Tulisan berjudul "Budaya Pengemis" ini adalah sebuah antitesis bagi tulisan "Budaya Terjajah dan Budaya Perantau" yang ditulis oleh Liong Vincent Christian/Vincent Liong.
Dalam dialektika tesis-antitesis-sintesis hegelian, antitesis sejatinya sudah langsung muncul ketika sebuah pemikiran dinyatakan. Begitu pula dengan tulisan "Budaya Terjajah dan Budaya Perantau" ini, bukan saja saya bisa sediakan antitesisnya, tapi sekalian saja saya dekonstruksi karena jelas esei dari Vincent Liong ini lemah dan sama sekali tidak memberikan pengetahuan apa-apa mengenai apa itu "budaya terjajah" dan "Budaya perantau". Bahkan jelas-jelas hanya judulnya saja yang dikemas seolah-olah penulisnya menguasai "budaya" yang tengah dibicarakan.
Dan tampaknya, kemasan itu digunakan untuk menutupi sebuah budaya yang coba disamarkan, yaitu "Budaya Pengemis". Di sinilah dekonstruksi bekerja untuk membongkar apa yang coba diselubungi.
Mari kita lihat
Vincent Liong:
Mengapa segala hal dalam hidup Vincent Liong harus
dibunuh atau dihabisi, mulai dari kariernya,
kompatiologinya, hingga keluarganya? Mengapa ini
menjadi keharusan bagi sekian banyak pengamat dan
musuh kompatiologi dan dibenarkan oleh hati nurani
mereka.
dibunuh atau dihabisi, mulai dari kariernya,
kompatiologinya, hingga keluarganya? Mengapa ini
menjadi keharusan bagi sekian banyak pengamat dan
musuh kompatiologi dan dibenarkan oleh hati nurani
mereka.
Audifax:
Salah besar! Tidak ada yang menghabisi hidup Vincent Liong dan Kompatiologi kecuali Vincent Liong sendiri. Karena semua serangan selalu bermula dari Vincent Liong cari gara-gara. Jadi yang perlu dipertanyakan pertama-tama adalah hati nurani Vincent Liong sendiri.
Vincent Liong:
Vincent Liong tidak dibenarkan untuk membela diri
secara defensive untuk melindungi entah itu kariernya,
kompatiologinya atau bahkan keluarganya ketika
berbagai gerakan terstruktur dan terencana berusaha
membasminya hingga habis; Bilamana tindakan defensive
(melindungi diri sendiri) itu dilakukan maka Vincent
Liong melanggar kemanusiaan, melanggar intuisi,
Vincent Liong hanya sekedar manusia berhati binatang
yang bernaluri tanpa nalar dan intuisi. Mengapa?
secara defensive untuk melindungi entah itu kariernya,
kompatiologinya atau bahkan keluarganya ketika
berbagai gerakan terstruktur dan terencana berusaha
membasminya hingga habis; Bilamana tindakan defensive
(melindungi diri sendiri) itu dilakukan maka Vincent
Liong melanggar kemanusiaan, melanggar intuisi,
Vincent Liong hanya sekedar manusia berhati binatang
yang bernaluri tanpa nalar dan intuisi. Mengapa?
Audifax:
Salah besar lagi!!! Tidak ada yang melarang atau 'tidak membenarkan' Vincent Liong untuk membela diri. Yang benar, Vincent Liong memang sudah tidak punya kemampuan membela diri karena semua kebusukannya terungkap.
Ditambah lagi, CACAT PIKIRAN dan CACAT MORAL yang diderita Vincent Liong, membuat Vincent Liong memang merupakan mahkluk yang tidak mampu membela diri.
Vincent Liong:
Mengapa segala gerakan cukup besar yang terstruktur
dan terencana rapi untuk membasmi apapun yang
berhubungan dengan Vincent Liong adalah sebuah gerakan
yang amat berprikemanusiaan, amat intuitif, amat
ketuhanan, dan amat bernalar. Mengapa?
dan terencana rapi untuk membasmi apapun yang
berhubungan dengan Vincent Liong adalah sebuah gerakan
yang amat berprikemanusiaan, amat intuitif, amat
ketuhanan, dan amat bernalar. Mengapa?
Audifax;
Vincent Liong yang nggedabrus ngomong Tao, mestinya sadar apa itu karma dari perbuatan. Bukannya malah bertanya mengapa. Ini menunjukkan bahwa Vincent Liong tidak bertanggungjawab atas apa yang sudah dilakukannya sendiri, berikut akibat yang mesti ditanggungnya.
Vincent Liong:
Ini semua didasari oleh sebuah kenyataan pahit yang
dihadapi oleh pihak-pihak yang membenarkan
tindakan-tindakan merugikan Vincent Liong sebagai hal
yang amat kemanusiaan, amat intuitif, amat bernalar,
dlsb bahwa:
* Setelah saya berusaha dengan sebegitu kerasnya saya
kok tidak dapat apa yang didapatkan Vincent Liong
tanpa sedikitpun berusaha.
Audifax:
Salah!! Terbalik!!
Yang benar: Vincent Liong telah berusaha begitu kerasnya (diambah dengan berbagai tipu muslihat dan ngemis) untuk diakui sebagai ilmuwan, tapi sayang karena PUNYA CACAT PIKIRAN DAN CACAT MORAL, maka berusaha sekeras apapun Vincent Liong tetap tidak bisa. Buktinya: Drop Out dari Atmadjaya, Kompatiologi rontok secara ontologi dan epistemologi, dll.
Jadi, yang menghadapi kenyataan pahit ya Vincent Liong sendiri
Vincent Liong:
* Setelah Vincent Liong mendapatkan apa yang begitu
sulitnya saya pun tidak bisa dapat kok seolah-olah
Vincent Liong sendiri tidak menghargainya dan berusaha
serius mempertahankannya.
* Setelah Vincent Liong mendapatkan apa yang begitu
sulitnya saya pun tidak bisa dapat kok seolah-olah
Vincent Liong sendiri tidak menghargainya dan berusaha
serius mempertahankannya.
Audifax:
Salah lagi!!!!
Vincent Liong tidak pernah mendapatkan apa yang diingininya. Malah sekarang kehilangan apa-apa yang dulu dimilikinya. Vincent Liong berusaha mempertahankan tapi tidak bisa. Contoh: Vincent kehilangan kehormatan sebagai pengurus milis Psikologi Transformatif, kehilangan Isti, kehilangan Audifax, dan kehilangan kompatiologi.
Vincent Liong:
Dunia ini tidak adil; Mengapa yang berusaha tidak
dapat, mengapa yang mendapat tidak menghargai yang
didapatkan, dlsb? Maka dari itu untuk ditegakkannya
keadilan, maka seorang Vincent Liong haruslah dibasmi
mulai dari kariernya, ilmu kompatiologinya hingga
keluarganya agar alam menjadi adil.
Dunia ini tidak adil; Mengapa yang berusaha tidak
dapat, mengapa yang mendapat tidak menghargai yang
didapatkan, dlsb? Maka dari itu untuk ditegakkannya
keadilan, maka seorang Vincent Liong haruslah dibasmi
mulai dari kariernya, ilmu kompatiologinya hingga
keluarganya agar alam menjadi adil.
Audifax:
Salah besar!!! Dunia dan Alam ini sudah adil!!
Wong becik kethitik wong olo kethoro. Dan itu sudah terbukti dengan terbongkarnya kebusukan Vincent Liong.
Hanya orang-orang yang memang mampu jadi ilmuwan yang bisa jadi ilmuwan, bukan orang yang cari sensasi, ngaku-ngaku dan cari sensasi.
Vincent Liong:
Lalu setelah Vincent Liong ditumbangkan, mulai dari
kariernya, kompatiologinya, hingga keluarganya, maka
dunia telah menjadi adil karena:
* Mereka yang berusaha keras baru bisa mendapatkan dan
mereka yang tidak berusaha tetapi mendapatkan direbut
haknya.
* Mereka yang mendapatkan tetapi tidak berusaha
menghargai dan mempertahankan apa yang didapatkan
haruslah kehilanngan haknya.
Audifax:
Salah dan ngawur!!!!
Tidak ada yang menumbangkan. Pernyataan "ditumbangkan" seolah menyiratkan ada sesuatu yang mampu berdiri di atas kaki sendiri.
Lha wong ini berdiri di atas kaki sendiri saja tidak mampu. Coba aja lihat, untuk masuk Fapsi Atmadjaya saja ngemis rekomendasi kesana-sini.
Vincent Liong:
Keadilan adalah konsep keyakinan yang dibuat untuk
pembenaran atas tingkah laku diri sendiri. Bila aku
tidak bisa mengambil keuntungan dengan menginjak anda
maka dunia tidak adil. Seperti hal ini sudah biasa
dilakukan oleh sahabat-sahabat saya yang 'sangat
setia'seperti misalnya Audifax yang kaget ketika saya
tegur
Audifax:
Salah, ngawur dan terbalik!!!!
Justru Vincentlah yang terkaget-kaget ketika dicopot Audifax dari pengurus milis Psikologi Transformatif, ketika Vincent ketahuan secara licik berusaha menginjak pabrik t dan Manneke.
Vincent Liong:
atau Leonardo Rimba yang selalu pura-pura tidak
tahu kalau ditegur dan tetap menggerogoti dengan
bahasa yang keTuhanan;
tahu kalau ditegur dan tetap menggerogoti dengan
bahasa yang keTuhanan;
Audifax:
Ngawur dan tidak tahu diri!!!!
Mestinya Vincent Liong menegur dirinya sendiri dan bercermin kenapa Leonardo Rimba tidak mengalami nasib seburuk Vincent Liong.
Vincent Liong:
Juga musuh saya Pabrik_T dan
kelompoknya yang menggunakan fenomena ketidakadilan
karena ada fenomena Vincent Liong yang membuat banyak
orang mengagumi Vincent Liong hingga melewati batasnya
dan menjadi iri dengan Vincent Liong (merasa dunia
tidak adil) dengan harapan sejumlah massa tsb bisa
diambil alih dengan mudah menjadi di bawah keluasaan
kelompok Pabrik_T.
kelompoknya yang menggunakan fenomena ketidakadilan
karena ada fenomena Vincent Liong yang membuat banyak
orang mengagumi Vincent Liong hingga melewati batasnya
dan menjadi iri dengan Vincent Liong (merasa dunia
tidak adil) dengan harapan sejumlah massa tsb bisa
diambil alih dengan mudah menjadi di bawah keluasaan
kelompok Pabrik_T.
Audifax:
Ngawur dan salah kaprah!!!
Tidak banyak yang mengagumi Vincent Liong kecuali dogol-dogol IQ jongkok macam Rio/don kenow. Justru banyak yang membenci Vincent Liong karena gayanya yang tengik dan petentang-petenteng.
Vincent Liong:
"Aku tidak meminta maka aku tidak berhutang, sehingga
dituntut untuk membayar."
Audifax:
Salah!!! Dan Ahistoris!!!!
Jelas Vincent Liong adalah peminta-minta ulung.
Mulai dari di rumahnya sendiri..yang bisanya Cuma minta duit ortunya
Juga di level masyarakat, yang masuk sekolah saja mesti ngemis minta rekomendasi, ngemis minta dana riset kompatiologi (yang tidak jelas mana wujud hasil/laporan risetnya), dll
Dan masih banyak lagi bukti Vincent adalah peminta-minta.
Kalau sekarang ngomong "Aku tidak meminta maka aku tidak berhutang" ini makin menunjukkan kalau Vincent Liong cacat pikiran dan cacat moral.
Vincent Liong:
Kalimat di atas adalah salah satu semboyan paling
penting yang dipegang teguh oleh Vincent Liong dan
pengikut-pengikut setianya (tidak termasuk penjilat
dan yang pura-pura pengikut untuk menggerogoti agar
dapat makan) yang ditanamkan secara tidak sadar
melalui proses ritual dekon-kompatiologi.
Audifax:
Salah besar!!!!
Dekon Kompatiologi adalah ritual dengan menarik bayaran dan darisitulah Vincent Liong hidup.
Kalau dikatakan tidak meminta maka aku tidak berhutang, maka semakin terlihat bahwa ritual dekon itu tidak dilakukan secara bertanggungjawab, karena klien bayar tapi penyedia jasa merasa tidak 'berhutang' untuk memberikan imbalan sesuai apa yang sudah dibayarkan klien.
Vincent Liong:
"Aku tidak meminta maka aku tidak berhutang, sehingga
dituntut untuk membayar." Adalah sebuah pemahaman yang
biasa dianut oleh mereka yang berbudaya perantau,
pejalan yang menjalani proses pengalamannya, ini
sangat berbeda dengan mereka yang berbudaya terjajah.
dituntut untuk membayar." Adalah sebuah pemahaman yang
biasa dianut oleh mereka yang berbudaya perantau,
pejalan yang menjalani proses pengalamannya, ini
sangat berbeda dengan mereka yang berbudaya terjajah.
Audifax:
Yang jelas...SANGAT BERBEDA DENGAN YANG BERBUDAYA PENGEMIS!!!!!
Vincent Liong:
Dalam budaya terjajah keadilan adalah ketika yang kuat
dijatuhkan, ketika diri kita menginjak mereka yang
kuat sehingga menggantikan posisinya sebagai seorang
terjajah, lalu giliran orang lain yang berperan
sebagai terjajah yang kita peras.
Hal ini beda sekali dengan budaya perantau. Seorang
perantau itu membawa budayanya sendiri tetapi harus
mau bertoleransi dengan budaya yang ada.
dijatuhkan, ketika diri kita menginjak mereka yang
kuat sehingga menggantikan posisinya sebagai seorang
terjajah, lalu giliran orang lain yang berperan
sebagai terjajah yang kita peras.
Hal ini beda sekali dengan budaya perantau. Seorang
perantau itu membawa budayanya sendiri tetapi harus
mau bertoleransi dengan budaya yang ada.
Audifax;
Yang Jelas...di hadapan kita ada seorang Vincent Liong dengan Budaya Pengemisnya yang ngotot dengan budayanya sendiri dan tidak mau bertoleransi dengan budaya yang ada. Masuk psikologi minta diistimewakan. Mending kalau karena keistimewaan...lha ini minta diistimewakan karena inferiority-nya. Kalau minta diistimewakan karena inferiority-mu (otak tidak mampu mengikuti pelajaran), kenapa enggak masuk SLB aja Cent???
Vincent Liong:
Jalani hidup apa adanya sebagai diri sendiri. Kita
tidak bisa menyalahkan alam dengan menuntut keadilan
dengan cara merebut hak orang lain, kita sendiri yang
harus secara mandiri menumbuhkan benih-benih dalam
diri kita sendiri dan menuainya sendiri.
tidak bisa menyalahkan alam dengan menuntut keadilan
dengan cara merebut hak orang lain, kita sendiri yang
harus secara mandiri menumbuhkan benih-benih dalam
diri kita sendiri dan menuainya sendiri.
Audifax:
Betul!!!! Dan nasehat ini mesti ditelan dulu sama Vincent Liong!!!
Jadi ilmuwan, penemu, bukan dari bikin sensasi dan buka cabang di sana-sini, tapi dari ketekunan belajar. Dari menumbuhkan benih-benih dalam diri kita sendiri dan menuainya sendiri.
Vincent Liong:
Pada akhirnya hasil usaha sendiri akan lebih bermakna
daripada hasil menjarah dari usaha orang lain. Syarat
pertama: kita harus menghargai bahwa diri kita punya
kemampuan, bukan seorang terjajah yang menunggu
kesempatan menjajah atau sekedar sesuap nasi dari
tuannya.
Yang penting dipertahankan adalah diri kita sendiri,
keluarga kita dan orang yang kita sayangi, kekayaan,
karier, nama besar, ilmu, dlsb bisa saja direbut oleh
penjarah tetapi asal diri kita sendiri dan segala di
dalamnya selamat, maka semua itu dengan mudah bisa
diraih di masa depan... Toh nasib kita masih lebih
baik dari seorang terjajah dengan budaya penjarah yang
punya kemampuan men-jarah tanpa kemampuan men-cipta.
Pada akhirnya hasil usaha sendiri akan lebih bermakna
daripada hasil menjarah dari usaha orang lain. Syarat
pertama: kita harus menghargai bahwa diri kita punya
kemampuan, bukan seorang terjajah yang menunggu
kesempatan menjajah atau sekedar sesuap nasi dari
tuannya.
Yang penting dipertahankan adalah diri kita sendiri,
keluarga kita dan orang yang kita sayangi, kekayaan,
karier, nama besar, ilmu, dlsb bisa saja direbut oleh
penjarah tetapi asal diri kita sendiri dan segala di
dalamnya selamat, maka semua itu dengan mudah bisa
diraih di masa depan... Toh nasib kita masih lebih
baik dari seorang terjajah dengan budaya penjarah yang
punya kemampuan men-jarah tanpa kemampuan men-cipta.
Audifax;
Yang jelas masih lebih baik dari budaya pengemis!!!!
Demikian antitesis yang saya susun untuk mematahkan dan mendekonstruksi (baca: membongkar upaya menutupi "Budaya Pengemis" yang ada pada Vincent Liong).
987654321 1234567 <x69xx96x@yahoo.
Date: Tue, 21 Aug 2007 07:08:43 +1200 (NZST)
Note: forwarded message attached.
Moody friends. Drama queens. Your life? Nope! - their life, your story.
Play Sims Stories at Yahoo! Games.
From: Vincent Liong <vincentliong@yahoo.co. nz>
Subject: Budaya Terjajah dan Budaya Perantau
To: vincentliong@yahoogroups. com, r-mania@yahoogroups .com,
komunikasi_empati@yahoogroups. com, komunikasi_empati@ googlegroups. com,
x69xx96x@yahoo.com, istiani_c@yahoo. com, ferretemplar@ yahoo.com
Budaya Terjajah dan Budaya Perantau
Ditulis oleh: Liong Vincent Christian / Vincent Liong
Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Selasa 21 Agustus
2007
Pendahuluan
Mengapa segala hal dalam hidup Vincent Liong harus
dibunuh atau dihabisi, mulai dari kariernya,
kompatiologinya, hingga keluarganya? Mengapa ini
menjadi keharusan bagi sekian banyak pengamat dan
musuh kompatiologi dan dibenarkan oleh hati nurani
mereka.
Vincent Liong tidak dibenarkan untuk membela diri
secara defensive untuk melindungi entah itu kariernya,
kompatiologinya atau bahkan keluarganya ketika
berbagai gerakan terstruktur dan terencana berusaha
membasminya hingga habis; Bilamana tindakan defensive
(melindungi diri sendiri) itu dilakukan maka Vincent
Liong melanggar kemanusiaan, melanggar intuisi,
Vincent Liong hanya sekedar manusia berhati binatang
yang bernaluri tanpa nalar dan intuisi. Mengapa?
Mengapa segala gerakan cukup besar yang terstruktur
dan terencana rapi untuk membasmi apapun yang
berhubungan dengan Vincent Liong adalah sebuah gerakan
yang amat berprikemanusiaan, amat intuitif, amat
ketuhanan, dan amat bernalar. Mengapa?
Ini semua didasari oleh sebuah kenyataan pahit yang
dihadapi oleh pihak-pihak yang membenarkan
tindakan-tindakan merugikan Vincent Liong sebagai hal
yang amat kemanusiaan, amat intuitif, amat bernalar,
dlsb bahwa:
* Setelah saya berusaha dengan sebegitu kerasnya saya
kok tidak dapat apa yang didapatkan Vincent Liong
tanpa sedikitpun berusaha.
* Setelah Vincent Liong mendapatkan apa yang begitu
sulitnya saya pun tidak bisa dapat kok seolah-olah
Vincent Liong sendiri tidak menghargainya dan berusaha
serius mempertahankannya.
Dunia ini tidak adil; Mengapa yang berusaha tidak
dapat, mengapa yang mendapat tidak menghargai yang
didapatkan, dlsb? Maka dari itu untuk ditegakkannya
keadilan, maka seorang Vincent Liong haruslah dibasmi
mulai dari kariernya, ilmu kompatiologinya hingga
keluarganya agar alam menjadi adil.
Lalu setelah Vincent Liong ditumbangkan, mulai dari
kariernya, kompatiologinya, hingga keluarganya, maka
dunia telah menjadi adil karena:
* Mereka yang berusaha keras baru bisa mendapatkan dan
mereka yang tidak berusaha tetapi mendapatkan direbut
haknya.
* Mereka yang mendapatkan tetapi tidak berusaha
menghargai dan mempertahankan apa yang didapatkan
haruslah kehilanngan haknya.
Keadilan adalah konsep keyakinan yang dibuat untuk
pembenaran atas tingkah laku diri sendiri. Bila aku
tidak bisa mengambil keuntungan dengan menginjak anda
maka dunia tidak adil. Seperti hal ini sudah biasa
dilakukan oleh sahabat-sahabat saya yang 'sangat
setia'seperti misalnya Audifax yang kaget ketika saya
tegur atau Leonardo Rimba yang selalu pura-pura tidak
tahu kalau ditegur dan tetap menggerogoti dengan
bahasa yang keTuhanan; Juga musuh saya Pabrik_T dan
kelompoknya yang menggunakan fenomena ketidakadilan
karena ada fenomena Vincent Liong yang membuat banyak
orang mengagumi Vincent Liong hingga melewati batasnya
dan menjadi iri dengan Vincent Liong (merasa dunia
tidak adil) dengan harapan sejumlah massa tsb bisa
diambil alih dengan mudah menjadi di bawah keluasaan
kelompok Pabrik_T.
"Aku tidak meminta maka aku tidak berhutang, sehingga
dituntut untuk membayar."
Kalimat di atas adalah salah satu semboyan paling
penting yang dipegang teguh oleh Vincent Liong dan
pengikut-pengikut setianya (tidak termasuk penjilat
dan yang pura-pura pengikut untuk menggerogoti agar
dapat makan) yang ditanamkan secara tidak sadar
melalui proses ritual dekon-kompatiologi.
Awal Vincent Liong masuk ke dunia metafisika dari
sebelumnya hanya sekedar penulis adalah ketika Vincent
Liong dikirim ayahnya ke Bali untuk tinggal bersama
Eddy Khioe di Bali. Seorang sepupu dari ayah Vincent
yang memiliki usaha nener bandeng & kerapu, usaha
eksport ikan hias, dlsb yang punya perusahaan di
Amerika. Kwetika itu Vincent diajak oom Eddy untuk
pergi ke Putu Ngurah Ardika untuk belajar kundalini.
Saat itu pak Ngurah sangat sayang dan perhatian kepada
Vincent Liong sehingga sempat membuat bingung oom Eddy
karena Vincent Liong tidak seperti orang lain yang
dating ke pak Ngurah untuk meminta ilmu dan kesaktian,
tetapi sekedar menganggap pak Ngurah manhusia biasa
dengan penghormatan yang seperlunya saja sebagai
manusia egaliter bertemu manusia egaliter. Pak Ngurah
melihat paham "Aku tidak meminta maka aku tidak
berhutang, sehingga dituntut untuk membayar." dalam
diri Vincent Liong, maka ia pun mengatakan bahwa
Vincent akan mengajar sepulang dari Bali dan membawa
pak Ngurah ke Jakarta ke rumah Vincent hingga ke
beberapa pengusaha yang dikenal Vincent di Jakarta
(termasuk mengenalkan ke pengusaha yang kemarin
dimanfaatkan Leonardo Rimba seorang oportunis berkedok
intuitif untuk diadu-domba dengan Vincent Liong selama
perjalanan seminggu ke Solo demi menjual namanya
sendiri).
Vincent Liong sempat dua-tiga kali ke Bali setelah
kepergian saat itu dan selalu mendapat kasih-sayang
dan perhatian pak Ngurah, yang terakhir adalah pada
awal tahun 2006. Pada kepergian kali itu Vincent Liong
ditemani Leonardo Rimba pergi ke Bali dan menginap di
rumah pak Ngurah, lalu dilanjutkan menginap di rumah
ibu Intan. Ketika dijemput dan pindah ke rumah ibu
Intan, Ibu intan sempat mampir di sebuah pura dan
balai pertemuan di desanya (dekat Ubud) yang ada pohon
beringin besarnya yang tumbuh di dasar ngarai. Vincent
Liong merasa berjodoh lalu mengatakan bahwa;"Aku
banyak melihat pohon yang disembayangi secara tidak
benar di Bali ini. Banyak orang meminta-minta secara
tidak benar. Tetapi mengapa rasanya pohon yang satu
ini begitu bersih, tidak ada orang meminta-minta yang
tidak benar. Ada suatu kerinduan di sana." Akhirnya
Vincent memberanikan diri untuk memanjat pohon
beringin tsb untuk turun ke dasar ngarai. Beberapa
kali Vincent mampir ke ngarai tsb sempat ditemani oleh
kepala desa setempat yang pernah ditolong oleh ibu
Intan dan pak Ngurah ketika pernah disantet orang.
Pada hari kedua Vincent mampir ke ngarai tsb Vincent
Liong mendapat perasaan bahwa ada yang ingin
memberinya sesuatu. Seperti biasa Vincent Liong
menjawab: "Aku tidak meminta maka aku tidak membayar
konsekwensinya", perasaan itu menyanggupi. Perasaan
itu rupanya memilih Vincent Liong karena Vincent Liong
adalah tipe orang yang cukup jarang yang memiliki
pemahaman tentang "Aku tidak meminta maka aku tidak
berhutang, sehingga dituntut untuk membayar." yang ada
sejak lahir. Ini seperti mengapa pak Ngurah begitu
sayang kepada Vincent Liong. Vincent Liong lalu
membotakkan kepala sebagai symbol menerima misi tsb
dan menjalani proses-nya selama empat bulan dalam
kehidupannya sehari-hari yang sempat dibahas dalam
chatting dengan sdr Pangapora dua bulan setelah
kepergian ke Bali tsb.
Budaya Terjajah dan Budaya Perantau
"Aku tidak meminta maka aku tidak berhutang, sehingga
dituntut untuk membayar." Adalah sebuah pemahaman yang
biasa dianut oleh mereka yang berbudaya perantau,
pejalan yang menjalani proses pengalamannya, ini
sangat berbeda dengan mereka yang berbudaya terjajah.
Dalam budaya terjajah keadilan adalah ketika yang kuat
dijatuhkan, ketika diri kita menginjak mereka yang
kuat sehingga menggantikan posisinya sebagai seorang
terjajah, lalu giliran orang lain yang berperan
sebagai terjajah yang kita peras.
Hal ini beda sekali dengan budaya perantau. Seorang
perantau itu membawa budayanya sendiri tetapi harus
mau bertoleransi dengan budaya yang ada. Tidak ada
kalah menang, yang ada adalah saya harus mampu
berasismilasi dan tetap hidup. Sukur-sukur saya bisa
mendapat kenyamanan dan kekuasaan di dunia yang baru,
tetapi ini bukan menjadi tujuan utama. Yang menjadi
tujuan utama adalah menjalani hidup sehari-hari yang
apa adanya cukup makan, cukup tempat tinggal, cukup
keluarga, dlsb; soal kekuasaan, kenyamanan, dlsb itu
adalah bonus tidak terduga yang harus disyukuri.
Jalani hidup apa adanya sebagai diri sendiri. Kita
tidak bisa menyalahkan alam dengan menuntut keadilan
dengan cara merebut hak orang lain, kita sendiri yang
harus secara mandiri menumbuhkan benih-benih dalam
diri kita sendiri dan menuainya sendiri.
Pada akhirnya hasil usaha sendiri akan lebih bermakna
daripada hasil menjarah dari usaha orang lain. Syarat
pertama: kita harus menghargai bahwa diri kita punya
kemampuan, bukan seorang terjajah yang menunggu
kesempatan menjajah atau sekedar sesuap nasi dari
tuannya.
Yang penting dipertahankan adalah diri kita sendiri,
keluarga kita dan orang yang kita sayangi, kekayaan,
karier, nama besar, ilmu, dlsb bisa saja direbut oleh
penjarah tetapi asal diri kita sendiri dan segala di
dalamnya selamat, maka semua itu dengan mudah bisa
diraih di masa depan... Toh nasib kita masih lebih
baik dari seorang terjajah dengan budaya penjarah yang
punya kemampuan men-jarah tanpa kemampuan men-cipta.
Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Selasa 21 Agustus 2007
Mau baca: Chatting Vincent Liong dengan Pangapora pada
4 Mei 2006
E-link:
http://groups.yahoo.com/ group/Komunikasi _Empati/message/ 32
Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com
Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
SPONSORED LINKS
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar