--- In psikologi_transform
atif@yahoogroups .com, pradita@... wrote:
>
> Masalahnya, apakah pembuat iklan Pro XL ini ingin membuat kita "melihat beyond
> the literal meaning" atau justru secara sistematik, lewat desian iklannya,
> berusaha menggiring penikmat iklannya untuk melihat analogi yang mengusik
> antara perempuan dan Rp.1,-/dtk itu?
Hehehe.. Pak Manneke, kalau dilihat dari gaya beriklannya, serta dilihat dari positioning Pro XL selama ini, saya kok yakin bahwa target yang dituju adalah mereka2 yang "diharapkan" bisa melihat beyond the literal meaning :) Mirip2 dengan iklan A Mild yang kalau buat sebagian orang adalah iklan paling tidak jelas sedunia ;).
Mungkin kesalahannya the creative team adalah mereka kurang memperhitungkan bahwa "tubuh perempuan" itu termasuk salah satu isyu yang bisa bikin gerah sebagian orang :).
Terima kasih dikatakan pengamat yang kritis.. ini karena sering ngurusin iklan aja kok ;)
> Dalam filem Star Trek yang kemarin diobrolin itu, banyak juga yang berpendapat
> bahwa busana 7-of-9 atau T'pol terlalu menonjolkan tubuh perempuan. Dan ini
> sangat betul. Hanya saja, citra yang dibangun dalam filem itu lebih kompleks
> karena kedua perempuan tak hanya digambarkan bagus bentuk tubuhnya saja, tapi
> otaknya juga cemerlang, gesit membuat keputusan, dan tak kalah dalam segala hal
> dari laki-laki.
Hehehe.. kalau kita mengikuti Star Trek secara berkesinambungan, dan berkesempatan melihat perkembangan karakter Seven of Nine atau Deanna Troi, memang kita akan melihat beyond their gorgeous body :). Tapi kalau ada seseorang yang gak gemar nonton Star Trek, dan hanya nonton 1-2 episode, atau Star Trek tidak dijadikan film seri, besar kemungkinannya yang teringat ya hanya body indah mereka saja :)
> Bandingkan dengan iklan Pro XL, yang tampaknya tak punya message lain di luar
> visual yang ditampilkannya tentang perempuan itu. Inilah yang disebut dengan
> stereotipe. Citra cuma dikemas dalam dimensi hitam dan putih saja. Dangkal.
Sebagai sebuah iklan pendek, memang tidak memungkinkan perkembangan karakter. Kita dituntut memaknai sesuatu dari sebuah cerita singkat yang hanya 15 - 30 detik, bahkan kadang lebih singkat lagi. Kalau dibandingkan dengan film, apalagi film seri, ini memang keadaan yang sangat tidak menguntungkan bagi iklan.
Tapi, kalau menurut saya, justru memang kita tidak bisa memperlakukan iklan seperti film seri yang penuh narasi. Kita dituntut untuk memahami beyond the story tanpa harus mendengar story-nya diceritakan lebih dahulu :)
Ibaratnya memahami cerita bersambung, dengan memahami puisi, kan memang nggak bisa sama. Tapi.. bukan berarti suatu puisi itu tidak punya message lain :)
Salam,
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar