace translated by John Stevens.
Twenty One
As soon as you concern yourself with the "good" and "bad" of your fellows, you create an opening in your heart for maliciousness to enter. Testing, competing
with, and criticizing others weaken and defeat you.
As soon as you concern yourself with the "good" and "bad" of your fellows, you create an opening in your heart for maliciousness to enter. Testing, competing
with, and criticizing others weaken and defeat you.
-------------------------------
Salam,
DKN
==========================
> Hahaha.. baru mau pulang ada email ini. Sekalian dijawab deh ;)
> Terakhir kali, mungkin :)
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com , don kenow
> <donkenow@> wrote:
> > Perihal efek , yang bisa kita sepakati bersama sejauh ini,
> setidaknya bagi saya, maka kalau boleh saya simpulkan adalah kita
> tidak tahu dengan pasti apa yang sedang terjadi pada vincent .
> >
> > Selanjutnya perbedaan kita, setelah saya melihat posting-
posting
> vincent belakangan ini, contoh posting "penyakit hati" dimana dia
> "membahas" Harez, Ratih Ibrahim dan Leonardo sesukanya dia maka
saya
> simpulkan sebagaimana yang telah saya tulis di awal tanggapan
saya :
> hasilnya nol besar.
>
> Agree :). Saya setuju bahwa kalau dilihat dari content tulisan2nya
> akhir2 ini (termasuk email yang baru saja masuk menanggapi Ruri
> Malindo ;)), memang tidak ada perubahan apa2. Ternyata, memang dia
> mungkin belum berniat dan belum siap berubah. Serangan2 Haute dkk
> hanya membuatnya off guard sejenak, tapi tidak bisa dimanfaatkan
> dengan lebih baik.
>
> Sayang sekali.. hehehe.. Tapi, balik lagi, kita memang tidak bisa
> mengubah seseorang toh ;)? Hanya orang itu sendiri yang bisa
> mengubahnya ;)
>
> > Haute gagal sebagaimana Adhi pun gagal sehingga bagi saya
> persoalannya tetaplah pada cara.
> >
> > Haute yang menyerang gagal, Adhi yang baik-baik juga gagal..
> >
> > Menurut saya selama cara itu masih memiliki unsur
selfishness di
> dalamnya maka cara itu akan gagal, baik yang baik-baik modelnya
adhi
> dan lainnya maupun cara menyerang model haute dkk.
>
> Boleh saja kalau Anda berpendapat demikian. Di satu sisi, saya
setuju
> kok dengan Anda, bahwa cara teman2 di sini sedikit banyak masih ada
> selfish-nya ;).
>
> Tapi kalau menurut saya, ini lebih ke masalah niat & kesiapan
berubah,
> daripada masalah cara :).
>
> > Contoh cara baik-baik yang masih ada selfishnessnya : kita
> menasehati anak kita dengan kata-kata manis karena kita tidak ingin
> anak kita mengganggu suasana percakapan kita dengan tamu.
> >
> > Hari rabu kemarin saya praktekkan hal seperti ini. Bicara
> baik-baik yang selfish kemudian bicara baik-baik yang no-self.
> >
> > Saya ngomong ke anak saya dengan niat menghentikan keributan
> mereka dengan motif untuk diri sendiri (supaya saya bisa tenang
> ngobrol), lah saya ngomong halus sekali, udah kayak orang kraton
yogya
> gitu... tetep aja tuh mereka berisik.. setelah saya no-self,
> menempatkan posisi saya pada posisi mereka (blending) yang ingin
> diperhatikan/cari perhatian terus kemudian saya alihkan keinginan
> mereka (cari perhatian) dengan mengajak mereka main petasan air
mancur
> (memberi perhatian pada mereka) dan sekaligus mengajak teman saya
> (tamu) itu main petasan itu... eh brisiknya kemudian berhenti
tuh...
> mereka jadi asik dengan air mancur... terus setelah itu main
sendiri
> di kamar mereka. Saya bisa tenang deh ngobrol.... ngobrolin
aikido :-)
>
> Dalam dua kasus itu, menurut saya, perbedaan IV (independent
> variable)-nya bukan ""bicara baik2 yang selfish" vs "bicara baik2
yang
> no-self", melainkan "Transactional Analysis Parent - Child" vs
> "Empati" :) Di kasus pertama Anda hanya bicara baik2 dalam waktu
yang
> singkat. Di waktu kedua, Anda meluangkan waktu yang jauuuuh lebih
lama
> untuk memahami anak2 Anda, baru bicara baik2 :)
>
> Tapi.. tentu saja Anda benar: Anda baru bisa berempati jika dalam
> kondisi no-self :) Tentang apakah anak2 Anda akan lebih menurut
dengan
> cara pertama atau cara kedua.. well, itu balik lagi kepada anak
Anda
> dan pola hubungan Anda dengannya :) It's a complicated system :)
>
> > Metode haute yang menyerang sudah pasti akan menyebabkan
sikap
> defensif di vincent, metode itu tidak efektif. Sebagaimana yang
saya
> lihat di aikido, konflik tidak akan menyelesaikan konflik. Dengan
> egoisme (power/otoritas), kalapun lawan akhirnya terjatuh, dia akan
> dendam karena merasa dizolimi (wajar aja ..dia merasa dizolimi wong
> selfish kok, hi...hi...hi...). Penjatuhan lawan tanpa egoisme
> menyebabkan lawan terjatuh tanpa dia merasa dijatuhkan, tanpa
merasa
> dia dizolimi sehingga menurut saya lebih efektif dalam proses
> penghilangan egoisme si narsis.
>
> Begini saja deh.. kalau DKN mau mencoba "memperbaiki" dengan
Aikido,
> monggo2 saja :). Monggo diajak latihan.. hehehe.. Komentar saya:
kalau
> seseorang belum niat dan siap berubah, dengan cara apa pun dia
tidak
> akan berubah. Bahkan dengan cara Aikido sekalipun, kalau seseorang
> bermental korban, bisa jadi dia merasa dendam karena [merasa]
> "disakiti" saat berlatih :)
>
> As for me.. saya sih nggak pernah berniat "memperbaiki" orang..
> hehehe.. Kalau apa yang saya lakukan bisa membantu orang menjadi
lebih
> baik, ya syukur alhamdulillah. Tapi.. apa pun yang saya lakukan
lebih
> untuk kebaikan diri saya sendiri. Saya selfish ya? Mungkin.. :)
Tapi
> kalau buat saya sih itu cara saya untuk mengamalkan interpretasi
saya
> terhadap ayat ini:
>
> "Jika kamu berbuat kebaikan (berarti) kamu berbuat baik bagi
> dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat kejahatan, maka (akibatnya)
bagi
> dirimu sendiri" (Al Israa QS 17:7)
>
> Tuhan tidak pernah mengubah nasib manusia kecuali jika manusia itu
> berusaha mengubah nasibnya ;) Bukan tanggung jawab saya untuk
mengubah
> nasib orang2 lain ;)
>
> Salam,
>
> Terakhir kali, mungkin :)
>
> --- In psikologi_transform
> <donkenow@> wrote:
> > Perihal efek , yang bisa kita sepakati bersama sejauh ini,
> setidaknya bagi saya, maka kalau boleh saya simpulkan adalah kita
> tidak tahu dengan pasti apa yang sedang terjadi pada vincent .
> >
> > Selanjutnya perbedaan kita, setelah saya melihat posting-
posting
> vincent belakangan ini, contoh posting "penyakit hati" dimana dia
> "membahas" Harez, Ratih Ibrahim dan Leonardo sesukanya dia maka
saya
> simpulkan sebagaimana yang telah saya tulis di awal tanggapan
saya :
> hasilnya nol besar.
>
> Agree :). Saya setuju bahwa kalau dilihat dari content tulisan2nya
> akhir2 ini (termasuk email yang baru saja masuk menanggapi Ruri
> Malindo ;)), memang tidak ada perubahan apa2. Ternyata, memang dia
> mungkin belum berniat dan belum siap berubah. Serangan2 Haute dkk
> hanya membuatnya off guard sejenak, tapi tidak bisa dimanfaatkan
> dengan lebih baik.
>
> Sayang sekali.. hehehe.. Tapi, balik lagi, kita memang tidak bisa
> mengubah seseorang toh ;)? Hanya orang itu sendiri yang bisa
> mengubahnya ;)
>
> > Haute gagal sebagaimana Adhi pun gagal sehingga bagi saya
> persoalannya tetaplah pada cara.
> >
> > Haute yang menyerang gagal, Adhi yang baik-baik juga gagal..
> >
> > Menurut saya selama cara itu masih memiliki unsur
selfishness di
> dalamnya maka cara itu akan gagal, baik yang baik-baik modelnya
adhi
> dan lainnya maupun cara menyerang model haute dkk.
>
> Boleh saja kalau Anda berpendapat demikian. Di satu sisi, saya
setuju
> kok dengan Anda, bahwa cara teman2 di sini sedikit banyak masih ada
> selfish-nya ;).
>
> Tapi kalau menurut saya, ini lebih ke masalah niat & kesiapan
berubah,
> daripada masalah cara :).
>
> > Contoh cara baik-baik yang masih ada selfishnessnya : kita
> menasehati anak kita dengan kata-kata manis karena kita tidak ingin
> anak kita mengganggu suasana percakapan kita dengan tamu.
> >
> > Hari rabu kemarin saya praktekkan hal seperti ini. Bicara
> baik-baik yang selfish kemudian bicara baik-baik yang no-self.
> >
> > Saya ngomong ke anak saya dengan niat menghentikan keributan
> mereka dengan motif untuk diri sendiri (supaya saya bisa tenang
> ngobrol), lah saya ngomong halus sekali, udah kayak orang kraton
yogya
> gitu... tetep aja tuh mereka berisik.. setelah saya no-self,
> menempatkan posisi saya pada posisi mereka (blending) yang ingin
> diperhatikan/
> mereka (cari perhatian) dengan mengajak mereka main petasan air
mancur
> (memberi perhatian pada mereka) dan sekaligus mengajak teman saya
> (tamu) itu main petasan itu... eh brisiknya kemudian berhenti
tuh...
> mereka jadi asik dengan air mancur... terus setelah itu main
sendiri
> di kamar mereka. Saya bisa tenang deh ngobrol.... ngobrolin
aikido :-)
>
> Dalam dua kasus itu, menurut saya, perbedaan IV (independent
> variable)-nya bukan ""bicara baik2 yang selfish" vs "bicara baik2
yang
> no-self", melainkan "Transactional Analysis Parent - Child" vs
> "Empati" :) Di kasus pertama Anda hanya bicara baik2 dalam waktu
yang
> singkat. Di waktu kedua, Anda meluangkan waktu yang jauuuuh lebih
lama
> untuk memahami anak2 Anda, baru bicara baik2 :)
>
> Tapi.. tentu saja Anda benar: Anda baru bisa berempati jika dalam
> kondisi no-self :) Tentang apakah anak2 Anda akan lebih menurut
dengan
> cara pertama atau cara kedua.. well, itu balik lagi kepada anak
Anda
> dan pola hubungan Anda dengannya :) It's a complicated system :)
>
> > Metode haute yang menyerang sudah pasti akan menyebabkan
sikap
> defensif di vincent, metode itu tidak efektif. Sebagaimana yang
saya
> lihat di aikido, konflik tidak akan menyelesaikan konflik. Dengan
> egoisme (power/otoritas)
> dendam karena merasa dizolimi (wajar aja ..dia merasa dizolimi wong
> selfish kok, hi...hi...hi.
> menyebabkan lawan terjatuh tanpa dia merasa dijatuhkan, tanpa
merasa
> dia dizolimi sehingga menurut saya lebih efektif dalam proses
> penghilangan egoisme si narsis.
>
> Begini saja deh.. kalau DKN mau mencoba "memperbaiki" dengan
Aikido,
> monggo2 saja :). Monggo diajak latihan.. hehehe.. Komentar saya:
kalau
> seseorang belum niat dan siap berubah, dengan cara apa pun dia
tidak
> akan berubah. Bahkan dengan cara Aikido sekalipun, kalau seseorang
> bermental korban, bisa jadi dia merasa dendam karena [merasa]
> "disakiti" saat berlatih :)
>
> As for me.. saya sih nggak pernah berniat "memperbaiki" orang..
> hehehe.. Kalau apa yang saya lakukan bisa membantu orang menjadi
lebih
> baik, ya syukur alhamdulillah. Tapi.. apa pun yang saya lakukan
lebih
> untuk kebaikan diri saya sendiri. Saya selfish ya? Mungkin.. :)
Tapi
> kalau buat saya sih itu cara saya untuk mengamalkan interpretasi
saya
> terhadap ayat ini:
>
> "Jika kamu berbuat kebaikan (berarti) kamu berbuat baik bagi
> dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat kejahatan, maka (akibatnya)
bagi
> dirimu sendiri" (Al Israa QS 17:7)
>
> Tuhan tidak pernah mengubah nasib manusia kecuali jika manusia itu
> berusaha mengubah nasibnya ;) Bukan tanggung jawab saya untuk
mengubah
> nasib orang2 lain ;)
>
> Salam,
>
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar